Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Bp. Heman Elia, M. Psi. beliau adalah seorang pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, kami akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan selama ± 30 menit ke depan dan perbincangan kami kali ini kami beri judul "Aku Punya Adik". Dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat bagi kita sekalian.
Lengkap
(1) GS : Pak Heman, tentu sebagai orang tua akan merasa senang kalau tahu bahwa kita bakal dikaruniai anak yang berikutnya, jadi kita sudah punya anak yang pertama lalu istri kita hamil lagi. Tetapi masalahnya bagaimana mempersiapkan anak yang sulung atau anak yang mendahuluinya itu karena ada banyak masalah yang sering kali muncul. Anak saya sendiri dulu ketika dia tahu bahwa dia punya adik malah dianggap menjadi saingannya dia dan anak kami beda usianya tidak terlalu jauh cuma 15 bulan, nah itu bagaimana sebenarnya Pak Heman, menolong orang tua yang mengalami masalah seperti ini?
HE : Untuk menolong orang tua seperti ini saya kira di sini orang tua ada peran untuk mengurangi beban pikiran, beban perasaan pada sang kakak. Ada tahapan-tahapan yang perlu kita persiapka untuk sang kakak ini sejak si adik ini belum lahir, jadi disiapkan langkah demi langkah supaya lama kelamaan si kakak ini sudah bisa menerima kenyataan akan lahirnya adik.
Dan yang perlu diingat orang tua sebagai prinsip di sini adalah orang tua membantu anak yaitu sang kakak ini untuk bisa mengangkat beban, beban ini tetap harus ada tetapi beban ini bisa diangkat oleh si anak.
GS : Mungkin ketika adiknya masih di dalam kandungan itu tidak terlalu menimbulkan masalah, apa memang begitu Pak ?
HE : Ya kadang-kadang begitu, karena bagaimanapun si kakak ini misalnya terutama pada anak pertama dia mendapat perhatian yang cukup meskipun ibu ini sudah hamil tetapi seluruh perhatian mash ada pada sang kakak, dengan demikian sang kakak belum terlalu merasa kehilangan perhatian dan sebagainya.
GS : Tapi begitu adiknya lahir, dia mulai merasakan bahwa perhatian orang tua mulai terpecah mungkin itu yang dirasakan.
HE : Betul dan anak-anak ini akan mengalami berbagai masalah.
(2) GS : Biasanya apa reaksi anak terhadap situasi seperti itu Pak?
HE : Anak ini akan bisa lebih manja, lebih cengeng, rewel, pemarah dan juga kadang-kadang mereka ini mengalami berbagai kemunduran perkembangan. Sebagai contoh misalnya tadinya sudah tidak nompol, wah...ini
ngompolnya sering sekali misalnya, atau misalnya anak ini tadinya sudah bisa bicara dengan lumayan jelas, sekarang kembali lagi ternyata bicaranya wah menjadi kacau atau pun kembali lagi pada tahap sebelumnya di mana dia masih belum bisa bicara dengan jelas.
GS : Nah menurut pengamatan Pak Heman, makin jauh jarak usianya makin timbul masalah atau bagaimana Pak?
HE : Kalau misalnya terpaut di atas 5 tahun antara kakak dengan adik, nah ini masalahnya tidak akan sebesar misalnya kalau beda seperti anaknya Bapak tadi terpaut 15 bulan. Karena apa? Karen selain kematangan berpikir anak, juga anak-anak usia 5 tahun itu sudah disibukkan oleh sekolah-sekolahnya, pelajaran di sekolahnya sehingga dia tidak begitu perhatian kepada masalah dengan adiknya ini.
GS : Ya tapi mungkin kalau baru 1½ maksudnya saya 15 bulan atau sampai 18 bulan itu, anak itu lebih cepat diajak, ditarik perhatiannya untuk hal-hal yang lain dibandingkan dengan mereka yang beda 2 tahun atau 3 tahun malah jadi lebih sulit begitu.
HE : Jadi maksud Bapak kalau misalnya ditarik perhatian, boleh Pak Gunawan memberikan contoh mungkin?
GS : Misalnya sementara ibunya menyusui adiknya, nah dia bisa diajak ke tempat bermain yang lain, kita bisa mendampingi dan dia sudah istilahnya keslimur, jadi dia lupa akan masalah itu, dia tidak menghiraukan itu lagi begitu.
HE : Itu adalah salah satu contoh sebetulnya dan menurut saya ada baiknya itu dilakukan oleh kedua pasangan misalnya pada saat ibu ini harus sibuk dengan bayinya, sang ayah harus cepat-cepatmengambil bagian untuk lebih banyak memperhatikan si kakak dan harus putar begitu.
Ketika si ayah harus melayani si baby, nah ibunya ini lebih banyak memperhatikan sang kakak.
GS : Ya jadi memang ada semacam perjanjian, ada kesepakatan begitu Pak?
HE : Ya, dan ini bahkan bisa dilakukan sejak sebelum bayi lahir, pada waktu sang bayi belum lahir si ayah perlu menjalin hubungan yang lebih dekat dengan si kakak ini untuk persiapan kalau msalnya si ibu ada di rumah sakit, kemudian si ibu melayani babynya lebih banyak, jadi ada kedekatan antara si ayah dengan sang kakak ini.
GS : Tapi biasanya itu pun tidak berlangsung terlalu lama Pak Heman, jadi ada jangka waktu tertentu kemudian semuanya seperti dia memang sudah menerima kenyataan itu dan semuanya berjalan lagi seperti biasa.
HE : Ya ada beberapa kejadian seperti itu, tapi tidak sepenuhnya juga didalam arti ada beberapa anak yang kemudian karena terus-menerus melihat kehadiran adiknya yang masih bayi dan dia akanmerasa bahwa adiknya ini begitu rewelnya dan dia akan kesel sekali ketika baru saja mau bermain dengan ibunya, adiknya sudah menangis dan ibunya harus berlari-lari meladeni si bayi, nah ini dia akan menjadi bermasalah begitu.
GS : Jadi di sana sebenarnya yang bermasalah juga orangtuanya Pak ya, jadi orangtua terlalu mencurahkan perhatiannya atau kasih sayangnya kepada anak yang baru lahir ini dibandingkan dengan kakaknya itu.
HE : Ya di dalam pandangan anak seperti itu, meskipun sering kali ini tidak bisa dihindari oleh orang tua. Nah kita bisa bayangkan misalnya tentang anak, sang kakak ini bisa kita ibaratkan sperti orang tua misalnya suami-istri.
Nah si suami misalnya membawa pulang seorang kekasih dan dia mengatakan kepada si istri, pasangannya bahwa ini saya membawa pulang ini, tolong diperlakukan dengan baik jangan ganggu dia. Ketika kemudian si suami bersama kekasih ini menonton TV, si istri ini masuk dan si suami bilang kepada istri jangan ganggu kami, kami sedang menonton TV dan sebagainya, nah perasaan-perasaan ini 'kan menimbulkan perasaan jengkel kepada si istri atau sebaliknya juga si istri membawa kekasihnya, bagi suami ini suatu hal yang buruk sekali. Demikian juga perasaan si kakak ini ketika adiknya lahir kira-kira seperti itu perasaannya. Dan perasaan ini pasti sulit diatasi oleh sang kakak, otomatis itu akan terjadi sehingga sang kakak selalu menaruh suatu kejengkelan terhadap orang tua meskipun orang tua tidak bermaksud demikian.
(3) GS : Itu kira-kira membutuhkan waktu berapa lama Pak Heman biasanya untuk anak bisa menerima adiknya yang baru lahir itu?
HE : Ini tidak bisa dipastikan, tetapi bisa terjadi sampai dengan kalau misalnya si adik sudah bisa diajak main, biasanya ini akan berkurang. Tetapi perlakuan orang tua memperlakukan sang kaak dan sang adik ini juga akan mempercepat atau memperlambat proses penyesuaian ini.
GS : Apakah itu ada pengaruhnya Pak misalnya kakaknya itu laki lalu lahir adiknya yang perempuan atau sebaliknya lahir laki-laki, sama-sama laki, itu ada pengaruhnya atau tidak?
HE : Pengaruhnya saya rasa tidak terlalu beda menyolok, unsur perasaan tingkah laku mungkin bisa berbeda antara laki dan perempuan. Tetapi reaksinya itu ± hampir sama.
GS : Nah itu sebaiknya bagaimana Pak kalau misalnya tidur begitu ya, apakah kakak dan adik ini nanti dijadikan satu kamar atau dipisahkan dalam tempat masing-masing, itu sebenarnya bagaimana Pak?
HE : Saya kira sebaiknya memang kalau anak sudah sampai pada usia misalnya 4 tahun di mana dia sudah bisa mengatur dirinya, baik ada adik maupun tidak ada adik dia sudah harus dipisah. Masalhnya adalah kita mesti memberi pengertian kepada sang kakak bahwa si adik seperti juga sang kakak waktu bayi harus ditemani dan harus mendapat banyak bantuan.
GS : Itu akan lebih membuat si kakak menerima biasanya?
HE : Ya kita akan berusaha supaya sang kakak itu bisa memandang dari sudut yang lain bukan dari sudut bahwa perhatiannya itu dialihkan atau direbut, itu prinsipnya.
GS : Nah kita sebagai orang tua tentu menginginkan anak ini bukan cuma sekadar menerima adiknya, tetapi juga mengasihi adiknya, nah ini bagaimana Pak kita bisa mengajarkan hal ini?
HE : Langkah demi langkah pada saat si adik belum lahir, masih di dalam kandungan, orang tua membantu anak ini misalnya kadang-kadang bilang "O.... adiknya lagi bergerak-gerak ini coba pegan, disayang, disayang" begitu, dan orang tua mungkin bisa membelikan binatang peliharaan atau boneka yang lucu-lucu supaya anak ini mempunyai rasa sayang terhadap hal-hal yang demikian.
Dan kemudian juga anak ini dibawa ke rumah sakit untuk melihat baby, untuk menyayangi baby-baby ini atau kadang-kadang boleh mengajak ke tempat panti asuhan dan sebagainya untuk mengasihi orang lain, untuk mengasihi anak-anak kecil. Dan kemudian meminta supaya anak bersama-sama mendoakan si baby ini supaya dia lahir dengan selamat dan ketika si baby sudah betul-betul lahir akan dibawa pulang kita bisa ajak anak juga untuk membantu, dan kita puji anak ini supaya anak ini bisa timbul rasa sayangnya kepada adik ini. Memang ada masa-masa di mana sang kakak ini tidak bisa diberitahu dari sudut pandang yang lain, tetapi dengan cara-cara demikian mudah-mudahan si kakak perlahan-lahan bisa menyayangi adiknya.
GS : Nah, bagaimana kalau ada tamu yang lagi berkunjung, tentu saja tamu ini ingin melihat si bayi yang baru lahir itu, dan perhatian tamu 'kan tercurah semua kepada bayi dan ibunya pasti. Nah, anak ini merasa dia tidak diperhatikan nah itu bagaimana Pak?
HE : Ya ini point yang baik sekali, jadi pada saat semua tercurah kepada si adik, orang tua harus peka terhadap hal ini, yang saya bisa sarankan kepada orang tua adalah ketika tamu-tamu datag yang pertama kali diperkenalkan adalah sang kakak dan sang kakak ini perlu dipuji di depan tamu-tamunya, baru kemudian mereka diajak untuk melihat sang adik.
GS : Maksudnya pujian itu seperti apa pak?
HE : Ya bahwa kakak ini sudah pinter menyanyi misalnya dia juga sayang kepada adiknya dan seterusnya, kita bisa saja mencari berbagai keunggulan dari sang kakak.
GS : Ada juga juga orang tua itu yang mungkin maksudnya mendekatkan sang kakak dengan adiknya, kemudian ketika ibunya ada keperluan atau sibuk sebentar kakaknya disuruh menjaga adiknya, pada hal sama-sama kecil, hanya kakaknya lebih besar sedikit, tapi beda usianya tidak terlalu jauh, dan anak ini kadang-kadang tidak tahu bahayanya begitu Pak. Ada kakak yang berusaha memberikan botol minuman kepada adiknya, karena dia melihat ibunya juga melakukan itu, nah akhirnya adiknya tersedak karena itu masuk ke hidung. Nah ini sebenarnya bagaimana?
HE : Ya kita mesti peka juga terhadap hal ini, bahwa yang memegang tanggung jawab utama untuk mengasuh anak itu adalah orang tua, jadi ketika anak diminta bantuan itu bukan betul-betul kita ngin minta pertolongan dari sang kakak, tetapi hanya supaya sang kakak ini lebih dekat kepada adiknya.
Soalnya sangat besar kemungkinan ketika terjadi kesalahan sang kakak ini dimarah-marahi, kalau sudah dimarahi sang kakak akan jera bahkan semakin jengkel, semakin sakit hati terhadap adiknya.
GS : Jadi seolah-olah adiknya itu yang menjadi penyebab dia dimarahi, padahal tadinya untuk membuat supaya si kakak ini punya atau ada semacam kebanggaan, anak ini juga kepingin berbuat seperti yang ibunya lakukan tapi malah mencelakakan.
HE : Ya betul begitu, jadi orang tua hendaknya melatih, tetapi bukan berarti anak ini dibiarkan, dibiarkan melakukan tugas mengasuh seperti itu.
GS : Nah, Pak Heman dalam hal itu 'kan perlu perencanaan yang cukup matang, sekalipun kita bersandar sepenuhnya pada Tuhan. Tetapi sebaiknya berapa jarak usia yang normal atau ideal antara kakak dan adik itu Pak?
HE : Ya tadi saya katakan kalau bisa di atas 5 tahun terpaut usianya, ini akan lebih baik. Memang adakalanya ini tidak bisa diatur, kadang-kadang memang kita bisa di dalam jangka 5 tahun iniada 3 anak yang lahir berturut-turut begitu.
GS : Ya itu 'kan merepotkan itu bagaimana?
HE : Ya ini memang merepotkan dan ini merupakan tekanan tersendiri bagi anak, tetapi kalau kita dapat mempersiapkan semuanya dan kita bisa melakukan langkah-langkah ini. Sebagai contoh, misanya ketika anak bertengkar dan sebagainya kita bisa memperlakukan mereka dengan bijaksana, mereka akan menjadi saudara-saudara yang sangat akrab dan mereka akan saling menolong satu dengan yang lain.
GS : Biasanya yang laki bersama yang laki kalau mereka ada temannya, saudaranya yang sejenis itu, lalu yang satunya ini agak-agak tersingkir, apakah itu bisa terjadi Pak?
HE : Ya bisa terjadi seperti yang kita saksikan misalnya dalam Alkitab, keluarganya Yusuf. Yakub memperlakukan saudara-saudaranya Yusuf itu berbeda dengan Yusuf. Jadi di sini saya kira orangtua itu juga memegang peran dan orang tua perlu berhati-hati untuk tidak memperlakukan istimewa salah satu anak.
GS : Dan proses ini akan berjalan terus, saya rasa anak itu akan merasa iri seperti tadi yang Pak Heman katakan, itu akan terus berjalan Pak, jadi merasa diperlakukan tidak adil dan sebagainya, nah itu orang tua harus bersikap bagaimana Pak?
HE : Ada satu prinsip di sini yaitu kita tidak mungkin bisa memperlakukan semua anak sama persis, yang dikatakan sebagai keadilan kalau misalnya itu digugat maksud saya oleh anak-anak, biasaya yang digugat itu adalah "kok saya diperlakukan tidak sama dengan saudara ya."
Nah prinsipnya di sini bukan sama perlakuan, tetapi menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Jadi misalnya kakak mendapatkan hak lebih banyak, dalam arti boleh tidur lebih malam, dapat uang jajan dan sebagainya. Nah kalau dia menuntut kewajiban yang seperti adiknya yang kurang maka kita harus juga menuntut haknya dikurangi begitu. Kalau dia tidak mau haknya dikurangi, kewajibannya harus sebesar itu. Dan kemudian juga yang satu prinsip lagi yaitu orangtua jangan sampai membanding-bandingkan satu anak dengan yang lain. Kadang-kadang secara implisit ya/tidak sengaja itu dikemukakan.
GS : Ya memang kadang-kadang kita terpancing untuk membandingkan kakak dengan adiknya atau sebaliknya, dengan motivasi mendorong yang agak ketinggalan ini Pak. Awalnya maksudnya seperti itu, tapi rupanya berdampak negatif Pak. Sebagai orang tua tentunya kita ingin sekali melihat anak-anak kita sebagai satu saudara hidup rukun. Apakah ada ayat Alkitab Pak yang mendukung ini?
HE : Ada ayat-ayat yang bagus dari Mazmur 133 dan ini boleh kita bacakan kepada anak-anak kita yang bersaudara ini. "Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudaa diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan leher jubahnya.
Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat kehidupan untuk selama-lamanya."
GS : Ya memang sering kali ayat ini ditujukan pada orang-orang yang sudah dewasa Pak, yang seiman, segereja dan sebagainya. Tapi rupanya juga tepat kalau itu diterapkan atau diaplikasikan kepada kehidupan anak-anak kita Pak. Ya tentu kita juga senang kalau anak-anak itu hidupnya rukun seperti itu, dan dikatakan Tuhan itu memerintahkan berkatNya untuk datang ke situ. Dan berarti itu menjadi berkat bagi rumah tangga kita masing-masing. Terima kasih sekali Pak Heman untuk perbincangan kali ini dan tentunya ini tidak membuat kita kemudian mempunyai anak tanpa direncanakan, tetapi setelah kita tahu bahwa memang ada banyak hal yang bisa timbul di dalam diri kakak-kakak yang mendapatkan adik baru ini, kita juga harus memperhitungkan dan harus mempersiapkan kakak-kakak ini dengan lebih baik. Jadi saudara-saudara pendengar, demikianlah tadi perbincangan kami dengan Bp. Heman Elia, M. Psi. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Aku Punya Adik." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.