Cinta Uang Versus Cinta Tuhan (II)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T451B
Nara Sumber: 
Ev.Sundunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Dalam1 Timotius 6:10 dikatakan: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”Kita kadang kurang waspada terhadap ancaman mencintai uang lebih dari mencintai Tuhan.Apa tandanya orang yang cinta uang? Apa pula solusi praktis apabila kita mendapati diri termasuk orang yang cinta uang lebih dari cinta Tuhan?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sambungan dari Cinta Uang Vs Cinta Tuhan (I) :

Solusi praktis apabila kita mendapati diri termasuk orang yang cinta uang lebih dari cinta Tuhan:

2. Asahlah meditasi bahwa "surga rumahku" dan Bapa pemelihara yang bisa kita andalkan. Ketika kita mau menjadikan surga sebagai rumah, orientasinya kepada kekekalan bukan pada hal yang sementara. Ini tidak bisa dilakukan tanpa disengaja, tapi kita perlu membuat perlawanan terhadap pola keyakinan dunia adalah rumahku. Makanya perlu kita asah meditasi ini. Meditasi artinya sebuah pemikiran, pola pikir, olah batin, olah rasa, yang diulangi terus menerus bagaikan sapi memamah biak, sampai inti sari makanan itu masuk ke seluruh tubuhnya.

3. Terapkan gaya hidup perang. Artinya kita mengembangkan pola hidup yang tidak dibebani dengan hal-hal yang tidak penting. Jadi apa yang kita miliki, apa yang kita kumpulkan, apa yang kita kenakan, segala sesuatu itu ditujukan supaya kita efektif dalam berperang. Dalam konteks ini peperangan kita adalah peperangan rohani, yaitu bagaimana kita - sebagai pekerja Kristus, sebagai hamba Allah, sebagai seorang yang dipercayai talenta oleh Allah, - bisa mendayagunakan waktu, kesempatan, harta, kecerdasan, peluang bisnis, peluang pelayanan, keluarga, semuanya untuk kerajaan Allah. Kalau hidup kita berorientasi untuk memperkaya diri dan mengejar kenikmatan dunia, maka kita akan terbebani dan terjerat oleh dunia ini sehingga pikiran tentang Allah, surga, dan kerajaan Allah akan terselewengkan. Gaya hidup perang berangkat dari gaya hidup sederhana atau fungsional. Kita boleh menginvestasikan harta asalkan kita tidak menimbun harta untuk kepentingan sendiri saja tapi juga untuk membantu pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia ini.

4. Tetapkan prosentase pemberian wajib. Ini menjadi hal yang pokok karena menentukan sikap hati kita. Kembalikanlah sepersepuluh dari hasil pekerjaan kita. Berilah persembahan rutin sesuai dengan kemampuan dan kerelaan hati kita.

5. Asahlah kepekaan rohani dengan memberi secara spontan.Apabila ada dorongan untuk memberi, janganlah menahan-nahan. Kadang keuangan kita sedang sulit atau pas-pasan namun ingin memberi, berilah. Semua harta adalah milik Allah dan Ia pasti akan memelihara hidup kita.

6. Berilah tanpa main kuasaatau mengharapkan imbalan tertentu. Ada orang-orang yang menikmati pemberian sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan dan kemudian menguasai orang lain, pelayanan, atau gereja.

1 Timotius 6:17-19, "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati, jangan berharap pada sesuatu yang tidak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang di dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi.Dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya."