Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerja sama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya Mega, akan berbincang-bincang dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini adalah tentang "Gangguan Kepribadian Schizoid". Kami percaya acara ini akan bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
M : Pak Sindu, kita berjumpa kembali dalam kesempatan kali ini. Kita akan membahas mengenai Gangguan Kepribadian Schizoid. Sebelum masuk ke topik Schizoid ini, apakah bisa dijelaskan terlebih dahulu, gangguan kepribadian itu sebetulnya apa ya ?
SK : Gangguan kepribadian itu suatu kondisi pola kepribadian yang membuat seseorang kurang bisa optimal menjalani kehidupannya sebagai manusia dan biasanya gangguan kepribadian ini baru bisa ditengarai atau dikenali ketika seseorang sudah berusia 17 atau 18 tahun ke atas.
M : Begitu ya, Pak. Jadi, gangguan kepribadian ini hanya dapat muncul atau kita dapat mengenalinya ketika seseorang sudah menginjak usia dewasa ?
SK : Ya. Artinya pada saat usia dewasa atau dewasa awal, 17-18 tahun ke atas ini, berarti kecenderungannya pola kepribadian seseorang itu sudah lebih menetap. Jadi, kalau pada usia ABG (Anak Baru Gede) atau usia anak-anak itu masih belum bisa kita kategorikan mengalami gangguan kepribadian tertentu atau dalam Bahasa Inggrisnya Personality Disorder, karena itu masih dalam taraf tumbuh kembang anak, belum bisa kita bakukan.
M : Baik, Pak. Untuk perbincangan kita kali ini kita akan lebih fokus pada gangguan kepribadian Schizoid. Apakah bisa dijelaskan seperti apa gangguan kepribadian Schizoid ini ?
SK : Gangguan kepribadian Schizoid ini ditandai adanya pola pemisahan hubungan yang bersifat menetap. Adanya ketidakacuhan sosial - artinya tidak peduli secara relasi sosial - dan ketidakacuhan hubungan seksual - artinya tidak peduli atau tidak tertarik tentang hal-hal berkenaan dengan hubungan seksual, serta adanya tingkat pengalaman dan tingkat pengekspresian emosi yang bersifat sangat terbatas.
M : Jadi, boleh dikatakan bahwa orang yang memiliki gangguan kepribadian Schizoid ini kelihatannya cenderung pendiam atau bagaimana ?
SK : Bisa demikian karena dia menarik diri dari relasi di tengah-tengah orang lain. Makanya untuk lebih jelasnya kita perlu lebih dulu memahami adanya tujuh tanda-tanda yang perlu kita kenali. Minimal seseorang kalau sudah menampakkan empat atau lebih dari tujuh tanda ini baru bisa dikategorikan mengalami atau memiliki gangguan kepribadian Schizoid.
M : Sangat menarik, Pak. Berarti gangguan kepribadian Schizoid ini memiliki tujuh ciri ya. Tapi untuk dikategorikan benar-benar memiliki gangguan kepribadian yang menetap ini harus memenuhi paling tidak empat ciri ?
SK : Betul.
M : Oke. Sekarang kita akan mendengarkan penjelasan Pak Sindu mengenai ciri-cirinya.
SK : Ya. Ciri yang pertama, adanya hasrat yang kurang untuk berhubungan akrab dengan orang lain atau kurang bisa menikmati hubungan yang akrab dengan orang lain.
M : Seperti pertanyaan saya tadi, bagaimana membedakannya dengan orang yang pendiam ? Sebab orang yang pendiam tampaknya juga sulit untuk menikmati kebersamaan dengan orang lain, dia memilih kesendirian.
SK : Betul. Dalam hal ini pendiam dalam arti tidak menikmati relasi dengan orang lain relevan dengan satu hal ini. Tapi pendiam itu juga bisa jadi orangnya memang pendiam, pendiam itu juga bisa jadi artinya orang itu tetap menikmati hadir di tengah-tengah orang lain tetapi dia memang memilih lebih banyak mendengar dan mengamati baru kalau merasa percakapan itu relevan buat dirinya, dia akan berbicara. Atau kalau dia ditengah 2, 3, 4, 5 orang yang dia kenal dengan baik, saya yakin orang seperti ini, yang disebut pendiam, bukan pendiam mungkin orang yang cerewet ! Jadi, lebih karena merasa nyamankah, amankah, cocokkah dengan lingkungan sosial. Tapi kalau tandanya orang Schizoid, orang dengan kepribadian Schizoid yang poin pertama ini memang dia tidak menikmati hubungan yang akrab. Dia tidak berhasrat. Jadi, hubungan akrab dengan 2-3 orang pun tidak. Sementara orang-orang yang kita kategorikan pendiam bisa jadi dia tetap punya hasrat, bisa menikmati hubungan yang akrab dengan 2-3 orang. Kalau orang Schizoid tanda yang pertama kemungkinan yang dimiliki adalah dia memang tidak menikmati, tidak punya hasrat sekali, nyaris.
M : Jadi, dengan demikian kalau dia tidak dapat menikmati hubungan akrab dengan orang lain, berarti dia akan menyukai kegiatan-kegiatan yang dia lakukan sendiri ?
SK : Betul. Dia lebih memilih sendirian daripada bersama orang lain. Yang cukup unik, orang dengan kepribadian Schizoid ini kurang berhasrat untuk diterima atau dicintai bahkan oleh keluarga mereka sendiri.
M : Kalau saya melihat ini ‘kan suatu keanehan sendiri ya ?
SK : Benar. Makanya ini masuk salah satu kategori gangguan kepribadian. Artinya ada sesuatu yang tidak lazim.
M : Seperti yang tadi Pak Sindu katakan, dalam hal ini kita baru bisa menilai gangguan kepribadian ini ketika usianya sudah 18 tahun. Kalau untuk remaja kita masih belum bisa ya Pak ?
SK : Tepat, Bu Mega. Tidak bisa untuk menandai tetapi menduga, mencurigai sangat layak. Bahkan sejak kecil sebelum remaja pun, masih usia SD bahkan usia TK pun, kita harus waspada. Kita mengenali anak-anak kita, keponakan kita, cucu kita mengapa lebih sering suka menarik diri, apa-apa soliter, sendirian, main sendirian, baca buku sendirian. Maka kita perlu waspadai.
M : Ya.
SK : Maka dalam hal ini tanda kedua yang mungkin ada pada orang Schizoid adalah sangat menyukai melakukan kegiatan sendiri. Aktivitasnya apa-apa bahkan ketika dia dewasa bekerja, lebih suka bekerja, bermain, berada di ruangan sendirian.
M : Dengan kata lain dia akan kesulitan bekerja secara team work, berkumpul bersama rekan-rekan bisnis atau rekan-rekan sekantor.
SK : Benar. Makanya ini juga disebut gangguan kepribadian. Dalam hal tertentu dia tetap bisa bekerja tetapi tidak bisa optimal. Jadi, ini memunyai situasi masalah sendiri. Dia tidak bisa bertahan bekerja lebih dari beberapa bulan. Sementara untuk beberapa orang Schizoid, dia akan tetap bekerja tapi kembali bekerja yang bisa sendirian dari pagi sampai sore, sampai malam mungkin dan termasuk setelah bekerja dia akan tetap sendirian. Misalnya seorang programmer, pembuat piranti lunak atau software. Itu bisa jadi bekerja sendirian ‘kan. Dia optimal sekali tapi dia tidak mau interaksi dengan orang lain. Misalnya seperti itu.
M : Iya. Wah, bagi kita semua yang mendengarkan, kita mungkin mulai bisa melihat orang-orang yang ada di sekitar kita, teman-teman kita, apakah bagi mereka yang memang suka sekali sendirian sampai dalam tahap yang cukup ekstrem, dalam pengertian benar-benar tidak mau berelasi dengan orang lain, mungkin kita dapat menduga mereka mengalami gangguan kepribadian semacam ini.
SK : Betul. Tetapi mohon para pendengar untuk berhati-hati supaya tidak langsung menuduh, melabeli, tetapi kembali, minimal empat tanda sehingga kita baru bisa mengatakan Schizoid. Jadi, kalau tidak sampai empat tanda, jangan buru-buru! Wah ini namanya penistaan. Hahahaha! Nanti kita kena pasal pencemaran nama baik.
M : Oh, oke, oke… hahahaha… Jadi, apa ciri berikutnya, Pak ?
SK : Ciri ketiga adalah sedikit tertarik atau bahkan sama sekali tidak tertarik terhadap pengalaman seksual dengan orang lain.
M : Berarti di dalam pengertian ini bagaimana, Pak? Apakah kita bisa mengetesnya kalau orang ini belum menikah ?
SK : Ya. Berkaitan dengan menikah, umumnya memang orang Schizoid tidak menikah. Bukan hanya tidak menikah, mereka bahkan lebih memilih hidup terpencil. Mungkin berada di satu ruangan tersendiri yang memberi mereka rasa privasi yang tinggi, memberikan perlindungan untuk menjaga kehidupan pribadi mereka dan menghindari berhubungan dengan tetangga.
M : Dalam pengertian ini lawan jenis ya ? Mereka benar-benar tidak tertarik, tidak suka, benci atau bagaimana, Pak ?
SK : Mungkin bukan dalam kategori benci ya. Benci itu nanti masuk ke dalam pembahasan gangguan kepribadian antisosial, mungkin yang kita kenal dalam masyarakat sebagai psikopat, akhirnya membunuh orang. Tetapi dalam kategori Schizoid intinya dia memang tidak tertarik berhubungan dengan siapa pun, laki-laki dan perempuan. Di dalam kategori yang ketiga ini tandanya adalah mereka tidak punya ketertarikan atau nyaris sama sekali tidak tertarik terhadap pengalaman seksual. Bagi mereka tidak menikah ya tidak apa-apa.
M : Tidak menjadi kebutuhan ya, justru menghindar.
SK : Ya. Bukan soal menikah dan tidak menikah, hal-hal seksual - misalnya untuk pria dan wanita normal masih tertarik dengan hal-hal yang bersifat pornografi, pornofilm, roman-roman romantik – seorang Schizoid sama sekali tidak tertarik dengan isu-isu, percakapan ataupun tayangan-tayangan tentang romantisme ataupun tentang hal yang bersifat seksual.
M : Oke. Tadi Pak Sindu mengatakan bahkan wanita pun bisa termasuk ke dalam gangguan kepribadian semacam ini ya ?
SK : Bisa! Sangat terbuka bagi pria dan wanita untuk menjadi seorang yang memiliki kepribadian Schizoid.
M : Dengan demikian sudah tiga ciri. Masih ada empat lagi. Bagaimana ciri-ciri yang berikutnya ?
SK : Yang keempat, tanda orang Schizoid adalah kurang menikmati sebagian besar atau bahkan semua kegiatannya.
M : Termasuk pekerjaannya, Pak ? Bukankah tadi kalau misalnya dia memiliki satu pekerjaan yang bisa dia kerjakan sendirian saja, dia masih tidak apa-apa. Apakah hal ini berarti dia juga tidak dapat menikmati pekerjaan itu ?
SK : Bisa jadi! Pekerjaan lebih mungkin dilakukan sebatas sebagai upaya untuk punya uang agar bisa hidup. Atau mungkin beberapa orang Schizoid nyaris melakukan sesuatu itu pokoknya asal beraktivitas tetapi dia tidak menikmati karena memang aspek perasaan atau emosi itu seperti terkunci, Bu Mega. Senang menikmati itu ‘kan bicara nilai rasa.
M : Ya.
SK : Aspek emosi, perasaan, gelora rasa, suasana hati. Dalam hal ini seperti terkunci. Situasinya situasi yang datar, situasi yang suram, mono. Boleh dikatakan seperti itu. Sehingga tidak ada perasaan, "Aku punya hobi yang aku sukai !" Dia lakukan hanya seperti – saya bayangkan seperti mungkin bahasa lebay-nya ya – zombie, mayat hidup. Gerak hidup, psikomotorik, tapi sebenarnya tidak ada gelora dalam batin atau nilai rasanya. Jadi, bagi seorang Schizoid jarang sekali bersenang-senang dalam beberapa kegiatan kalaupun ada aneka kegiatan. Kemampuan menyesuaikan dirinya memang sangat minim. Makanya orang-orang dengan kepribadian Schizoid ini hampir boleh dikatakan mustahil untuk mencari pertolongan. "Saya mau konseling. Saya mau menjalani psikoterapi. Saya mau konsultasi dengan pak pendeta atau dengan konselor." Tidak ada hasrat itu karena mereka tidak membutuhkan hal-hal itu.
M : Jadi, kalau toh ada teman atau saudara yang mengajak, kemungkinan besar mereka menolak.
SK : Oh iya, sangat mungkin. Orang Schizoid akan benar-benar menolak. Karena mereka kurang tertarik atau nyaris sama sekali tidak tertarik dalam hubungan antar pribadi. "Tidak ada yang perlu saya perbaiki. Saya tidak suka, tidak menikmati relasi dengan orang lain."
M : Dari pemaparan Pak Sindu ini, saya melihat orang semacam ini seperti terlepas dengan dunia ya ?
SK : Benar. Dalam relasi dunia sosial, dunia pergaulan, mereka EGP (Emangnya Gue Pikirin).
M : Iya. Mungkin juga orang juga sulit untuk menyukai atau ingin mengenal lebih jauh orang-orang semacam ini ?
SK : Benar. Tepat seperti kata Bu Mega, orang-orang sekitar pun akhirnya EGP juga. "Saya mau urus, saya mau memerhatikan, eh mengapa dicuekin, diabaikan. Buat apa ngurusin orang lain yang tidak mau diurus?" Akhirnya loe loe gue gue, kamu kamu saya saya, yang penting tidak saling mengganggu. Orang Schizoid juga menikmati itu, "Memangnya saya minta kamu perhatikan saya ? Tidak perlu ! Saya tidak membutuhkan itu. Yang penting pokoknya kamu tidak usah ketuk pintu rumah saya, tidak usah beramah tamah ‘halo, selamat pagi’. Tidak usah ! Saya tidak butuh dan saya tidak menikmati. Saya nyaman dengan kesendirian saya. Bahkan di kamar ini berjam-jam seharian pun tidak apa-apa." Apalagi sekarang sudah ada pesan antar, delivery service.
M : O iya ya, semakin memudahkan ya.
SK : Pakai Android atau telepon, tidak perlu bertemu, taruh saja, tinggal uang ditransfer. Nyaman bagi seorang Schizoid.
M : Jadi, orang semacam ini pasti tidak memiliki sahabat karib ya ?
SK : Benar. Tanda kelima adalah seorang Schizoid tidak memiliki sahabat karib atau orang kepercayaan ataupun hubungan singkat dengan orang lain. Just say hello (sekadar menyapa), teman obrolan sekadar sekian menit pun tidak ada. Makanya orang-orang sekitar akan merasakan orang berkepribadian Schizoid adalah orang yang dingin, pendiam, menarik diri dan terasing.
M : Ya. Apalagi untuk berelasi dengan orang lain seperti memuji atau mengkritik, itu seperti mustahil ya buat orang-orang semacam ini ?
SK : Benar. Itu adalah tanda yang keenam, Bu Mega. Seorang Schizoid acuh tak acuh, tidak peduli dalam soal hidup orang lain. Mau menguji, mau mengapresiasi, tidak. Mengkritik pun juga tidak. Loe loe gue gue. Seperti kata Bu Mega tadi, ada keterpisahan dengan dunia sekitar.
M : Oke. Ciri yang ketujuh, Pak ?
SK : Ciri ketujuh dari seorang Schizoid adalah mempunyai emosi yang dingin, emosi yang tidak terpengaruhi atau emosi yang datar. Dia tidak peduli dan tidak peka terhadap perasaan dan pemikiran orang lain.
M : Ciri-ciri ini Pak, kalau misalnya bisa kita buat ranking, kira-kira mana yang paling mungkin muncul dari ketujuh ini ? ‘Kan harus empat yang harus ada.
SK : Minimal empat.
M : Minimal empat supaya kita bisa mengategorikan seseorang memiliki gangguan kepribadian Schizoid ini.
SK : Sebenarnya tidak ada ranking, Bu Mega. Tidak ada skala prioritas. Tidak ada. Intinya dari tujuh ini minimal ada empat, kita baru bisa mengatakan seseorang itu mengalami gangguan kepribadian Schizoid.
M : Oke.
SK : Poinnya begini. Saya beri contoh ya. Mungkin ada orang Schizoid yang menikah. Masih bisa, tidak ? Bisa ! Tapi mungkin karena dipaksa. Ya ‘kan?
M : Betul.
SK : Tapi akhirnya pernikahannya tidak seperti ada pernikahan, EGP dengan suami atau istrinya. Dia menikah hanya karena dipaksa menikah oleh orangtua. Kita ‘kan tidak tahu soal kehidupan seksual mereka karena itu privasi suami istri.
M : Betul.
SK : Tapi kita bisa melihat tanda-tanda yang lain mengapa ada empat, berarti orang tersebut mengalami gangguan kepribadian Schizoid.
M : Ya. Pendek kata dari tujuh ciri ini kita tidak bisa mengatakan mana yang lebih penting atau mana yang lebih menunjukkan ciri yang lebih pasti, ya Pak ?
SK : Ya.
M : Pokoknya ada empat dari tujuh, kita bisa mengategorikan mereka gangguan kepribadian Schizoid.
SK : Ya.
M : Pak, saya sering mendengar kata Schizofren, apakah itu sama atau berbeda dengan gangguan kepribadian ini ?
SK : Ya. Dari kata schizo, memang menunjukkan adanya relasi, Bu Mega. Schizoid dan Schizofren. Schizofren atau Schizofrenia itu merujuk pada gangguan psikologis yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan yang parah dalam hal pemikiran, menunjukkan ekspresi perasaan dan dalam perilaku. Memang ada hubungannya dengan Schizoid. Beda yang jelas begini, Schizoid itu tanpa menunjukkan gejala psikotik. Psikotik artinya keterputusan dengan kenyataan hidup atau realitas. Orang Schizofren juga suka menarik atau memisahkan diri tetapi dia ada sisi psikotik, misalnya dia ngomong sendiri padahal tidak ada yang diajak ngomong atau dia merasa mendengar suara yang padahal tidak ada atau mungkin dia punya keyakinan-keyakinan salah yang disebut waham atau delusi. Itu baru Schizofren. Tapi Schizoid adalah seorang seperti Schizofren tapi tanpa gejala psikotik itu tadi. Jadi dia tidak bicara sendiri. Dia seperti orang waras, orang normal, cuma menarik diri, tidak suka berelasi, apa-apa sendirian, tidak peduli terhadap orang lain. Itulah orang Schizoid.
M : Lebih gampangnya kalau Schizoid itu menarik diri dari dunia sosial tapi kalau Schizofren itu bahkan menarik diri dari dunia nyata ? Begitu ya, Pak ?
SK : Betul. Makanya dalam penanganan orang Schizoid ini tidak mudah, karena dia sendiri tidak peduli. Jadi, dalam hal ini kalau kita mendapati anggota keluarga kita sudah berumur 18 tahun ke atas menunjukkan gejala Schizoid, kita perlu belajar menerima. Menerima apa adanya. Kita boleh coba upayakan. Upayakan adalah untuk menolong dia belajar berkomunikasi, berhubungan dengan orang lain. Sekalipun saya menyadari kalau sudah ditengarai itu juga perkembangannya tidak bisa progresif. Jadi, kalaupun menjalani konseling mendalam, sifatnya bisa sangat lambat. Makanya dalam hal ini, Bu Mega, pentingnya upaya pencegahan.
M : Bagaimana ya Pak, upaya pencegahan apa yang bisa kita lakukan sebelum teman-teman atau saudara-saudara kita – telah melewati ambang batasnya kan 18 tahun ya ?
SK : Betul. Yang pertama kita perlu mengenali riwayat keluarga. Misalnya dalam konteks kita, adakah dari silsilah keluarga kita yang mengalami gangguan-gangguan jiwa seperti Schizofren yang tadi sempat ditanyakan Bu Mega. Adakah yang mengalami keterputusan dengan realitas ? Adakah yang mengalami model-model gangguan depresif dan gangguan jiwa apapun ?
M : Jadi, ini keturunan ya ?
SK : Ada sumbangsih tapi bukan penentu. Artinya kalau ada keluarga yang demikian, berarti keturunan entah kedua, ketiga, keempat, punya potensi. Tapi potensi belum tentu menjadi kenyataan kalau tidak disuburkan dalam pola asuh. Maka kalau itu pun ada, tidak perlu berkecil hati. Asal anak-anak kita, cucu-cucu kita, selama 12 tahun pertama hidupnya diberi rangsangan sosial emosi, artinya diajak bicara, diperhatikan dengan penuh kasih sayang, ada relasi sosial dari orangtua ke anak dari ayah ibu terhadap anaknya, itu dengan sendirinya menolong anak bayi anak balita anak kecil keluar dari keterkungkungan hidup dalam isolasi keterpisahan relasi dengan orang lain. Diasah hidup relasi sosialnya. Dengan kata lain, hidup berkebalikan dengan kepribadian Schizoid.
M : Dengan demikian sudah dikatakan penyebabnya bisa karena keturunan, karena pola asuh bisa juga. Apakah ada kemungkinan yang lain, Pak ?
SK : Saya pikir cukup dua hal itu saja.
M : Oke, Pak Sindu. Adakah ayat firman Tuhan yang bisa dibacakan yang bisa mendukung perbincangan kita pada kesempatan ini ?
SK : Saya bacakan dari Amsal 18:1A, "Orang yang menyendiri mencari keinginannya." Jadi, firman Tuhan mengingatkan kita, kalau misalnya kita memang punya kecenderungan menyendiri atau menarik diri, mari kita mau berupaya untuk tetap menjalin relasi dengan orang lain. Kalau kita kesulitan, mari cari pertolongan. Karena kita diciptakan sebagai makhluk sosial, makhluk yang berelasi.
M : Terima kasih banyak untuk perbincangan yang tentunya sangat memberkati kita semua, Pak Sindu. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang topik "Gangguan Kepribadian Schizoid". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.