Emosi Tangguh di Masa Krisis 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T581B
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.,M.Phil.
Abstrak: 
Rengkuh hal mendasar, lepaskan lainnya, terapkan manajemen krisis dalam bentuk memotong anggaran pengeluaran finansial dan menunda atau memodifikasi rencana pengeluaran, jangan lupakan waktu pribadi dengan Tuhan, jajagi peluang penambahan finansial, berkegiatan ringan dan membangun kebersamaan dengan anggota keluarga
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

Langkah Kedua: Terapkan Manajemen Krisis: Rengkuh Hal Mendasar, Lepaskan Lainnya.

Ketika kapal laut mengalami serangan badai yang sangat dahsyat dan dibuat nyaris tenggelam, maka demi penyelamatan kapal dan para awaknya, sebanyak mungkin muatan kapal dibuang ke laut. Hanya hal-hal yang sangat mendasar untuk keberlangsungan hidup dipertahankan tetap ada di dalam kapal.

Dalam konteks kita menghadapi krisis termasuk pandemi, tentu sudah kita lakukan beberapa langkah manajemen krisis ini. Namun, mungkin ada yang perlu ditambahkan.

Bentuk manajemen krisis yang umumnya sudah kita pahami dan lakukan antara lain:

  • Memotong beberapa anggaran pengeluaran finansial. Misalnya, terbiasa makan di luar rumah dari seminggu sekali diubah menjadi dua minggu sekali. Tidak membeli pakaian baru kecuali benar-benar dibutuhkan.
  • Menunda atau memodifikasi beberapa rencana pengeluaran. Misal, tamasya akhir tahun selama seminggu ke luar kota atau luar negeri ditiadakan. Memodifikasinya menjadi jalan-jalan seputar kota sendiri satu harian.
  • Mungkin kita berkata, "Itu sudah saya lakukan, tapi tetap tidak memadai karena saya di-PHK, usaha saya gulung tikar, tak ada lagi pemasukan. Lantas bagaimana?
    Berarti, pada titik ini, sebagai respons manajemen krisis, kita sangat perlu untuk membuka peluang-peluang lain apapun untuk memberi pemasukan finansial. Apapun asalkan halal dan tindakan menipu atau tindakan kejahatan.

Ada kisah pilot yang menjadi penjual mi ayam. Ada kisah anak SD yang jualan camilan demi membeli kuota data untuk sekolah daring. Mereka bisa, maka kita pun juga bisa. Kuncinya, berani "out of the box" karena memiliki "sense of crisis." Praktikkan "the power of kepepet". Apakah cukup dengan semua itu? Tak cukup. Prinsip Manajemen Krisis yang telah disebutkan di atas adalah Pertahankan Hal Mendasar, Lepaskan Lainnya.

Hal-hal yang mendasar bukan hanya soal pangan, sandang, dan papan; hal-hal lahiriah. Namun, juga hal-hal batiniah, karena kita manusia adalah satu kesatuan sebagai makhluk lahiriah dan sekaligus batiniah.

Apa itu hal-hal batiniah? Cinta dan kegembiraan. Terapkan manajemen krisis dengan pertahankan dan hidupkan kehangatan cinta dan kegembiraan dalam jiwa kita.

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk cinta. Tanpa perasaan dicintai, manusia akan layu bak tanaman tanpa air. Manusia juga diciptakan Tuhan untuk berbahagia dan bergembira. Tak heran ujung semua pengejaran manusia sesungguhnya adalah kebahagiaan dan kegembiraan. Maka, John Piper pun menyebutkan orang percaya sebagai Hedonis Kristen dalam buku "Mendambakan Allah".

Bagaimana mendapatkannya? Bangunlah dan rayakan dari hari ke hari:

  1. Keintiman dengan Tuhan kita lewat Firman, Doa, Pujian, Persekutuan, Pelayanan kita.
  2. Keintiman dengan keluarga terdekat dan sahabat rohani kita: pasangan, anak, orangtua, mertua, menantu, sahabat-sahabat rohani.

Kembali poinnya adalah Manajemen Krisis: Pertahankan Hal Mendasar, Lepaskan Lainnya.

Lakukan hal-hal yang bisa dilakukan untuk memertahankan dan menghidupkan kehangatan cinta dan kegembiraan dalam jiwa kita.

Bentuk-bentuknya antara lain:

  • Waktu pribadi dengan Tuhan: resapi Firman dan janji-janji Tuhan, doa, pujian, ucapan syukur. Untuk menyemangati, saling bagikan 1-2 kalimat hasil saat teduh lewat WA ke beberapa orang.
  • Sharing tatap muka dengan anggota keluarga di rumah, sharing WhatsApp Call atau Video call dengan sahabat rohani: saling berbagi beban, kisah, impian, rencana (termasuk menjajaki peluang menambah penghasilan di atas), ucapan syukur, dan saling mendoakan.
  • Berkegiatan ringan rekreasional dan membangun kebersamaan dengan anggota keluarga: berjemur pagi, berjalan-bersepeda sehat ("mens sana in corpore sano"), bermain papan permainan, menonton acara TV bersama.

Penutup

Mazmur 126:5-6, Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.