T 213 B
Lengkap
"Menangani Anak Sulit Belajar" oleh Ibu Winny Soenaryo, M. A.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali bersama Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi, kami akan berbincang-bincang dengan Ibu Winny Soenaryo M.A. Seorang ahli terapis okupasi. Perbincangan kami kali ini tentang "Menangani Anak Sulit Belajar". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Selamat datang Ibu Winny, dan kami senang Ibu bisa bergabung dengan kami. Kami mempunyai banyak pertanyaan, terutama berkaitan dengan problem belajar dari anak-anak. Apakah Ibu Winny bisa memberikan kepada kami penjelasan tentang apa saja problem yang biasanya dihadapi oleh anak-anak dalam belajar?
WS : Sekarang ini banyak sekali di sekolah atau orangtua mulai bertanya-tanya, kenapa anak saya sulit belajar. Mungkin mereka menganggap anaknya bodoh atau mempunyai IQ yang rendah atau meman malas belajar.
Tapi sebetulnya ada beberapa tipe kesulitan belajar yang disebut "learning disability". Dan kesulitan belajar itu dapat dibagi dalam beberapa tipe kesulitan. Yang pertama, kesulitan dalam membaca (dyslexia), atau kesulitan dalam menulis (dysgraphia), kesulitan dalam aritmatika (dyscalcula) atau juga kesulitan untuk mengerti apa yang mereka baca.
PG : Jadi rupanya ada beberapa jenis, dan yang Ibu sudah sebut itu sudah tentu akan sangat-sangat mempengaruhi prestasi belajar seseorang di sekolah. Sebab bukankah membaca, memahami, menulis,menghitung, itu adalah bagian yang penting dalam sekolah.
Bisakah Ibu jelaskan, apa yang Ibu maksud dengan yang pertama tadi kesulitan membaca atau disleksia?
WS : Anak yang biasanya mempunyai kesulitan dalam membaca yaitu disleksia, kita bisa ketemukan guru atau orangtua sering mengatakan bahwa anak saya sulit dalam mengeja. Atau pada waktu didikte selalu salah, jadi waktu didikte B, menulisnya D atau P; ketika disuruh membaca, sering terbalik-balik.
Dan juga mereka sulit untuk melihat satu kata itu sebagai satu kata, misalnya waktu mereka melihat ibu, apa yang mereka lihat mungkin saja 'i-b-u' itu terpisah. Atau bisa juga mereka melihat 'i dan bu'. Jadi waktu mereka membaca, "i-bu," tidak bisa membaca dengan, "ibu" (satu kata).
GS : Ini kesulitannya atau masalahnya ada di bagian apa dari tubuh anak itu?
WS : Itu disebabkan dari otaknya, jadi otaknya ada masalah sehingga gangguan itu membuat mereka sulit untuk melihat suatu kata itu menjadi satu kata.
GS : Jadi semakin panjang suatu kata, makin sulit buat dia untuk membacanya?
GS : Bagaimana dengan mengejanya, per-suku kata, apakah tetap kesulitan?
WS : Buat mereka masih kesulitan untuk mengeja. Jadi misalnya kita meminta menulis 'bapak', mereka akan berpikir bagaimana 'bapak' itu, mengeja itu buat mereka sangat sulit.
GS : Biasanya ini harus melalui pengamatan yang cukup panjang sehingga kita bisa tahu anak ini memang mengalami kesulitan di dalam membaca. Langkah-langkah apa yang biasanya Ibu ambil?
WS : Biasanya yang mendiagnosa anak itu mempunyai "learning disability" (kesulitan belajar), bisa dibawa ke ahli ilmu jiwa atau psikiater anak yang bisa lebih mengerti dalam hal ini dan juga mugkin kita bisa mendapatkan laporan dari sekolah, khususnya guru-guru yang selalu bersama dengan anak, dan juga orangtua.
Jadi ketika orangtua merasa anaknya ada kesulitan dalam mengeja atau dalam membaca, bisa membawa anak itu ke ahli ilmu jiwa.
PG : Bahasa itu sebuah simbol, bahasa itu membuat makna, apakah masalahnya itu terletak pada ketidakmampuan si anak untuk menghubungkan bahasa yang adalah simbol dengan makna yang dilambangkannya itu?
WS : Jadi mereka mempunyai kesulitan kalau mereka membaca sesuatu mereka tidak bisa melihat itu sebagai (misalnya mereka melihat kata-katanya 'kursi') mereka tidak bisa melihat sebagai kursi atu membayangkan itu sebagai objek kursi.
PG : Jadi meskipun kita sudah memberitahukan si anak bahwa inilah kursi dan kita memberikan pengejaannya atau kata itu dalam bentuk tulisan 'kursi' tetap si anak itu mengalami kesulitan menghubungkan kata kursi itu dengan kursi itu sendiri?
WS : Betul, biar pun mereka diberi tahu itu kursi, mereka tahu kalau itu kursi.
PG : Jadi waktu mereka mendengar kata kursi, mereka bisa menunjuk itu kursi. Tapi waktu mereka melihat kata kursi yang tertulis, mereka tidak bisa mengaitkannya dengan kursi.
GS : Kalau itu mengenai huruf, bagaimana kalau mengenai angka. Misalnya ada angka 1, angka 2, apakah mereka juga kesulitan membacanya?
WS : Angka mungkin tidak terlalu rumit dibandingkan dengan huruf. Tapi mungkin ada anak yang juga kesulitan dengan angka-angka.
GS : Seperti angka 3 dan 8 itu hampir mirip, apa mereka juga kesulitan?
WS : Mungkin yang seperti itu mereka akan lebih baik, tapi kalau misalnya mereka melihat 12 dan 21, kadang-kadang bisa terbalik.
GS : Bagaimana dengan tanda baca, misalnya titik (.), koma (,), tanda seru (!), tanda tanya (?), apakah mereka juga kesulitan?
WS : Buat mereka tidak terlalu sulit, karena anak yang kesulitan membaca mungkin saja mereka lebih baik dengan yang abstrak seperti gambar-gambar.
GS : Kalau warna mungkin tidak menjadi masalah. Bagaimana kita bisa membantu anak-anak yang seperti ini; sebagai orangtua apa yang bisa kita lakukan, setelah misalnya dibawa ke psikiater atau terapis?
WS : Dari sana kita bisa menggunakan strategi-strategi lain selain menyuruh anak itu membaca dan mempelajari sesuatu. Misalnya dalam suatu ulangan, anak itu harus menghafal semua, mungkin kitabisa menggunakan strategi lain dengan kita membacakannya dan dicatat kemudian mereka bisa mendengarkannya.
Dengan cara seperti itu anak bisa mendengarkan apa yang mereka harus belajar. Atau mereka bisa menonton sesuatu dengan suara dan gambar, dengan visual seperti itu mungkin juga dapat membantu mereka.
GS : Tapi di sekolah, bukankah mereka tidak bisa mendapatkan fasilitas seperti itu?
WS : Mungkin kita bisa membicarakan dengan gurunya, "kalau anak saya ini mengalami kesulitan dalam membaca, apakah mungkin saya menaruh tape recorder di kelas agar bisa membantu." Atau juga mugkin mereka harus mencatat dari papan tulis, atau kita bisa meminjam catatan temannya, dan di rumah bisa pelan-pelan membantu anak itu.
GS : Tadi Ibu katakan anak juga bisa mengalami kesulitan di dalam komprehensifnya yang sangat terkait dengan membaca, nah ini bagaimana?
WS : Kesulitan dalam komprehensif itu mungkin terpisah dengan membaca, karena mungkin juga satu anak bisa membaca dengan baik tapi apa yang mereka baca belum tentu mereka bisa mengerti. Misalna seperti tadi yang kita bicarakan, kalau anak itu membaca kata ibu dan mereka melihatnya kata i dan bu.
Tapi kalau anak yang kesulitan komprehensif, mereka mungkin bisa membaca kata ibu, tapi kalau mereka disuruh berpikir apakah ibu, mungkin mereka akan sulit untuk mengerti.
PG : Apa yang bisa kita lakukan untuk menolong anak-anak ini?
WS : Untuk anak-anak yang susah "comprehension", biasanya kita bisa mencoba salah satunya dengan audio atau juga untuk yang lebih besar karena mereka harus membaca banyak paragraf yang panjang,jadi bisa dibagi.
Setiap kali mereka membaca satu kalimat, kita bisa bertanya kepada mereka, "Apa yang baru saja kamu baca?" Kalau abstrak, mereka tahu dan bisa menjawabnya tapi kalau lebih dalam dari itu mereka akan kesulitan. Jadi mungkin bisa kalimat-per kalimat, kita membantu mereka untuk mengerti.
PG : Tadi Ibu menekankan, kalau anak mengalami masalah dalam membaca atau dalam memahami, Ibu mencoba menolongnya dengan mengembangkan fungsi-fungsi yang lain, sehingga dia tidak lagi mendasarimasuknya informasi lewat bacaan saja.
Pertanyaan saya, apakah tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menolongnya mengeja dengan lebih benar?
WS : Mengeja itu satu proses, jadi mungkin dalam otak kita sudah terbentuk sekian sehingga anak itu sulit untuk mengeja. Kita mungkin bisa membantu mereka mengeja dengan menghubungkannya denga gambar, karena mereka abstraknya lebih baik, jadi kita bisa menghubungkan gambar dan kata-kata itu.
Itu bisa menjadi salah satu strategi kita menolong mereka, tapi kalau kita bisa berulang-ulang membantu mereka mengeja, karena kita tahu kelemahan mereka di sana, itu akan bisa membantu mereka. Karena pengulangan itu juga akan membantu mereka.
PG : Jadi kalau seorang ibu di rumah ingin membantu anaknya yang mempunyai masalah dengan disleksia, si ibu itu memang mesti mempersiapkan diri. Misalkan dengan menggunting gambar-gambar, sehigga makin banyak gambar akan makin banyak contoh yang bisa digunakan olehnya untuk menolong si anak.
Dan memarahi si anak supaya bisa lebih baik menghafal atau lebih baik mengeja, mungkin Ibu tidak sarankan itu?
WS : Ya, karena anak itu mungkin juga ingin bisa membaca tapi karena ada masalah di otaknya sehingga dia mempunyai kesulitan. Kalau anak ini tambah dimarahi, mungkin akan trauma dengan kemarahn itu dan dia tidak mau belajar lagi.
Jadi sebaiknya kita mengembangkan apa yang positif buat anak ini, supaya bisa membantu anak dengan baik.
GS : Selain anak yang mengalami kesulitan dalam membaca, tadi Ibu katakan ada anak yang kesulitan dalam hal menulis. Itu bagaimana?
WS : Anak yang sulit menulis, mereka mempunyai beberapa problem dalam menulis, misalkan mereka kesulitan bagaimana cara membentuk huruf A, sehingga mereka tidak dapat menulisnya memang mereka thu harus menulis huruf A tapi mereka kesulitan.
Atau juga bisa terbalik-balik antara huruf besar dan huruf kecil, jadi dalam satu kata, dua-duanya bisa dalam satu kata itu. Atau juga mereka ada masalah dengan jaraknya, jadi menulisnya semua dijadikan satu.
GS : Ini bukan berarti dia tidak bisa menulis dengan baik, artinya bentuk hurufnya jelek, bukan itu ya Bu?
WS : Hurufnya jelek mungkin, tapi anak yang kesulitan menulis itu lebih ke arah mereka tidak tahu bagaimana caranya menulis kata-kata itu.
GS : Dan ini hanya untuk huruf-huruf tertentu seperti tadi kesulitan membaca, Ibu katakan terbalik-balik dan sebagainya, atau apakah untuk semua huruf dia kesulitan untuk menulis?
WS : Ini lebih diarahkan pada kata-kata, huruf yang ada ABCD-nya.
GS : Jadi maksudnya bukan huruf yang berdiri sendiri, hanya menulis A dia tidak bisa tapi huruf B dia bisa. Bukan seperti itu?
WS : Tergantung anaknya, setiap anak berbeda. Mungkin mereka kesulitan untuk memformasikan kata-kata itu.
GS : Tetapi menulis angka dia tetap bisa?
WS : Kadang kala bisa, kadang kala tidak, itu juga tergantung pada anaknya.
GS : Berarti perlu diobservasi lagi, di bagian mana dia tidak bisa. Langkah apa yang biasanya Ibu lakukan untuk membantu anak yang kesulitan menulis?
WS : Biasanya saya akan membantu dengan menggunakan visual strategi. Misalnya, anak itu lupa bagaimana cara menulis huruf A, saya akan taruh di depan meja mereka contoh-contoh huruf dari A samai Z.
Jadi ketika anak itu melihat bagaimana menulis A, karena sudah ada contohnya mereka menjadi bisa. Begitu juga dengan angka, jadi mereka akan lebih gampang untuk menulis. Juga menggunakan strategi kalau mereka kesulitan dalam hal jarak antara satu kata dengan kata yang lain, kita bisa membantu mereka dengan berbicara antara satu kata dengan kata yang lain kita taruh jari.
PG : Apakah masalahnya juga seperti ini Bu, yaitu misalkan si anak harus mengeja atau melafalkan kata mobil, terus dia harus menuliskannya. Dia tidak menulis mobil tapi mobi, karena dia tidak isa mengaitkan suara L dalam bentuk tulisan L.
Apakah itu juga masalahnya?
WS : Anak yang sulit menulis mungkin mereka tahu, mungkin yang mengalami disleksia yang mengeja kurang atau hilang.
PG : Jadi kalau yang ini, pengurangan katanya terjadi dalam bentuk apa, bisa diberikan contoh?
WS : Misalnya mereka disuruh menulis mobil, mereka mungkin tahu menulis mobil itu m-o-b-i-l, tetapi disuruh menulis huruf m-nya kesulitan, jadi mereka berpikir dulu bagaimana saya menulis hurufm, menulis o, i atau l.
Jadi di dalam otak mereka tahu, tetapi mereka sulit untuk menulisnya.
PG : Jadi sebetulnya mereka mempunyai konsep itu di benaknya atau di otaknya, tapi waktu harus menuliskan tiba-tiba terjadi kemacetan. Meskipun mungkin saja kemarin dia baru saja menulis mobildan bisa menulis m, atau mungkin sejam yang lalu mereka masih bisa menulis huruf m tapi sejam kemudian tiba-tiba huruf m itu hilang dari catatan di otaknya.
GS : Seingat saya waktu saya kecil, kami disuruh menulis suatu huruf itu sampai berulang-ulang, satu lembar itu hanya menulis huruf O atau huruf A saja. Apakah cara seperti itu akan membantu anak-anak yang kesulitan dalam menulis?
WS : Itu bisa membantu, karena dengan berulang-ulang akan membantu anak untuk mengingat bagaimana caranya menulis.
GS : Saya juga pernah mengalami, sudah ada tulisannya di bawahnya kemudian ditutup dengan kertas yang agak tipis, dan waktu itu kami mengulang di atasnya; mencontoh persis seperti contoh yang ada di bawahnya.
WS : Itu juga bisa, mungkin itu salah satu hal yang bisa dilakukan di awal, tapi pelan-pelan kita juga harus melepaskan itu, dengan berulang-ulang akan membantu anak lebih mengerti bagaimana caa menulisnya atau bagaimana kata itu dibentuk.
GS : Memang itu sangat membantu karena kalau kita melihat sekarang itu agak banyak anak yang tulisannya cenderung jelek, karena di sekolah memang tidak diajarkan lagi bagaimana menulis dengan baik.
PG : Saya ingin bertanya, hal-hal yang tadi Ibu sebutkan itu berasal dari otak, apakah itu bisa diturunkan atau diwariskan. Misalnya kalau orangtuanya menderita disleksia, maka anaknya mempunyi kemungkinan yang lebih besar untuk menderita disleksia.
Apakah ada kaitannya?
WS : Itu mungkin bisa terjadi ada turunan, tapi bisa juga tidak, itu tergantung anaknya.
PG : Ada yang ketiga yang Ibu katakan masalah diskalkulia, bisa dijelaskan apa itu dyscalculia ?
WS : Diskalkulia itu kesulitan dalam aritmatika, yaitu matematika dalam berhitung. Buat anak seperti ini, berhitung itu sangat sulit. Misalnya ditanya yang gampang, 2+2, dalam otak atau benakmereka, mereka tidak bisa membayangkan 2+2 itu berapa.
Jadi kita harus membeberkan mereka gambar misalnya ada 4 apel, jadi 2 apel + 2 apel, dan mereka harus hitung 1,2,3,4, baru mereka bisa. Atau seperti anak yang sudah besar, mengenai uang. Mereka akan kesulitan, misalnya membeli sesuatu harganya 2.000 dan mereka ada uang 5.000, akhirnya mereka berikan 5.000 itu tapi mereka tidak tahu kembalinya harus berapa.
PG : Sekali lagi itu berkaitan dengan visualisasi, sebab bukankah angka itu simbol sama seperti bahasa. Jadi angka itu mencerminkan sebuah makna, dan rupanya waktu dia melihat angka, angka itutidak bisa menghasilkan gambar atau konsep di benaknya maka akhirnya dia tidak bisa membayangkan atau menghitungnya, sebab benar-benar terputus.
WS : Dan uniknya anak-anak yang mengalami kesulitan dalam aritmatika ini, dalam hal lain mereka bisa. Misalnya mereka dapat menulis dengan baik, membaca dengan baik tapi hanya dengan matematik ini yang sulit.
PG : Jadi ada keterputusan dalam hal memaknai angka itu, di dalam hal-hal yang lain mungkin saja tidak ada masalah.
GS : Bagaimana dengan soal-soal aritmatika itu diberikan dalam bentuk tulisan, jadi bukan dalam bentuk simbol-sombol angka tapi dalam bentuk kata-kata, apakah dia tetap kesulitan atau bagaimana?
WS : Biasanya mereka juga mempunyai kesulitan itu, yaitu mereka membaca, mereka bisa mengerti tapi karena harus menambah dan mengurang, mereka tetap kesulitan mengerjakan persoalan seperti itu.
GS : Itu terkait juga kalau kita berbicara tentang hari, tentang bulan, tentang umur dan sebagainya?
WS : Betul, mereka sulit untuk mengerti.
GS : Karena itu berhubungan dengan angka, juga dengan jarak dan sebagainya.
WS : Ya, mereka kesulitan dalam hal-hal seperti itu.
GS : Nah bagaimana cara Ibu menangani hal ini?
WS : Saya akan mencoba melakukannya lebih ke arah strategi visual, misalnya kalau dalam hal angka saya akan menggunakan gambar, mungkin dengan gambar-gambar akan lebih bisa dimengerti daripada ngka 1,2,3; mereka mungkin bisa tahu tapi kalau dengan gambar mereka bisa hitung 1,2,3.
Atau dengan menggunakan diagram, agar mereka bisa melihat dengan lebih jelas. Selanjutnya saya juga akan mengulang berkali-kali, karena dengan berulang-ulang akan membuat mereka lebih fasih lagi. Kalau angka ini abstrak, jadi 1+1 sudah pasti 2.
PG : Dengan kata lain, karena mereka tidak bisa menghadirkan gambar itu di benaknya, jadi Ibu membantunya dengan cara menghadirkan gambar itu di depan matanya. Jadi mengaitkan gambar itu denga angka itu sendiri sehingga akhirnya dia bisa mentransfer, memindahkan gambar yang di depan matanya itu ke dalam benaknya sendiri.
WS: Ya, mungkin juga waktu kita memberikan gambar, mereka juga kesulitan, tapi mungkin ini akan lebih membantu karena buat mereka gambar itu lebih berarti daripada angka-angka itu.
PG : Tapi apakah dalam pengalaman Ibu, metode-metode itu bisa membuahkan hasil, sebab saya terus terang khawatir juga kalau kesulitan dengan angka, kemudian mereka berbelanja, benar-benar dia bsa sangat salah dan dirugikan orang.
WS : Betul, karena di tipu pun anak itu tidak akan tahu. Tapi kita mungkin bisa memakai strategi-strategi lain yang bisa dilatih di rumah misalnya dengan permainan monopoli. Jadi anak itu diltih, "Kalau saya berikan ini, kembalinya berapa."
Atau kalau berbelanja, kita bisa membantu anak itu dengan menggunakan credit card, karena credit card sudah pasti jumlahnya, jadi anak itu tidak usah menghitung lagi kembaliannya berapa.
PG : Kalau misalnya kita memberikan kepadanya kalkulator, dia bisa atau tidak menggunakan kalkulator untuk menghitung?
WS : Bisa, itu salah satu strategi juga yang bisa digunakan oleh mereka.
PG : Jadi misalnya dia sudah mendengar harganya 5.000 dan uangnya 10.000, dia langsung menuliskan itu kemudian menguranginya, begitu Bu. Sebab dia bisa langsung melihatnya. (WS : ya)
GS : Menghadapi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar seperti ini, apa yang Ibu bisa berikan kepada khususnya para orangtua?
WS : Yang pertama-tama saya akan terus memberi semangat kepada orangtua jangan putus asa, karena anak itu mungkin kesulitan dalam satu hal, tapi mungkin mempunyai kemampuan yang bagus di tempatlain yang mungkin kita tidak tahu.
Jadi kita bisa kembangkan strong point mereka. Saya juga akan mendorong orangtua untuk menyayangi dan menghormati anak-anaknya karena mungkin mereka ingin sekali bisa belajar. Tapi dengan kondisi mereka, mereka sulit untuk belajar. Saya juga akan mendorong orangtua untuk meluangkan lebih banyak waktu dengan anak-anaknya itu, karena dengan lebih banyak waktu yang diberikan, anak-anak akan merasa lebih senang karena merasa disayangi orangtua. Ada banyak juga anak yang mengalami sulit belajar itu IQ-nya rendah, jadi mereka menganggap saya bodoh. Jadi orangtua bisa memberi semangat kepada mereka bahwa mereka tidak bodoh, tapi mereka mempunyai kelebihan di tempat lain yang kita bisa kembangkan, dan itu akan lebih baik. Dan kalau memang orangtua tahu bahwa anaknya mengalami masalah pada hal-hal tertentu, mereka segera bisa mendapatkan intervensi yang lebih dini, juga intervensi yang khusus dengan kesulitan anak-anak. Mereka juga bisa bekerja sama dengan para ahli yang bisa membantu anak dalam bidang seperti itu.
GS : Intinya anak seperti ini membutuhkan banyak perhatian dan banyak kasih sayang. Apakah Pak Paul ingin menyampaikan sesuatu untuk melengkapi perbincangan kita ini?
PG : Saya akan bacakan dari Mazmur 62:6, "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Ayat 9, "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatmu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.
Memang gangguan -gangguan belajar seperti yang tadi dibahas oleh Ibu Winny, gangguan yang sudah tentu menyusahkan orangtua dan menyusahkan anak itu sendiri. Orangtua perlu bersabar, perlu tenang; firman Tuhan berkata, "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang." Tenang dalam pengertian orangtua perlu percaya bahwa anak ini bukanlah sebuah kesalahan. Tuhan tidak memberikan anak yang salah kepada kita, Tuhan memberikan anak yang tepat untuk kita. Percayalah, karena Allah yang memberi Allah juga akan memeliharanya. Tugas kita adalah dengan sabar mencoba untuk membesarkan anak ini, kita harus meluangkan waktu untuknya. Jadi kalau kita sebagai orangtua memang sibuk, kita harus memberikan waktu untuk anak kita; mengurangi kegiatan di luar, mungkin juga harus mengurangi kegiatan kerja kita agar kita bisa memberi waktu untuk anak kita. Kalau si anak melihat kita belum apa-apa sudah tidak tenang, resah, maunya marah saja, dia tambah cemas; dalam keadaan cemas, sudah tentu masalahnya bukan membaik malah makin memburuk. Dan kepada saudara-saudara kita yang mempunyai masalah seperti ini, yang mungkin mendengarkan siaran ini, saya juga ingin mengingatkan bahwa Tuhan berkata, "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." Curahkanlah isi hatimu kepada Tuhan, Dia melindungi, Dia mempunyai rencana atas hidup Saudara dan masalah ini tidak menghalangi Tuhan menggenapi rencana-Nya atas hidup Saudara.
GS : Terima kasih Pak Paul, terima kasih Ibu Winny untuk perbincangan dengan kami pada saat ini. Para pendengar sekalian kami juga mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Winny Soenaryo M.A. dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Menangani Anak Sulit Belajar". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.