oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi.
Kata kunci: Kesalahan mengajarkan untuk melihat keterbatasan manusia; bergantung pada Tuhan bukan pada manusia, manusia terbatas dan orang lain pun terbatas, kesalahan mengajarkan apa pun yang terjadi, rencana Tuhan tetap bergulir, rencana Tuhan jauh di atas rencana dan kesalahan manusia.
TELAGA 2019
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Saya, Gunawan Santoso, dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Belajar Dari Kesalahan". Kami percaya acara ini akan bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Memang proses belajar ini kita bisa belajar dari banyak hal bukan hanya dari orang tapi juga dalam keadaan. Tetapi rupanya tidak semua orang mau belajar, buktinya ada orang yang melakukan satu kesalahan lalu lain kali dia melakukan kesalahan yang sama. Kesalahan ini bukan kesalahan yang ringan karena misalnya ada orang yang sampai dipenjara karena kesalahan yang dia lakukan. Namun beberapa tahun lagi ketika dia sudah keluar dia melakukan kesalahan yang sama dan kembali ke penjara dengan kasus yang sama, ‘kan kita bisa katakan orang ini tidak belajar dari pengalamannya. Jadi kalau kita mau bicara tentang belajar dari kesalahan, itu pelajaran apa yang bisa kita pelajari ?
PG : Ada beberapa, Pak Gunawan. Kesalahan mengajarkan kita untuk bergantung bukan pada diri sendiri melainkan pada Tuhan. Singkat kata, kesalahan mengajar kita untuk melihat keterbatasan diri. Ada kalanya kita lupa bahwa kita adalah manusia yang terbatas itu sebab kita membuat rencana yang sesempurna mungkin dan menggantungkan semuanya pada rancangan yang kita siapkan. Sewaktu kesalahan terjadi barulah kita disadarkan bahwa kita tidak tahu semuanya dan bahwa kita tidak bisa memastikan segalanya karena kita bukanlah Tuhan. Lewat kesalahan kita diingatkan untuk bergantung pada Tuhan. Di dalam dunia kita mengenal 2 perang dunia. Pada masa perang dunia ke-2 ada 2 negara Adijaya yang tak terkalahkan yaitu Jerman dan Jepang. Jerman berhasil hampir menguasai semua daratan Eropa dan Jepang hampir menguasai semua daratan Asia. Pada saat itu bulldozer kedua kekuatan itu melindas semua yang berupaya menghalangi mereka. Tapi sebagaimana kita ketahui, karena kesalahan perhitungan akhirnya mereka dikalahkan. Jerman mulai mengalami kekalahan sewaktu berupaya menduduki Uni Soviet dan Jepang akhirnya ditaklukkan oleh Amerika Serikat. Nah, kesalahan mengingatkan kita akan keterbatasan kita dan mendorong kita untuk bergantung pada Tuhan dan ini adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga, Pak Gunawan. Mengenal bahwa kita ini terbatas, menerima bahwa kita yang tidak sempurna kemudian kita akhirnya bergantung kepada Tuhan karena kita sadar kita ini tidak bisa menggantungkan kepada diri kita. Ini pelajaran yang sangat berharga yang Tuhan ingin kita sebetulnya pelajari.
GS : Tetapi tidak semua orang itu menyadari apalagi mau mengakui bahwa dia itu melakukan kesalahan begitu, Pak Paul. Kalau dia sudah menyangkali hal itu apakah dia akan memelajari sesuatu dari kesalahan yang dia buat ?
PG : Tidak. Biasanya kalau kita ini orang yang tidak suka mengakui kita ini bisa berbuat salah, umumnya kita menyalahkan orang lain, Pak Gunawan. Jadi akhirnya yang salah si ini, si itu, kita tetap saja sempurna. Nah, kita akhirnya tidak pernah belajar apa-apa sebab kita membatasi semua pada diri kita sendiri. Apa yang kita anggap benar, kita anggap benar lalu apa yang kita anggap salah maka salah; tidak ada lagi di luar itu. Berarti kita hanya belajar dari diri sendiri, ini yang akan membatasi pengetahuan kita.
GS : Pak Paul, tadi Pak Paul juga mengatakan orang yang terlalu menggantungkan pada perencanaannya sendiri itu juga bisa tidak belajar dari kesalahan. Tetapi apakah perencanaan bukan sesuatu yang memang diperlukan dalam kehidupan ini ?
PG : Sangat, sangat diperlukan. Jadi Tuhan itu tidak anti perencanaan atau persiapan. Tidak. Tuhan justru mau kita merencanakan dan Dia mau kita memersiapkan sebaik-baiknya. Tetapi Dia ingin kita ingat bahwa Dialah yang nanti menentukan. Kita hanya bisa melakukan bagian kita tapi nanti yang menentukan Tuhan sendiri. Nah, inilah yang Dia minta dari kita. Tunduk kepada-Nya, meminta kehendak-Nya apapun itu, meminta Dia untuk memimpin kita dalam proses perencanaan ini dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan sebab memang hasil itu adalah milik Tuhan bukan milik manusia.
GS : Jadi memang sebenarnya dalam proses membuat perencanaan itu Tuhan pun harus dilibatkan ?
PG : Betul. Kita minta supaya Tuhan misalkan memberi kita hikmat untuk melihat dengan jelas dan dapat memilah dengan baik. Misalkan dalam bekerjasama kita minta Tuhan menolong kita untuk memilih rekan-rekan yang bisa sehati, bisa saling tolong. Kalau misalkan kita dapat orang yang tidak sehati, tidak saling tolong itu juga repot. Jadi dalam perencanaan kita mesti melibatkan Tuhan dan kita serahkan hasilnya kepada Tuhan karena kita memang tahu bahwa kita tidak bisa memastikan hasil akhir.
GS : Iya. Dan itu seringkali dipertanyakan oleh orang, Pak Paul, "Saya ini sejak perencanaan sudah melibatkan Tuhan dan akhirnya sekarang mengalami kegagalan atau tidak berhasil". Melalui pernyataan itu sebenarnya dia itu mau menyalahkan Tuhan "Bukankah Tuhan sudah terlibat sejak awal, kenapa sekarang tidak berhasil?"
PG : Iya. Saya kira bisa diterapkan juga dalam hal pernikahan atau rumah tangga. Orang berkata, "Saya ini dulu berdoa minta Tuhan memimpin saya memilih pasangan hidup, Tuhan sediakan pasangan hidup saya ini tapi sekarang jadinya begini". Memang banyak faktor mengapa manusia bisa berubah sehingga akhirnya tadinya orang itu baik kepada kita, menyayangi kita sekarang ia tidak lagi baik dan menyayangi kita, itu bisa saja. Namun dalam hal-hal yang lainnya kenapa ada kalanya meskipun kita sudah berusaha melakukan sebaik-baiknya dan berdoa, meminta Tuhan menuntun sejelas-jelasnya tapi tetap saja hasil akhirnya di luar dugaan. Karena memang belum tentu ini adalah yang Tuhan ingin berikan kepada kita saat ini atau memang Tuhan sengaja membiarkan kita mengalami "kegagalan" itu sebab Dia ingin memberikan kepada kita sesuatu hal yang lain yang tidak kita lihat sebelumnya.
GS : Kalau kegagalan itu atau kesalahan itu kita alami karena faktor di luar kemampuan kita, misalnya faktor alam dan mestinya sudah terencana dengan baik, tapi Tuhan ijinkan faktor alam yang membuat kita mengalami kegagalan. Kalau tidak salah sewaktu Jerman menyerbu Rusia itu juga karena faktor alam, Pak Paul.
PG : Betul. Musim dingin.
GS : Seperti hal itu, bukankah kita tidak bisa menyalahkan orang-orang Jerman padahal itu ‘kan sudah direncanakan dengan baik.
PG : Iya. Dalam kasus itu yang pernah saya baca adalah memang karena Hitler terlalu percaya diri. Dia pokoknya berpikiran bahwa dia bisa menaklukkan Soviet dengan begitu mudahnya. Dia menduga bahwa ternyata Soviet terus bisa bertahan malahan mereka itu membakar lumbung-lumbung sehingga akhirnya waktu tentara Nazi masuk tidak ada makanan sama sekali. Sedangkan pada saat itu musim dingin sudah mulai datang. Jadi memang dia terlalu percaya diri walaupun saat itu pada umumnya staf atau tangan kanan-kiri Hitler memberitahukan, "Jangan menyerang karena pasti nanti bisa mengalami masalah". Tapi dia tidak peduli. Jadi kadang-kadang itu kesalahan terjadi karena kita memang terlalu percaya diri dan Tuhan ijinkan mengalami kegagalan supaya kita belajar mengerti bahwa kita terbatas kita tidak bisa memercayakan semuanya kepada perhitungan sendiri.
GS : Hal yang kedua apa, Pak Paul ?
PG : Kesalahan mengajarkan kita bahwa bukan saja kita terbatas tetapi orang lain pun terbatas. Kadang kita bergantung sepenuhnya pada orang untuk menolong kita atau mengeluarkan kita dari bahaya. Kadang kala kita bergantung pada orang untuk menyediakan kebahagiaan bagi kita. Kita lupa bahwa mereka pun manusia dan bisa melakukan kesalahan. Sewaktu mereka membuat kesalahan bukan saja kita terkejut dan kecewa, kita pun disadarkan bahwa ternyata mereka pun manusia yang terbatas sama seperti kita. Misalnya ada istri yang bergantung kepada suaminya seperti kepada Tuhan. Baginya si suami adalah segala-galanya; ia adalah yang paling sempurna buat istri. Si istri tidak perlu siapa pun termasuk Tuhan sebab semua kebutuhannya dipenuhi oleh si suami. Keadaan baru berubah tatkala karena salah perhitungan si suami melakukan kesalahan, misalnya usahanya bangkrut. Mereka harus pindah dan menyewa rumah, si istri pun terpaksa bekerja untuk menafkahi keluarga. Acapkali Tuhan mengijinkan hal seperti ini terjadi untuk menyadarkan kita bahwa kita tidak bisa menggantungkan hidup pada orang lain. Melalui kesalahan Tuhan mengingatkan bahwa jika kita menggantungkan hidup pada orang, kita akan kecewa. Orang bisa berubah. Hari ini dia berjanji, besok dia bisa ingkar janji. Hari ini dia setia, besok dia mengkhianati kita. Hari ini dia jaya, besok dia jatuh. Nah, kita tidak bisa bersandar pada orang, kita hanya bisa bersandar pada Tuhan.
GS : Iya. Pak Paul, hal ini bukan hanya dalam hubungan suami-istri seringkali juga hubungan antara orangtua dan anak. Ada orangtua yang menyandarkan masa depannya kepada anak-anaknya tetapi akhirnya anak-anaknya juga kurang hormat dan kurang mengasihi dia. Tapi sebaliknya juga anak-anak yang sangat bergantung pada orangtuanya, mengingat orangtuanya cukup kaya dan kedudukannya cukup terhormat sehingga dianggap orangtuanya bisa mencukupi segala kebutuhannya. Tetapi ternyata tidak seperti yang diharapkan begitu, Pak Paul.
PG : Betul. Kita tahu mungkin kita pernah dengar orang-orang yang dibesarkan dalam keluarga yang kaya raya. Memang sampai usia tertentu hidup mereka tetap terjamin karena uang peninggalan orangtuanya masih banyak, tapi uang akan habis. Nah, akhirnya mereka tidak bisa bergantung pada siapa pun sehingga benar-benar jatuh miskin; susah hidupnya. Tuhan tidak mau kita bergantung pada orang lain. Berkali-kali kita melihat ini di Alkitab, Israel bergantung pada bangsa-bangsa lain untuk menolongnya. Tuhan tidak menyukainya, Tuhan marah. Tuhan selalu berkata, "Kamu datang kepada-Ku, Aku akan menolongmu. Kamu jangan mencari bangsa-bangsa yang lain" tapi tetap saja orang Israel percaya pada bangsa-bangsa lain. Apa yang Tuhan lakukan ? Tuhan mengijinkan bangsa-bangsa lain itu yang tadinya mau menolong Israel untuk mengalami kekalahan perang, akhirnya tidak bisa melawan Israel juga. Dari semua itu Tuhan mengajar Israel untuk hanya bergantung kepada-Nya. Dialah satu-satunya, jangan bergantung pada orang lain atau pada situasi lain.
GS : Tapi bukankah juga seringkali terjadi bahwa Tuhan itu memakai orang lain untuk memberikan pertolongan-Nya kepada kita, Pak Paul ?
PG : Betul. Ini poin yang betul, baik. Tuhan memakai kita untuk menolong satu sama lain. Tetapi yang memakai kita adalah Tuhan. Kita hanyalah alat. Nah, jangan sampai kita itu karena ditolong oleh orang sehingga mendewa-dewakan orang. Tidak boleh. Maka selalu kita lihat di Alkitab, Tuhan melarang orang itu untuk terlalu menyembah-nyembah orang. Sedangkan kita baca waktu Kornelius pertama bertemu dengan Petrus dia sangat merasa bahagia. "Kenapa Petrus bersedia menginjakkan kakinya di rumahnya untuk mengabarkan Injil tentang Yesus". Dia langsung bersujud dan Petrus berkata, "Jangan" sebab Petrus hanyalah alat, adalah hamba. Jadi siapapun yang menolong kita, kita hargai, berterima kasih, harus itu. Tapi kita juga mesti ingat mereka adalah hamba Tuhan yang Tuhan pakai untuk menolong kita. Yang menolong kita sesungguhnya adalah Tuhan sendiri.
GS : Iya. Hal yang ketiga apa, Pak Paul ?
PG : Kesalahan mengajarkan kita bahwa ternyata ada jalan yang lebih baik. Ada kalanya kita memang tidak dapat melihat jalan yang lain. Sewaktu kesalahan terjadi barulah kita disadarkan bahwa ternyata ada jalan yang lebih baik. Kadang Tuhan memakai kesalahan untuk menghentikan langkah kita dan mengarahkan kita ke jalan yang lain yang lebih baik. Sudah tentu di dalam ketidakmengertian kita frustrasi. Tapi bila kita bersabar untuk bertanya kepada Tuhan maka kita akan menemukan jawabannya. Ternyata Tuhan memakai kesalahan untuk memberikan sesuatu yang lebih baik kepada kita.
GS : Tapi itu seringkali kita alami setelah kita berkali-kali menemui jalan buntu begitu Pak Paul ? Seolah-olah tidak ada jalan keluar lagi. Baru setelah berkali-kali kita menyadari hal itu.
PG : Memang tidak selalu setiap kali kita ini bertabrakan dengan kesalahan maka, "Wah Tuhan memberikan kita hal yang lebih baik", tidak selalu. Seringkali tidak begitu tapi dalam waktu tertentu Tuhan akan menyediakan sesuatu yang lebih baik. Lewat peristiwa seperti itu kita belajar bahwa kesalahan ini tidak selalu memang negatif. Kesalahan ini kadang perlu, baik kita bisa diarahkan kembali atau diputar supaya kita bisa berjalan di jalan yang lebih baik.
GS : Tapi itu ‘kan baru kita lihat atau kita sadari setelah peristiwa itu terjadi, kita baru menengok ke belakang "Oh itu ternyata" tapi sebelumnya tidak bisa kelihatan, Pak Paul.
PG : Betul. Betul sekali. Kadang-kadang kita itu bertanya-tanya, "Kenapa Tuhan membiarkan ini ?" membiarkan ini menghadang kita. Tapi nanti baru kita sadar "Oh, ternyata maksud Tuhan baik" di situ diperlukan iman, Pak Gunawan. Kita mesti percaya karena kita di tangan Tuhan dan Dia memimpin kita, dan kalau pun sampai terjadi kesalahan maka kita serahkan dan kita percaya bahwa Dia sanggup mengarahkan kita dan Tuhan itu tidak terbatasi; kalau ini misalnya tidak bisa kita gunakan Tuhan masih punya 1001 jalan lain yang dapat kita gunakan.
GS : Iya. Jadi ketaatan kita yang dibutuhkan pada saat Tuhan melakukan proses seperti itu, Pak Paul ?
PG : Betul.
GS : Nah, apakah ada contoh di Alkitab, Pak Paul ?
PG : Sebagai raja, Saul banyak melakukan kesalahan. Sesungguhnya setiap kesalahan yang diperbuatnya membukakan kesempatan kepadanya untuk menemukan jalan hidup yang lebih baik. Sayang dia tidak pernah mendengar teguran Tuhan dan dia tidak bersedia belajar dari kesalahannya. Dia terus memandangi Daud sebagai sumber masalahnya; dia buta terhadap dirinya. Kita tahu hidupnya berakhir tragis; Tuhan menolaknya dan membiarkannya mati dalam peperangan. Sebaliknya Daud belajar dari kesalahannya. Kita tahu Daud itu tidak luput dari kesalahan; dia berzinah dan akhirnya juga membunuh suami dari Betsyeba. Tapi dia belajar dari kesalahannya, dia tidak mengulang perbuatan dosanya dan dia menemukan jalan Tuhan yang lebih indah. Di sini kita bisa melihat Tuhan memakai kesalahan untuk menunjukkan jalan hidup yang baik.
GS : Ini tergantung bagaimana dia menyikapinya; bagaimana seseorang menyikapi apa yang Tuhan sediakan bagi dia. Saul berbeda dengan Daud. Tapi apakah kita bisa belajar dari orang lain tentang bagaimana menyikapi kesalahan ini tadi ?
PG : Bisa saya kira, Pak Gunawan. Bisa kita belajar dari orangtua kita. Mungkin orang tua kita juga banyak cerita pada kita bahwa mereka pernah melakukan kesalahan salah perhitungan atau apa sehingga akhirnya mereka juga bangkrut atau kehilangan usaha mereka atau apa. Tapi Tuhan justru memakai kesalahan itu dan kebangkrutan mereka untuk menemukan sesuatu yang lain yang lebih indah lagi. Misalkan gara-gara itu mereka akhirnya berubah total, tidak lagi mementingkan pekerjaan, uang, materi tidak. Tapi sekarang lebih mementingkan untuk melayani Tuhan. Nah, akhirnya hidup mereka justru lebih baik. Dulu sebelumnya mereka sering bertengkar tapi sekarang setelah diubahkan Tuhan materi tidak lagi penting, justru hidup mereka lebih tentram, lebih saling mengasihi. Itulah cara Tuhan mengijinkan kesalahan terjadi dalam hidup kita supaya Dia bisa memberikan kepada kita sesuatu yang lebih baik.
GS : Iya. Kita biasanya belajar dari orang lain itu, keberhasilan yang dia raih. Dan orang juga lebih suka membagikan pengalamannya yang membanggakan yaitu berhasil di dalam salah satu bidang itu, kalau kesalahan atau kegagalan itu, orang sulit untuk mau berbagi pengalaman, Pak Paul. Apalagi kalau dia tidak bisa mengatasi kesalahannya itu.
PG : Betul. Tapi kita lihat orang yang berjiwa agung. Orang yang memang rela sekali mengakui kesalahannya dan membagikan kesalahannya secara terbuka supaya orang tahu dan belajar dari kesalahannya. Saya terpikir misalnya dengan Pdt. Charles Swindoll. Waktu dia memulai lagi sebuah pelayanan gerejawi di negara bagian Texas, Tuhan memberkati begitu cepatnya gereja itu bertumbuh, begitu cepat. Sehingga mereka itu karena kebutuhan begitu mendesak terpaksa dengan cepat merekrut tenaga untuk bisa membantu pelayanan Pdt. Charles Swindoll. Dalam bukunya dia menulis itu kesalahan dia. Dia berkata, pada akhirnya dia dan beberapa rekannya harus mengambil keputusan yang sangat berat yaitu memecat beberapa stafnya karena ternyata salah pilih. Nah, kita ini tidak membicarakan Pdt. Charles Swindoll yang saat itu berusia 25 tahun, paling tidak umurnya saat itu 70 tahunan; sudah cukup berumur. Tapi dia mengakui meskipun pengalamannya menggembalakan sudah puluhan tahun tetap dia bisa melakukan kesalahan seperti itu. Justru waktu kita belajar dari orang-orang seperti dia, itu menjadi pelajaran yang sangat berguna. Jangan anggap karena kita sudah berpengalaman pastilah kita bisa melihat orang dengan tepat, pilih rekan dengan pas. Ternyata tidak. Bisa saja keliru.
GS : Iya. Justru itu langka yang kita jumpai di dunia ini, orang mau mengakui kesalahannya dan itu dipublikasikan dan ditularkan ke orang lain supaya orang lain jangan melakukan kesalahan yang sama.
PG : Betul.
GS : Iya. Yang keempat apa, Pak Paul ?
PG : Kesalahan mengajarkan kita bahwa apapun yang terjadi rencana Tuhan tetap bergulir. Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Dia tidak dapat dihentikan oleh kesalahan. Kadang kita merasa hidup telah tamat akibat kesalahan yang kita perbuat. Tetapi ternyata kita keliru. Tuhan masih bisa bekerja untuk menggenapi rencana-Nya melalui kesalahan yang kita perbuat. Jadi jangan berhenti berharap dan beriman. Petrus melakukan kesalahan yang tidak kecil. Dia menyangkal mengenal Yesus, Guru dan Sahabatnya. Tapi rencana Tuhan tidak berhenti atau berubah haluan gara-gara kesalahan yang diperbuatnya. Tuhan kita Yesus tetap menunjuknya menjadi gembala umat Tuhan di bumi. Mungkin Petrus malu dan berpikir Tuhan pasti tidak akan memakainya dan tidak akan memercayakan apapun lagi kepadanya. Itu sebabnya setelah Yesus bangkit dan menampakkan diri Petrus malah pergi menangkap ikan lagi. Tapi sebagaimana kita ketahui Tuhan Yesus kembali menyambut Petrus di tepi danau Tiberias dan disana Dia meminta Petrus menjadi gembala umat-Nya.
GS : Iya. Seringkali kalau orang sudah melakukan kesalahan apalagi kesalahan itu cukup fatal dan besar, orang menjadi takut untuk mau memulai lagi atau trauma dengan kesalahan masa lalunya. Dan itu selalu diingat-ingat terus. Memang baiknya dia lebih berhati-hati tapi rasa takut itu seolah-olah mengejar dia terus, ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Saya tidak akan berkata kita tidak perlu merasa malu atau menyesal kalau kita telah berbuat kesalahan; saya pikir ada baiknya. Kita memang tetap bisa malu dan tetap bisa menyesali perbuatan kita. Dan satu lagi kita mesti tahu diri. Tidak bisa berkata, "Yang penting saya sudah bertobat, sekarang hidup seperti biasa lagi. Bekerja buat Tuhan seperti biasa lagi. Semua seperti biasa lagi", ya tidak. Saya kira ada baiknya kita ini tahu diri. Saya masih ingat cerita raja Daud. Karena dia tahu dia pernah berdosa, dia tahu Tuhan itu marah tapi dia juga tahu Tuhan sudah mengampuninya. Sewaktu anaknya mencoba menggulingkan dia dan dia lari dari kota Yerusalem lalu bawahannya bertanya, "Mau tidak membawa Tabut Perjanjian ?" dia berkata, "Tidak usah. Kalau Tuhan kehendaki saya pulang maka pulang, kalau tidak, tidak apa" dia tahu diri. Jadi kita juga sebagai manusia mesti tahu diri. Jangan anggap, "Pokoknya Tuhan ampuni saya tidak apa-apa semuanya baik lagi seperti biasa" Tidak ! Mesti ada waktu tunggu, biar Tuhan nanti yang mengirimkan sinyal memanggil kita kembali.
GS : Tapi terlalu takut sehingga tidak berani bergerak itu pun bukan sesuatu yang sehat, Pak Paul.
PG : Betul, betul. Jangan sampai kita sama sekali membiarkan misalnya dalam hal ini perasaan kita atau bahkan Iblis menguasai kita sehingga dia malah mematahkan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita.
GS : Iya. Memang di dalam kasusnya Petrus kita melihat ada pertobatan, ada penyesalan yang dalam dan Tuhan Yesus memang memanggil dia kembali, jadi kuncinya disitu. Kuncinya adalah ada pertobatan dan kesediaan untuk datang lagi kepada Tuhan Yesus.
PG : Betul. Dan Tuhan memakai kesalahan itu justru untuk membangun dia, lebih mendewasakan dia dan kita lihat rencana Tuhan tidak pernah berhenti tetap bergulir.
GS : Dan Petrus tetap diberikan tugas oleh Tuhan Yesus sehingga dia merasa percaya diri lagi karena Tuhan memercayakan tugas yaitu mengasihi, menggembalakan ‘domba-domba’, bukankah itu suatu tugas mulia?
PG : Betul, betul.
GS : Jadi bagaimana Pak Paul rencana Tuhan ini, apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Kesimpulan dari segalanya adalah rencana Tuhan berada di atas rencana dan kesalahan manusia. Jadi jangan putus asa dan jangan putus harapan. Amsal 3:5 berkata, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu". Lewat kesalahan kita belajar bersandar pada Tuhan bukan pada pengertian kita sendiri. Lewat kesalahan kita belajar bahwa jika kita menghormati kehendak Tuhan dalam semua langkah yang kita ambil maka Ia akan memakai kesalahan kita. Rencana Tuhan tidak akan berhenti hanya karena kesalahan yang kita perbuat.
GS : Terima kasih, Pak Paul, untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian, kami mengucapkan terima kasih telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Belajar Dari Kesalahan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Atau Anda juga dapat menggunakan e-mail ke alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.