Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idayanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang anak dan uang. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Untuk kita orang dewasa, memang uang menjadi bagian di dalam kehidupan kita. Tetapi pada kesempatan ini, kami akan memperbincangkan bagaimana pengaruh uang atau segi-segi hubungannya antara anak dengan uang, bagaimana itu Pak Paul?
PG : Begini Pak Gunawan, saya memang merasa topik ini harus kita bicarakan karena kita tahu bahwa pada zaman ini keberadaan benda atau barang itu benar-benar melimpah ruah. Jadi tidak pernahgenerasi manusia ini diperhadapkan dengan begitu banyak pilihan dan semua pilihan itu akan menambah kenikmatan hidup, kesenangan hidup.
Dan terutama yang kita sadari yaitu cukup banyak dari barang-barang pilihan yang sekarang dijual, sebetulnya dijual untuk anak-anak, dengan kata lain pangsa penjualan memang ditargetkan pada anak-anak sebagai konsumennya. Oleh karena itulah kita sebagai orang tua perlu memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan uang, agar kita bisa mempersiapkan anak kita untuk memakai uang dan menghargai uang dengan baik. Kalau tidak, memang ada bahaya yang bisa mengancam mereka, penghargaan mereka tentang uang akan sangat keliru dan mereka akhirnya bisa menjadi orang yang tidak dapat menghargai uang.
(2) GS : Konsep pengertian anak terhadap uang itu sebaiknya diajarkan mulai kapan, Pak Paul?
PG : Sesungguhnya kita perlu mengajarkan mereka tentang uang sejak masih kecil. Prinsipnya sewaktu mereka mulai mengerti barang-barang dan mengerti bahwa untuk memperoleh barang-barang terseut diperlukan uang.
Biasanya ini terjadi pada anak-anak sekitar usia 5, 6 tahun yaitu tatkala mereka mulai bersekolah, mulai melihat apa yang dimiliki oleh teman-teman mereka. Jadi memang ada perbedaan konsep yang mendasar tentang hal uang, bagi anak-anak yang kecil; yang saya maksud dengan yang kecil adalah mereka yang berusia di antara 0-4,5 tahun hingga usia sekitar 10, 11 tahun. Dan anak-anak remaja yang berusia di antara 12 hingga 16, 18 tahun. Jadi bagi para anak kecil, makna uang bagi mereka ialah sebagai sarana untuk mendapatkan keinginannya. Sedangkan pada anak-anak remaja uang itu mempunyai dimensi yang berbeda, uang menjadi lambang atau status sosial ekonomi mereka. Jadi bukan sekadar memperoleh yang mereka inginkan, tapi adanya uang lebih mewakili keadaan mereka dalam tatanan masyarakat.
GS : Kalau anak kecil dulu Pak Paul, yang tadi Pak Paul katakan uang sebagai suatu sarana untuk memperoleh keinginannya. Dalam hal banyak hal sebenarnya kebutuhan anak kecil itu dicukupi orang tuanya, Pak Paul?
PG : Betul, biasanya mereka mulai menunjukkan keinginannya tatkala mereka misalnya pergi bersama orang tua ke toko atau ke pasar atau ke mal atau tatkala mereka ke sekolah. Di situ mereka muai menyadari ada benda-benda yang mereka belum pikirkan sebelumnya, tapi menarik hati dan mereka ingin memilikinya.
Yang tentu juga berpengaruh besar adalah acara atau tayangan-tayangan di televisi. Ada anak-anak di televisi yang memakai atribut-atribut tertentu, baju tertentu, belum lagi iklan-iklan dii televisi yang juga menawarkan barang pada para konsumen kecil ini.
IR : Bagaimana sikap orang tua menghadapi anak yang selalu menuntut seperti itu?
PG : Sudah merupakan kodrat anak untuk meminta. Jadi waktu mereka mulai melihat apa yang mereka sukai, mereka akan menuntut orang tua untuk mendapatkannya. Biasanya alasan dari orang tua, haganya mahal atau memang belum punya uang.
Dari jawaban-jawaban seperti itu, anak mulai mengembangkan pengertian bahwa untuk mendapatkan barang tersebut diperlukan uang. Di situlah anak mulai mendapatkan pemahaman tentang uang dan artinya bagi mereka, mereka belum mempunyai pemahaman yang lebih kompleks, bagi mereka uang adalah sarana untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Nah, waktu orang tua berkata kami tidak punya uang, mereka sebetulnya belum begitu mengerti kenapa uang itu tidak dimiliki oleh orangtuanya. Oleh sebab itulah anak-anak sering menuntut terus, karena mereka pada usia-usia misalnya di bawah 8 tahun, pada umumnya mereka belum mengerti konsep bahwa orang itu harus bekerja sampai jam-jam tertentu baru bisa memperoleh uang. Mereka hanya berpikir uang itu seharusnya memang harus ada di situ. Saya masih ingat cerita lucu waktu kami melewati suatu Bank, anak saya berkata nanti saya kalau sudah besar saya akan bekerja di Bank, saya tanya kenapa ? Sebab di sana banyak uangnya. Jadi dia beranggapan dengan bekerja di Bank dia mempunyai akses terhadap uang-uang tersebut, itulah konsep anak-anak tentang uang. Mereka tidak mengerti bahwa orang tidak semuanya bisa mendapatkan jumlah uang yang sama dan sebagainya, uang hanyalah sarana. Itu sebabnya orang tua kadang-kadang merasa kewalahan mendengarkan tuntutan anak yang meminta untuk membelikan sesuatu bagi mereka dan tidak bisa diberikan pengertian bahwa uang ini tidak kami miliki sekarang. Nanti setelah akhir bulan atau setelah awal bulan baru kita akan mempunyai uang itu.
GS : Konsep untuk mengajarkan pada anak bahwa akhir bulan baru ada uang dan sebagainya, apa itu tidak terlalu sulit bagi mereka untuk bisa memahaminya?
PG : Saya kira ya, jadi adakalanya memang orang tua menggunakan alasan tanpa berpikir panjang, bahwa alasannya tidak bisa dimengerti oleh anak. Nah, jadi apa yang bisa dijawab oleh orang tuakalau memang kita mau mengajarkan pada anak untuk menunda dia memiliki barang itu.
Saya kira yang paling mudah adalah menggunakan hal-hal yang bisa dia mengerti misalnya, kamu baru membeli mainan dan mainan itu masih bagus, kamu harus memakainya lebih lama, nanti kalau sudah lebih lama ayah atau ibu akan belikan mainan yang baru. Nah, anak mulai mengerti konsep bahwa untuk mendapatkan barang yang baru saya memang harus berada pada posisi tidak lagi mempunyai barang, atau tidak lagi mempunyai barang yang relatif baru. Ini suatu pelajaran bagi si anak yang lebih mudah diterima olehnya dibanding kalau kita menjelaskan tentang uang dalam hal ayahmu bekerja susah payah, kalau kamu menghabiskan uang ini sayang dan sebagainya, karena anak memang belum mampu untuk memahaminya.
(3) GS : Memberikan uang saku pada anak, yang sering dilakukan oleh banyak orang tua dan mungkin juga kita melakukannya, sebenarnya berdampak positif atau negatif, Pak Paul ?
PG : Berdampak positif Pak Gunawan, jadi dalam hal uang saku yaitu pemberian uang jajan sebetulnya kita berkesempatan melatih anak menggunakan uang dengan baik. Nomor satu yang harus kita piirkan adalah untuk anak-anak yang kecil, kita tidak semestinya memberikan uang yang berlebihan.
Jadi misalkan kita ke sekolah bersama anak kemudian pada masa istirahat kita keluar bersama dengan dia, juga untuk melihat hal-hal apa yang bisa dibeli dan ingin dibelinya. Misalnya dia ingin membeli nasi bungkus, bakmi, atau bihun dalam bungkusan misalnya beserta minumannya, misalkan kita sudah tahu harganya sekitar Rp. 1000,00 dan kita tanya anak kita "Engkau mau itu ya?" Kita harus memberikan uang dengan jumlah yang tepat, jangan harga mie dan minuman misalnya Rp. 1000,00 kemudian kita berikan dia Rp. 3000,00. Biasanya anak-anak kecil belum bisa menggunakan uang dengan bijaksana, dalam hal kelebihannya itu. Dia hanya baru bisa menggunakan uang dengan jumlah yang tepat untuk membeli barang yang memang dia inginkan. Dalam hal ini kita perlu fleksibel, saya tahu ada orang tua yang misalnya mendengar anak-anaknya berkata : "Ma, besok saya mau membeli mainan yang kecil-kecil yang biasa dijual di depan sekolah", mamanya berkata misalnya tidak, jangan. Nah apa yang dia akan perbuat, dia tahu uang Rp. 1000,00 itu akan tetap diberikan oleh orang tuanya, keesokan harinya dia akan korbankan makan siang untuk membeli mainan itu. Daripada anak melakukan hal itu, saya lebih setuju bila kita berdialog dengan anak, mainan apa itu, harganya berapa, Rp. 500,00, sekali-sekali tidak apa-apa, berikan uang yang lebih Rp. 500,00 untuk dia membelanjakan barang tersebut. Kita tahu di sekolah memang banyak sekali barang-barang kecil yang dijual, sekali-sekali ya tidak apa-apa misalnya ada yang bertanya sekali-sekali berapa seringnya ya misalnya sebulan sekali dia mau beli barang-barang kecil seperti itu silakan atau mungkin lebih sering sedikit misalnya 3 minggu sekali, saya juga akan ijinkan, daripada si anak mulai bertindak tidak jujur. Jadi kita mau melatih juga anak ini untuk bersikap terbuka, jujur dengan kita. Nah sekali lagi prinsipnya pada anak-anak kecil berikan uang pas untuk keperluan apa yang dia ingin belikan hari lepas hari waktu di sekolah. Itu jauh lebih baik daripada memberikan uang yang berlebihan pada anak-anak kecil, sebab apa, dampak buruknya anak-anak kecil ini bisa mudah sekali menjadi 'sinterklaas' di antara teman-temannya. Mau beli ini silakan, saya belikan, kalau anak masih umur 6, 7 tahun sudah jadi 'sinterklaas' sebetulnya kita sudah mendidik dia bukannya bermurah hati, tapi tidak menghargai uang sama sekali. Dan menganggap uang itu sebagai sesuatu yang seharusnya dia peroleh, untuk mendapatkan persahabatan dengan teman dia bisa menggunakan uang, jadi orang tua memang harus berhati-hati di sini.
GS : Kadang-kadang kita sudah memberikan uang pas pada hari-hari tertentu diberikan tiap-tiap hari. Pada suatu saat pulang pagi, sehingga uang yang sebenarnya untuk beli makanan dan sebagainya itu tidak digunakan. Apakah dalam hal ini orang tua perlu menarik kembali uang itu atau diberikan kepada anak itu, katakan sebagai hadiah?
PG : Saya kira dalam hal ini sekurang-kurangnya ada dua saran yang bisa saya berikan. Yang pertama kita bertanya kepada anak itu, uang ini adalah uangmu dan sekarang tidak engkau gunakan, ma engkau simpan sendiri atau engkau mau Mama yang simpankan ? Jadi dengan kata lain kita bisa mulai menanamkan konsep menabung pada si anak bahkan pada usia kecil seperti itu.
Nah, misalkan dia berkata mama pegang saja, OK Mama pegang. Nanti waktu dia mau membeli sesuatu kita bisa mengatakan uang tabungannya sudah berjumlah segini harganya itu misalnya segitu, tinggal beberapa ribu lagi bagaimana tunggu beberapa hari lagi, engkau menabung lagi, nanti Mama belikan. Atau kita bisa berkata waktu mau belikan sesuatu ini harganya Rp. 10.000,00, kamu punya tabungan di Mama Rp. 5.000,00, Mama akan tambahkan Rp. 5.000,00 sehingga engkau bisa membeli ini Rp. 10.000,00. Tapi Rp. 5.000,00 dari uang tabunganmu. Nah sekali lagi ini adalah menabung yang kita mulai tanamkan pada anak-anak bahkan pada usia yang cukup dini, sehingga dia mulai mengerti kalau ternyata ada gunanya menabung uang seperti ini.
(4) IR : Kalau anak-anak, mulai umur berapa harus diberi tanggung jawab untuk memegang uang itu?
PG : Saya sarankan anak mulai bersekolah dan dia mulai bisa membeli barang, misalnya pada usia 6 tahun saya kira sudah mulai bisa dan kita mengetahui uang itu akan digunakan untuk membeli baang apa, bisa kita langsung berikan kepada anak.
IR : Kita perlu mengecek atau tidak, Pak Paul ?
PG : Sebaiknya setiap hari kita cek dan kalau kita tahu dia sudah membelinya ya tidak apa-apa. tapi memang perlu pertanggungjawaban, jadi kita tanyakan.
IR : Dan juga diajarkan menyisihkan untuk persembahan, ya Pak Paul?
PG : Ya, kalau persembahan itu mungkin pada usia-usia yang sedikit lebih besar misalnya sekitar usia 8 tahun, 9 tahun sebab pada usia seperti itulah anak baru mulai lebih mengerti apa artiny memberikan persembahan.
Awal-awalnya kita pasti akan berikan dia uang persembahan, tapi pada usia sekitar saya kira 9 tahun anak baru mulai bisa mengerti apa artinya memberikan persembahan dari uangnya sendiri.
(5) GS : Sebaliknya dari anak yang tidak bisa menghargai uang, terlalu boros begitu Pak Paul, kita temukan juga anak-anak yang kikir jadi juga salah satu segi yang keliru, konsep pemahaman yang keliru tentang uang. Sebenarnya hal-hal apa yang menimbulkan anak-anak mempunyai konsep menjadi orang kikir?
PG : Kadangkala memang kekikiran bisa muncul dari berbagai keadaan Pak Gunawan, misalkan seseorang yang hidup dalam keluarga yang sangat pas-pasan. Jadi dia tahu uang itu sangat susah dicari orang tuanya hanya bisa memberikan uang yang sangat sedikit dan dia mulai mengerti bahwa inilah keadaan orang tuanya.
Dia bisa menjadi orang yang sangat hemat dengan uangnya, dia susah sekali mengeluarkan uang karena dia harus selalu bersiap-siap, itu adalah akibat dari keadaannya. Bisa juga anak kikir karena waktu dia ingin membelikan sesuatu, orang tua selalu melarang dan karena orang tua selalu melarang, seperti yang tadi saya katakan, dia akan mulai menyisihkan uang untuk mendapatkan barang yang dia inginkan. Adakalanya sikap-sikap ini mulai terbentuk dari kecil, sehingga waktu dia diberi uang tidak dia gunakan untuk membeli barang yang dia sukai, sehingga dari kecil akhirnya tanpa disadari kita mendidik dia menjadi orang yang terlalu menggenggam uang dan tidak rela memberikan uangnya kepada yang lain. Misalkan yang lain lagi, anak-anak sebetulnya perlu diajar untuk menolong atau memberikan uang kepada orang lain, jadi adakalanya misalkan kita tahu di sekolahnya ada temannya yang kurang, kita yang memunculkan ide misalnya berkata, temanmu kasihan tidak punya uang untuk membeli makanan, bagaimana kalau engkau belikan dia makanan, Mama tambahkan uang untuknya. Dengan cara itu si anak mulai mengerti artinya memberikan uang kepada orang lain, sehingga dia tidak lagi hanya memikirkan dirinya sendiri. Jadi memang ada banyak penyebab ya Pak Gunawan, kenapa anak-anak bisa menjadi kikir.
IR : Tapi juga mungkin contoh dari orang tuanya, Pak Paul? Kalau misalnya kita suka memberi fakir miskin, itu akan memberi contoh bagi anak-anak kita.
PG : Betul Bu Ida, jadi anak-anak yang cukup sering melihat orang tuanya menolong orang lain, akan mencontoh perbuatan tersebut. Tapi anak-anak yang melihat orang tuanya misalkan tidak perna memberikan sedekah pada orang miskin, selalu bersikap negatif kepada para peminta uang dan sebagainya, mungkin sekali akan mengembangkan sikap yang sama.
IR : Sekarang misalnya kalau orang tuanya cukup mampu, ya Pak Paul, dan rasanya bisa memberikan apa yang diinginkan anak itu, bagaimana caranya menolak karena tidak baik kalau dia itu selalu meminta?
PG : Saya kira memang dilema pada banyak kasus sekarang ini ya, kita sebetulnya mempunyai uang jadi kalau memberikan alasan tidak punya uang ya tidak tepat juga. Kita punya uang tapi kita mrasa tidak tepat memberikan atau menuruti kehendak anak kita.
Saya kira orang tua tidak perlu merasa bersalah, orang tua perlu merasa nyaman dengan konsep dia perlu mendidik anak memakai uang. Jadi misalkan sekali lagi yang tadi saya contohkan tentang engkau sudah punya barang itu dan itu masih bagus kenapa harus membeli yang baru, itu konsep yang perlu ditanamkan pada anak. Atau yang sekarang sedang trend yaitu membeli mainan atau permainan komputer atau VCD, playstation dan sebagainya. Memang satu mainan itu tidak terlalu mahal ada yang Rp.7.000,00, ada yang Rp. 6.000,00; anak-anak bisa berkata itu tidak mahal hanya Rp. 6.000,00. Nah saya tahu ada anak-anak yang kalau diijinkan sampai membeli belasan, puluhan, saya kira itu tidak bijaksana. Jadi kita tanamkan kepada anak, seminggu engkau hanya boleh misalnya memakai satu itu maksimal, kalau dia cepat sekali mainnya dia bisa temukan jalan-jalan keluarnya memang satu dua hari dia bisa temukan ya sudah barang itu menjadi barang yang terlalu umum buat dia. Tapi menuruti keinginannya langsung memberikan yang baru akan mendidik anak kita tidak bisa berdisiplin diri, ini kebiasaan yang buruk buat anak. Jadi sebaiknya kalau permainan seperti VCD games, saya menganjurkan jangan sampai setiap minggu, kalau bisa misalkan 2, 3 minggu sekali baru belikan satu. Anak-anak tahu bahwa jadwal pembelian dia hanyalah misalnya 3 minggu sekali, sehingga lain kali dia meminta kita akan berkata belum 3 minggu, tunggu. Seolah-olah memang kasihan ya anak-anak disuruh menunggu 3 minggu, tapi tidak apa-apa itu hal yang baik yaitu melatih anak bisa menguasai diri. Salah satu ciri anak-anak yang menggunakan narkoba, obat-obat terlarang adalah kurangnya kemampuan menguasai diri. Maka di antara mereka cukup banyak yang berasal dari keluarga yang mampu, orang tua yang berada. Namun orang tua yang tidak punya waktu melatih anak menguasai keinginannya atau hasratnya, sehingga yang diinginkan selalu dia peroleh akhirnya masuk terjerumus ke dalam obat. Tadi saya tekankan salah satu karakteristik anak-anak yang memakai narkoba biasanya adalah anak-anak yang tidak pernah dilatih untuk menguasai hasratnya, itu sebabnya penting menguasai hasrat anak seperti ini.
GS : Kalau anak sudah beranjak ke remaja, tadi Pak Paul katakan, uang menjadi suatu status sosial, simbol suatu status sosial dan ekonomi, itu maknanya apa, Pak Paul?
PG : Anak-anak memang tidak bisa tidak akan merasa lebih bisa diterima oleh lingkup sosialnya kalau dia memang mempunyai uang seperti yang dimiliki oleh teman-temannya. Jadi saya juga tidak kan membutakan mata ya, ini kenyataan di lapangan yaitu anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, mereka merasa sangat tertekan.
Karena tidak punya uang, dan tidak punya uang berarti sama dengan hinaan, tidak dianggap, nah itu memang bagian dari kehidupan yang nyata, yang adil tapi harus dihadapi oleh anak itu. Bagi anak remaja sekarang uang menjadi hal yang sangat penting, belanja ke Mc Donald harus punya uang, misalnya mau nonton harus punya uang, jadi semua itu mempunyai tuntutan uang. Yang paling penting adalah anak remaja ini dari kecil sudah kita latih dia tahu memakai uang dengan baik. Perlahan-lahan waktu dia menginjak usia 12 tahun ijinkan untuk memakai atau mempunyai uang sedikit lebih, sebab kita mau tahu apa yang dia gunakan dengan uang itu. Nah kita bisa anjurkan bagaimana engkau simpan, saya akan memberikan engkau Rp. 1.500,00, untuk makan dan minum hanya Rp. 1.000,00 bagaimana Rp. 500,00 nya engkau simpan, anjurkan itu supaya dia tidak memakai uang itu terus-menerus. Kalau dia pakai beli mainan lagi maka uangnya bisa habis. Tapi misalkan dia mulai bisa memakai uang, yang lebihnya sebaiknya dia simpan. Kita bisa mulai membimbing dia untuk menabungkan uang sisanya itu, agar dia nanti dapat menggunakan untuk membeli yang lebih bagus, yang memang dia sungguh-sungguh inginkan. Dan jangan terlalu setiap hari kita tanyakan uang itu untuk apa, jadi perlahan-lahan berikan uang lebih, sebab kita mau mencari tahu apakah dia mampu menggunakan uang itu. Dan kalau kita tahu dia mampu menggunakan uang, dia membelikan uang itu misalnya untuk membeli alat-alat tulis dan sebagainya. Kita percaya, kita berikan tanggapan yang positif, kita katakan engkau sudah mengerti memakai uang, saya senang sekali. Perlahan-lahan uang yang kita berikan boleh kita berikan lebih banyak, sehingga dia lebih mengetahui bagaimana memakai uang yang berjumlah cukup banyak dan tidak terlalu tergesa-gesa atau sembarangan dalam pemakaiannya.
GS : Kalau kita punya 2 anak atau 3 bahkan, apakah mereka itu harus diberikan uang saku yang sama?
PG : Saya menyarankan ya, jadi sebaiknya kita memberikan uang saku yang sama pada usia-usia yang memang sudah hampir sama ya. Kalau usianya sangat berbeda otomatis akan berbeda juga, tapi kaau usianya berdekatan sebaiknya sama.
GS : Kalau tadi Pak Paul katakan lingkup sosial dan lingkup ekonomi anak itu tergantung teman-temannya, katakanlah seorang dari keluarga yang kurang mampu, lalu berada di tengah-tengah suatu lingkungan yang mampu, tadi Pak Paul katakan anak itu bisa merasa tertekan dan sebagainya. Sebenarnya bagaimana orang tua berusaha mencarikan tempat pendidikan yang baik, padahal di tempat yang baik itu biasanya status sosialnya tinggi ?
PG : Saya kira orang tua perlu mengawasi siapa teman anak-anak kita dan kalau kita melihat memang mereka itu atau teman-teman anak-anak kita itu berstatus sosial jauh berbeda dari kita, jauhdi atas kita, sebaiknya kita memberikan arahan kepada anak-anak untuk jangan bergaul dengan mereka.
Kalau memang pergaulan itu sehat, teman-temannya juga orang yang hemat, tidak sembarangan dengan uang ya tidak apa-apa. Tapi misalkan kita lihat mereka adalah orang-orang yang memakai uangnya dengan begitu boros karena memang diberi uang yang begitu banyak oleh orang tuanya, saya kira kita harus batasi anak kita. Dan kita harus jelaskan bahwa ini tidak sehat, sebab anak-anak kita cenderung menjadi penurut semua yang diminta oleh teman-temannya karena dia perlu supaya dia bisa masuk ke dalam kelompok teman-temannya yang beruang itu. Nah dia akan kehilangan dirinya dan dia tidak merasa cocok, itu yang harus kita tekankan pada anak-anak kita.
GS : Jadi memang banyak hal yang harus kita cermati sehubungan dengan anak dan uang ini, tapi apa yang Alkitab katakan, Pak Paul?
PG : Menarik sekali Pak Gunawan, Paulus di I Tesalonika 4 memberikan kita nasihat tentang bekerja dengan tangan, dia berkata (ayat 11) anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, ntuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan.
Maksudnya kita menggunakan tenaga dan kemampuan kita, dan dia ulang lagi di (pasal 5) dia berkata : kami juga menasihati kamu di ayat 14 saudara-saudara tegurlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, tidak tertib berarti memang sembarangan. Tidak ada disiplin sama sekali, jadi memang Tuhan menghendaki orang bekerja dengan tangannya sendiri, tidak bergantung pada orang-orang lain. Ini yang perlu kita tanamkan pada anak-anak kita dalam hal penggunaan uang. Waktu mereka bijaksana, mereka bisa menabung, mereka bisa membeli yang mereka inginkan dan tidak perlu bergantung pada orang lain.
GS : Jadi ada tanggung jawab yang besar bagi orang tua untuk menanamkan konsep yang benar kepada anak-anak mereka tentang uang itu.
Demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi kami telah persembahkan sebuah perbincangan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang anak dan uang. Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.END_DATA