Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama Ibu Ester Tjahja, kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Heman Elia, M.Psi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Konsep Diri". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Heman, kalau kita berbicara tentang konsep diri, mungkin Pak Heman bisa lebih dahulu menjelaskan sebenarnya apa konsep diri itu?
HE : Konsep diri adalah satu cara seseorang memandang atau menggambarkan dirinya. Kita bisa memiliki gambaran yang baik dan menyenangkan tentang diri kita, sebaliknya kita juga bisa mempunyi gambaran yang buruk tentang diri kita sendiri.
Konsep diri atau cara kita melihat diri ini merupakan bagian yang sangat penting di dalam kepribadian dan hidup kita. Karena selain menyangkut aspek pengetahuan juga menyangkut aspek perasaan. Jadi konsep diri menentukan bagaimana kita bereaksi atau menanggapi dunia di luar kita dan menentukan juga sejauh mana kita bisa puas dengan hidup kita.
GS : Kalau begitu apakah setiap orang mempunyai konsep diri?
HE : Betul, setiap orang mempunyai konsep diri hanya ada yang positif dan ada yang negatif ada juga yang tidak terlalu positif dan tidak terlalu negatif.
ET : Tadi Pak Heman mengatakan tentang aspek pengetahuan dalam konsep diri maksudnya bagaimana?
HE : Yang menyangkut pengetahuan adalah gambaran atau apa yang kita ketahui tentang diri kita, misalnya saya tahu bahwa saya mempunyai tubuh yang kurus atau mungkin ada orang yang mempunyaitubuh yang gemuk, wajah yang menarik atau tidak, cerdas atau kurang cerdas.
Selain itu kita juga tahu apa sifat baik dan sifat buruk kita, kesukaan atau ketidaksukaan kita, kurang lebih juga bagaimana orang lain memandang atau menilai diri kita, ini semua merupakan aspek pengetahuan di dalam konsep diri.
GS : Nah bagaimana kita bisa memperoleh pengetahuan atau bagaimana seseorang itu mendapatkan pengetahuan seperti itu?
HE : Pada awalnya ini berasal dari pengasuh atau orangtua kita saat kita masih sangat muda, lalu kita belum punya pandangan apa-apa tentang diri kita. Dari cara orangtua bereaksi, cara orantua menilai kita, kita membentuk konsep diri kita.
Dan di kemudian hari dari lingkungan yang lain di luar keluarga juga turut membentuk pandangan-padangan tentang diri kita, jadi dari sana awalnya kita mengetahui tentang diri kita.
GS : Lalu bagaimana dengan segi perasaan, yang tadi Pak Heman juga singgung?
HE : Perasaan merupakan aspek yang sangat penting karena apa yang kita tahu tentang diri kita itu sekaligus melibatkan perasaan-perasaan kita. Sebagai contoh kalau saya tahu tubuh saya kuru tetapi saya mempunyai perasaan tertentu misalnya saya cukup puas dengan tubuh saya yang seperti itu.
Atau sebaliknya saya orangnya tertutup dan saya merasa jengkel kenapa saya selalu merasa tidak nyaman bersama orang lain. Jadi ketika pengetahuan akan diri kita bergabung dengan perasaan kita, integritas kerpibadian kita terbentuk dan dengan itu kita menentukan sikap terhadap orang lain dan dunia di sekitar kita.
ET : Jadi maksud Pak Heman, ketika kita mempunyai pengetahuan tertentu tentang siapa diri kita itu akan menghasilkan perasaan-perasaan tertentu, begitu Pak?
HE : Ya, sering kali itu menjadi satu.
ET : Kalau misalnya memang tadi Pak Heman katakan, seseorang mengetahui dia pandai dan dia puas dengan hal itu. Tapi kalau misalnya tidak puas apa yang perlu kita lakukan untuk mengembangkan konsep diri ini Pak?
HE : Biasanya kalau tidak puas memang tidak selalu kita mudah melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, tetapi sebagai arah kita perlu belajar lebih banyak untuk bisa menerima diri dan merasapuas terhadap diri sendiri.
Dan kita pun perlu menerima kelebihan atau pun kekurangan diri kita. Agar hal ini dapat dilakukan kita perlu sering mengucap syukur kepada Tuhan atas keberadaan diri kita dan kita percaya bahwa setiap kita diciptakan khusus sesuai dengan rencana dan kehendak Allah yang mulia.
GS : Dari dua aspek tadi yaitu pengetahuan dan perasaan, yang mana yang lebih menonjol dalam diri seseorang?
HE : Seharusnya perasaan itu yang lebih mempengaruhi, karena banyak aspek yang ditentukan oleh perasaan ini termasuk misalnya apakah kita puas atau apakah kita senang dengan orang lain ataudengan diri kita, itu semua dipengaruhi oleh aspek perasaan.
GS : Di sini perbedaan pria dan wanita tidak ada pengaruhnya, Pak?
HE : Di dalam hal merasa puas atau tidak antara pria dan wanita tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan, hanya aspeknya saja. Misalnya pada pria dewasa, umumnya karier menjadi salah sat yang cukup menentukan di dalam membentuk konsep diri yang positif, sedangkan wanita lebih mendasarkan diri pada relasi.
GS : Kalau seseorang mempunyai konsep diri yang buruk karena pikiran-pikirannya yang negatif, sebenarnya dari mana pikiran-pikiran negatif itu timbul?
HE : Pada awalnya itu berasal dari penilaian-penilaian negatif orang lain. Pada umumnya kita lebih condong atau lebih mudah dipengaruhi oleh penilaian-penilaian negatif ini. Jadi ada beberaa sebab kenapa orang bisa berpikir negatif tentang dirinya antara lain dari kritik orang lain, juga dari pengalaman-pengalaman hidup misalnya kegagalan yang terus-menerus.
Juga misalnya setiap kali dia bergaul, dia dijauhi oleh orang lain dst. Ini memungkinkan orang memandang dirinya secara negatif dan mempunyai konsep diri yang negatif.
GS : Apakah orangtua atau pengasuh juga bisa memberikan penilaian yang negatif?
HE : Ya, karena tidak jarang pengasuh cenderung melihat adanya sesuatu yang perlu dikoreksi pada diri anak asuhnya, sehingga dia cenderung melihat kekurangan daripada dia melihat kelebihanna.
Kecenderungan kita pada umumnya lebih mudah melihat hal yang negatif, sehingga hal itu berdampak kepada anak.
GS : Dengan berjumpa dengan banyak orang yang masing-masing orang memberikan penilaian, apakah seseorang itu tidak menjadi kacau di dalam menentukan konsep dirinya?
HE : Pada umumnya yang lebih berperan itu adalah pandangan yang pertama-tama dia peroleh di rumah. Misalnya di dalam keluarga, dia dikasihi atau diasuh dengan baik maka pada umumnya ini yan lebih mempengaruhi konsep dirinya.
Tetapi kalau misalnya dia menghadapi dunia luar yang terus-menerus secara konsisten juga menyerang dia, hal ini mau tidak mau akan mempengaruhi juga. Kacau di dalam arti apakah seseorang itu melihat dirinya seperti apa, tidak jelas, kabur mungkin tidak, kecuali kalau misalnya pada saat dia di rumah diasuh oleh pengasuhnya atau orangtuanya, dia tidak memperoleh gambaran diri yang sejelas yang diharapkan. Jadi misalnya orangtua yang tidak pernah mempedulikan atau memperhatikan anaknya, orangtua yang selalu berada di luar rumah, sehingga anak hidup dengan dunianya sendiri, tidak punya arah, nah hal ini mungkin saja bisa membuat konsep diri anak menjadi kacau.
ET : Jadi dari penilaian-penilaian negatif yang diterima, kemudian anak mengembangkan konsep diri yang negatif dan dari sana akan menghasilkan perasaan-perasaan tidak puas. Nah kalau terus-menerus merasa tidak puas dan terus-menerus negatif dalam konsep diri seseorang, apakah dampak terburuk yang mungkin terjadi?
HE : Ada banyak dampak yang buruk misalnya ada orang yang kemudian menjadi depresi, ada gangguan perasaan, gangguan kecemasan, emosi tidak stabil. Juga mempengaruhi relasi, antara lain dia uga bisa melihat orang lain dengan perasaan curiga atau dia sering menarik diri dari pergaulan atau dia cenderung menyerang orang lain, jadi hampir segenap aspek itu terpengaruh.
ET : Jadi ada aspek perilaku juga, dan apakah misalnya kalau kita melihat orang dengan pola perilaku tertentu kita juga dapat mengambil kesimpulan kira-kira konsep dirinya orang itu seperti apa, begitu Pak?
HE : Ya, kurang lebih kita bisa menilai seseorang dari konsep dirinya dilihat dari perilakunya.
GS : Ada orang itu selalu tidak puas dengan apa yang dimiliki pada tubuhnya sehingga dia rela mengeluarkan banyak uang untuk terus memperbaiki, padahal dirinya itu sudah baik tetapi dia merasa dirinya itu buruk. Apakah sikap seperti ini bisa dirubah, Pak?
HE : Bisa, tetapi memang membutuhkan usaha kuat dan mungkin juga perlu bantuan kalau memang konsep dirinya sudah sedemikian buruknya. Perlu waktu dan proses yang panjang juga, jadi ini tergntung kepada awal atau dasarnya.
Sebetulnya konsep diri ini bisa dilihat bahwa ada hal-hal yang bersifat subyektif. Orang sudah melihat dia cukup baik, cukup cantik tapi dia terus merasa bentuk tubuhnya tidak memenuhi syarat. Mungkin pada awalnya dia tidak mempunyai dasar pembentukan konsep diri yang positif.
GS : Orang yang tidak mempunyai rasa percaya diri apakah itu berarti konsep dirinya kurang baik?
HE : Betul, jadi kalau misalnya kurang percaya diri itu berarti dia mempunyai konsep diri yang merasa dirinya itu lebih rendah, lebih di bawah dibandingkan orang lain.
ET : Tadi Pak Heman mengatakan soal konsep diri yang subyektif, yang membuat orang justru kalau berbicara soal puas tidak puas, terus tidak puas dengan dirinya dan ingin melakukan upaya-upaa untuk meningkatkan supaya menjadi lebih baik.
Sesungguhnya apakah memang ada patokan konsep diri yang obyektif yang bisa menjadi standar untuk orang bisa menerima dirinya sendiri?
HE : Kalau kita mau obyektif adalah bagaimana kita bisa memandang diri kita sebagaimana Firman Tuhan atau Allah memandang diri kita. Ini memang tidak mudah karena kita harus mulai kembali dngan dasar Firman Tuhan.
Tuhan sangat menghargai manusia, menghargai kita dan Tuhan mengasihi kita, ini yang harus menjadi dasar yang obyektif bagi diri kita. Jadi bukan karena kita cantik, bukan karena kita kaya atau karena kita baik dan sebagainya yang membuat Tuhan itu menghargai kita dan mengasihi kita, tetapi Tuhan memang menghargai dan menciptakan kita seperti ini.
ET : Seharusnya pengetahuan atau pemahaman ini membawa perubahan dalam perasaan atau perilaku kita juga dan itu sejauh mana, Pak?
HE : Kalau kita bisa senantiasa berpijak pada dasar ini dan kemudian juga kita sering merenungkan, membaca dan juga meyakini, berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan, maka kita akan semakin ykin, semakin mempunyai iman yang teguh di dalam Dia.
Nah kita ini pada awalnya adalah orang berdosa yang hina, ini yang dikatakan Firman Tuhan, tetapi atas anugerah Allah ketika kita dibenarkan oleh pengorbanan Kristus di atas kayu salib kita memperoleh status yang sangat tinggi di hadapan Allah sebagai orang yang dikuduskan dan diangkat menjadi anak-anakNya. Ini adalah gambaran obyektif yang diberikan oleh Alkitab. Masalahnya memang kita sering kali dipengaruhi oleh beban atau pengalaman penilaian orang di masa lalu yang memang susah untuk kita tinggalkan. Nah ini harus digantikan, untuk menggantikan memang perlu suatu jangka waktu juga, agar kita meyakinkan diri kita terus bahwa kita adalah anak-anak yang dikasihi oleh Tuhan.
GS : Problemnya kadang-kadang muncul ketika kita membandingkan. Kita memang merasa Tuhan mengasihi kita, tetapi ketika kita melihat orang lain, kita melihatnya bahwa orang lain itu lebih dikasihi. Kita sudah puas dengan kondisi kehidupan ini, tapi kalau kita melihat orang lain, kita baru menyadari bahwa orang lain itu hidupnya lebih enak dari kita, sehingga konsep diri itu menjadi goncang.
HE : Ya problem ini memang tidak mudah dan kita hidup selalu di dalam perbandingan-perbandingan. Tetapi kalau kita melihat di dalam Alkitab kita harus percaya bahwa Tuhan itu menghargai karkter dan Tuhan sangat mengasihi, menghargai terhadap orang-orang yang mengembangkan sifat-sifat yang baik di dalam dirinya.
Kita bisa melihat itu pada diri para nabi yang dihargai Tuhan karena sifatnya bukan karena suatu kekayaan dan sebagainya. Itu yang harus kita usahakan dan terus-menerus kontak dan mengadakan komunikasi dengan Tuhan, itu penting sekali.
GS : Di dalam hal ini seseorang yang merasa dikasihi oleh Tuhan, diberkati oleh Tuhan, apakah dia tidak mudah terjerumus pada suatu kesombongan rohani yang sering kali diucapkan orang dan dia merasa lebih superior daripada yang lain.
HE : Seharusnya kalau orang itu memang hidup di dalam Tuhan maka dosa juga akan semakin sedikit dilakukan, jadi semakin kecil kemungkinan dia berbuat dosa termasuk kesombongan. Dan semakin rang di dalam Tuhan dia akan semakin rendah hati.
ET : Saya masih tertarik dengan pernyataan Pak Heman bahwa konsep diri itu ditanamkan sejak kecil. Jadi mungkin mengubah konsep diri pada anak-anak atau pada anak remaja, mungkin lebih muda dibandingkan dengan orang dewasa yang mungkin sudah berumur 30, 40 tahun tetapi selama hidupnya mempunyai konsep diri yang begitu buruk.
Mungkin di usia 30, 40 tahun atau mungkin lebih sudah terbiasa dengan melihat diri tidak ada yang positif, tidak ada kelebihannya. Nah mungkin ada di antara para pendengar yang bergumul dengan hal ini, saran-saran apakah yang mungkin Pak Heman bisa bagikan?
HE : Ada ucapan yang cukup terkenal yaitu "orang boleh saja menghina kita tetapi yang penting kita sendiri jangan menghina diri kita," ini penting untuk konsep diri kita. Satu hallagi adalah "bagaimanapun penilaian orang, kita sendiri perlu menghargai diri kita sendiri, dengan kita menghargai diri kita sendiri nantinya orang lain juga akan menghargai diri kita."
Kalau kita mengacu kepada kehidupan Tuhan Yesus sendiri, Tuhan Yesus selama hidupNya di dunia ini, Dia miskin dan dihina orang. Sering sekali dikritik dan diremehkan orang, tetapi ini tidak mematahkan semangat Dia. Dan di sinilah kita bisa melihat betapa agungnya kepribadian Tuhan Yesus. Kita perlu mencontoh hal-hal seperti itu yaitu kita tidak mudah diremehkan atau dihina orang, karena sering kali orang menghina kita itu berarti kita adalah seseorang yang sesungguhnya berharga di mata orang itu. Kalau kita orang yang tidak punya apa-apa, tidak perlu orang itu menghina atau memandang rendah kita karena kita seseorang, maka kita pun diperhatikan dan dinilai orang. Ada hal lain yang saya lihat itu juga penting adalah kita sebaiknya bisa mempunyai beberapa orang sahabat. Sahabat penting karena bisa saling menghargai, saling mengkritik tanpa kita merasa terluka terlalu dalam. Kita perlu menjalin dengan kelompok-kelompok yang seperti ini sehingga kita juga tidak merasa terlalu tergoncang kalau misalnya kita diremehkan orang.
GS : Melalui kelompok itu menjadi semacam umpan balik buat kita yang menunjukkan sebenarnya siapa kita, apakah bisa seperti itu Pak Heman?
HE : Ya betul, dan terutama juga kita merasa diri kita diterima dan dikasihi oleh sebagian orang.
GS : Tadi Pak Heman mengatakan, wajah cantik dan ketenaran itu tidak selalu terkait dengan konsep diri yang sehat. Kalau begitu apakah yang dapat disimpulkan bahwa konsep diri tidak banyak dipengaruhi oleh kegagalan atau bentuk wajah kita yang kurang cantik itu?
HE : Ya, sebetulnya kegagalan dan kesuksesan juga kemampuan bentuk fisik kita itu sedikit banyak mempunyai pengaruh atas konsep diri. Kecantikan dan ketenaran tidak selalu membuat konsep dii kita positif.
Karena kita saksikan banyak artis yang cantik atau ganteng mereka tetap mempunyai konsep diri yang buruk. Jadi di sini sekali lagi menegaskan tentang subyektifitas konsep diri kita. Tetapi karena konsep diri kita juga dibentuk oleh penilaian orang lain dan mau tidak mau kita dipengaruhi oleh itu, maka tetap ada gunanya kita itu berdandan rapi dan menjaga penampilan diri. Demikian juga kita perlu tetap mengasah keterampilan dan meningkatkan kemampuan diri, terlepas dari itu konsep diri harus didasarkan pada pandangan Firman Tuhan sebagaimana yang Tuhan wahyukan melalui Alkitab. Dengan dasar ini kita lebih mampu menghargai dan menerima diri serta memiliki kehidupan yang lebih memuaskan di dunia ini.
GS : Misalkan ayat yang mana Pak Heman yang bisa kita perhatikan?
HE : Saya ingin mengutip dari Mazmur 8:4-5, "Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakahanak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat."
Ini adalah Mazmur dari Daud yang memuji Tuhan karena ciptaanNya yang agung dan Tuhan tetap menghargai manusia.
GS : Sebagai ciptaanNya, dan kita tetap berpedoman pada Firman Tuhan ini bahwa kita diciptakan oleh pencipta yang sangat agung dan keadaan kita pun sungguh agung. Terima kasih Pak Heman dan Ibu Ester untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Heman Elia, M.Psi. dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Konsep Diri." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.