Berbuat Sebelum Berkata

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T532A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Jika ingin didengarkan dan dihargai kita mesti membuktikan lewat perbuatan nyata. Makin berbuat atau menaati Firman Tuhan, makin berhikmat. Pemahaman akan Firman Tuhan menyebabkan kita semakin mengerti menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadikanlah Firman Tuhan sebagai prioritas hidup. Hikmat yang diperoleh lewat Firman Tuhan tidak didapat lewat teori, hikmat baru merekah bila Firman dilakukan secara konsisten. Orang yang berhikmat baru berkata banyak setelah mengalaminya sehingga perkataannya lebih berbobot.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Tuhan Kita Yesus tidak meninggalkan kita sendirian. Selain meninggalkan Roh-Nya yang Kudus, yang memberi kekuatan dan menuntun kita di jalan-Nya yang benar, Ia pun meninggalkan Firman-Nya, yang memberi kita hikmat untuk menghadapi pelbagai masalah dalam hidup ini. Banyak kesusahan timbul karena kurangnya hikmat; itu sebab kita perlu menimba "mutiara" yang Tuhan sudah sediakan untuk kita. Hal ketiga yang perlu kita pelajari bila kita ingin berhikmat adalah berbuat sebelum berkata. Yang saya maksud di sini adalah jika kita ingin didengarkan dan dihargai, kita mesti membuktikan apa pun yang ingin kita katakan lewat perbuatan nyata. Jika kita berusaha berbagi hikmat tanpa bukti nyata, maka usaha kita akan sia-sia. Pada akhirnya orang baru akan memerhatikan apa yang kita katakan bila mereka melihat kita adalah pelaku, bukan pelantun.

Tema menjadi pelaku, bukan hanya pendengar Firman, mengalir dengan deras di Alkitab, terutama di Surat Yakobus. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Firman, dan bukan hanya pendengar saja sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." Dan, di dalam surat yang sama kita pun dapat mendengar nasihat Yakobus kepada kita semua untuk meminta hikmat dari Tuhan. "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah . . . ."

Jadi, dari sini dapat kita simpulkan bahwa menjadi pelaku Firman dan memperoleh hikmat adalah dua hal yang bertalian-erat. Singkat kata, makin sering kita menaati Firman Tuhan, makin bertambah hikmat Tuhan dalam diri kita. Makin berbuat, makin berhikmat. Sekurangnya ada dua penyebab mengapa makin berbuat atau menaati Firman Tuhan, makin bertambah hikmat Tuhan dalam diri kita:

  • • Pertama, seperti hal lainnya, makin sering kita melakukan sesuatu, makin bertambah keterampilan kita. Dan, makin bertambah keterampilan atau makin baik kita menguasai suatu bidang, maka makin mendalam pemahaman kita akan bidang itu. Sebagai contoh, seorang montir mobil yang terus berkutat di bidangnya, bukan saja makin hari makin bertambah keterampilannya mereparasi mobil, tetapi juga makin bertambah mendalam dan tajam pemahaman dan penguasaannya pada bidang itu. Demikian pula dengan Firman Tuhan. Makin taat dan makin sering kita melakukan perintah Allah, maka makin bertambah pemahaman kita akan Firman Tuhan dan makin kita mengerti bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, makin jarang kita menaati kehendak Tuhan, maka makin dangkal pemahaman kita akan Firman Tuhan dan makin kita tidak tahu bagaimana menerapkannya dalam hidup ini, termasuk dalam menghadapi masalah. Alhasil kita akan miskin hikmat dari Tuhan. Berulang kali saya melihat kebenaran ini. Saya sudah berjumpa dengan orang yang berpendidikan tinggi tetapi tidak tahu bagaimana menerapkan prinsip Firman Tuhan dalam menghadapi masalah. Sebaliknya, saya pun telah bertemu dengan orang yang tidak berpendidikan tinggi, tetapi tahu bagaimana menerapkan prinsip Firman Tuhan dalam menghadapi masalah kehidupannya. Beda di antara kedua kelompok ini adalah kelompok yang pertama, tidak berbuat—tidak menjadikan Firman Tuhan sebagai prioritas hidup. Sedang, kelompok kedua, berbuat—menjadikan Firman Tuhan sebagai prioritas hidup. Saya melihat pada akhirnya orang yang berbuat—melakukan Firman—makin hari makin berlimpah dengan hikmat.
  • • Kedua, hikmat akan bertambah bila kita berbuat—menaati perintah Tuhan—sebab ibarat pintu, Firman Tuhan baru akan terayun lebar bila dibuka dengan kunci perbuatan atau ketaatan. Hikmat yang berasal dari Firman Tuhan tidak dapat kita peroleh lewat teori; hikmat baru merekah bila Firman dilakukan secara konsisten. Pada akhirnya jika kita terus melakukan perintah Tuhan, orang akan melihat hikmat memancar dari diri kita, dan itu akan membuat mereka ingin bertanya dan belajar dari kita.
  • • Ketiga, makin kita menerapkan Firman Tuhan di dalam kehidupan, bukan saja kita makin mengerti dan menimba hikmat dari Firman Tuhan, kita pun akan memeroleh lebih banyak hikmat dari hidup ini. Kita akan makin memahami selak-beluk kehidupan dan ini akan menjadi bekal yang mendukung perkataan kita. Itu sebab kita melihat orang yang memunyai hikmat dari Firman dan kehidupan, cenderung tidak berkata banyak dalam menghadapi masalah yang tidak begitu dikenalnya. Mereka baru akan berkata-kata lebih banyak jika mereka sendiri pernah mengalaminya. Dan, ini membuat perkataan mereka lebih berbobot hikmat.

Jadi, tekankanlah perbuatan sebab tanpa perbuatan, perkataan kita akan seperti "tong kosong yang nyaring bunyinya." Atau, sebagaimana dikatakan oleh St. Fransis dari Asisi, "Beritakanlah Injil, manakala perlu, baru gunakan perkataan." Kita perlu berbuat sebelum berkata; inilah ciri orang yang bijak dan inilah sikap hidup yang mengundang hikmat. Yakobus 3:13 meneguhkan, "Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik, menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan."