Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dan juga Ibu Dr. Rahmiati Tanudjaya dan mereka adalah dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Dan juga banyak melayani konseling, bimbingan kepada para remaja. Dan kali ini kami akan berbincang-bincang tentang remaja, baik remaja putra maupun remaja putri. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, apakah sebenarnya ciri-ciri remaja itu?
PG : Yang pertama adalah bahwa remaja itu adalah anak-anak yang berusia sekitar 11 hingga 20 tahun. Memang ada yang membagi remaja di usia sekitar 13 atau 14 tahun, tapi sebetulnya sejak anak-aak hingga memasuki usia remaja itu berlangsung kira-kira sampai usia 20 tahun.
(2) GS : Nah apakah itu berlaku sama baik putra maupun putri, jadi usia remaja yang Pak Paul katakan tadi 11 sampai 20 tahun itu Pak Paul. Kalau ciri-ciri fisiknya bagaimana?
PG : Pada dasarnya masa remaja adalah masa pertumbuhan, jadi anak-anak remaja ini belum mencapai bentuk akhir dari tubuhnya. Misalkan ada kecenderungan pada masa-masa pertumbuhan ini bentuk tubhnya itu tidak proporsional, di mana kadang-kadang kita melihat badannya sedikit lebih kurus dan kepalanya lebih besar, misalkan seperti itu.
Karena dengan adanya latihan atau olah raga dan sebagainya, bentuk tubuh remaja itu akan lebih disempurnakan, jadi kita mulai melihat produk akhir bentuk tubuh remaja itu di sekitar 20 tahun.
GS : Tapi Ibu Rahmiati, kalau kami melihat akhir-akhir ini ada kecenderungan remaja putri kita itu khususnya senang pada badan yang kecil-kecil begitu ya Bu?
RT : Saya pikir itu merupakan satu produk daripada budaya yang memang kalau dilihat kebanyakan budaya ini menghendaki seseorang itu bertubuh langsing. Saya pikir bukan hanya putri, putra juga. aya ingat saya mempunyai teman yang anaknya tadinya tidak terlalu perhatian tentang tubuh, tapi begitu mencapai remaja dia mulai melihat teman-temannya dan apa yang didengarnya mengenai budaya langsing ini, dia langsung hati-hati sekali dengan apa yang dia makan.
GS : Tapi kalau yang pria Pak Paul, saya menjumpai pada anak saya sendiri, dia menjadi rajin berlatih di fitness center supaya tubuhnya terbentuk. Sebenarnya apakah itu juga diharapkan oleh seorang remaja pria?
PG : Ya, saya kira tadi yang dikatakan Ibu Rahmiati betul, bahwa remaja itu sasaran atau target dari produk-produk yang ditawarkan dalam tayangan-tayangan televisi, kita akan melihat begitu banaknya produk-produk yang sebetulnya disasarkan untuk para remaja.
Dan kita melihat tipe-tipe orang atau remaja yang digunakan biasanya yang bertubuh atletis, yang tidak gemuk, yang langsing. Bahkan sekarang banyak sekali sinetron, hampir kita tidak pernah melihat bintang sinetron yang agak gemuk tidak pernah, apalagi yang masih muda-muda dan yang menjadi idola remaja umumnya yang pria bertubuh atletis, yang wanita bertubuh langsing.
GS : Yang saya alami anak saya yang pria itu pada waktu-waktu tertentu itu suaranya berubah, apakah itu bagian dari perubahan fisik itu Pak Paul?
PG : Betul sekali, ini adalah bagian yang khas pria, saya kira wanita tidak terlalu mengalaminya. Wanita biasanya mempunyai suara yang memang khas wanita sejak masa kecil, memang akan terjadi prubahan dari suara kanak-kanak wanita kemudian suara remaja wanita dan akhirnya suara dewasa wanita.
Kalau pria akan terjadi perubahan yang sangat drastis, dari suara kanak-kanak yang kewanita-wanitaan akhirnya berubah menjadi lebih berat. Nah pada masa peralihan itu yang terjadi adalah suatu bentuk transisi di mana kadang-kadang waktu dia berbicara, suaranya tinggi tapi dalam waktu sekejab suaranya turun menjadi lebih rendah. Jadi hal-hal seperti itu biasanya dialami pada remaja pria usia sekitar 11 sampai 13 tahun.
GS : Ini kita sama-sama pria Pak Paul, kita perlu konfirmasikan ke Bu Atik yang pernah mengalami, bagaimana Bu?
RT : Ya, saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Pak Paul, karena saya melihat dari segi teori, kalau berhubungan dengan suara biasanya laki-laki yang dibicarakan. Dan dari prakteknya ternyaa pengalaman dari melihat perempuan tidak mengalami perubahan seperti yang dialami oleh laki-laki.
GS : Apakah itu berarti memang pita suaranya tidak berubah untuk yang putri itu?
RT : Waduh.... kalau itu saya tidak tahu.
GS : Bagaimana, Pak Paul?
PG : Saya sendiri kurang tahu Pak Gunawan, tapi memang yang berubah pada putri bukan jenis suaranya tapi memang warna suaranya.
GS : Nah yang pria itu ditandai dengan keluarnya jakun di lehernya, sedang yang putri tidak. Apa karena pengaruh itu?
PG : Pengaruh buah yang dimakan oleh Adam itu ya.
RT : Nanti kapan-kapan mesti memanggil dokter THT sebagai nara sumber.
GS : Betul, saya rasa memang perlu diketahui oleh para orang tua supaya bukan menjadi suatu kejutan atau keheranan Pak Paul.
PG : Dan yang penting hal-hal ini dirayakan, saya menggunakan istilah dirayakan dalam pengertian dimengerti dan disambuti. Jangan sampai si anak pria ini menjadi malu karena diolok-olok oleh orng tuanya, suaramu kok menjadi begini sebentar kecil, sebentar keras, sebentar tinggi, sebentar rendah, sebentar seperti perempuan, kok seperti perempuan, kok tidak pecah seperti orang-orang pria lainnya.
Nah saya kira hal-hal seperti ini tidak perlu dipermasalahkan oleh orang tua atau oleh adik atau kakaknya. Jadi sewaktu orang tua melihat kakaknya atau adiknya menertawakan dia karena suaranya mulai turun naik atau mulai pecah-pecah sebaiknya orang tua melarang dan orang tua mengatakan kepada mereka justru kita harus syukuri Tuhan memimpin anak kita ini sehingga dia melewati masa atau mulai memasuki remajanya, dan ini ditandai dengan perubahan suara. Jadi sebaiknya orang tua bersikap seperti itu menyambuti dan kalau misalkan si anak tidak pecah-pecah suaranya juga jangan dikritik. Jangan sampai orang tua terlalu khawatir kok anak saya suaranya masih seperti dulu, seperti kanak-kanak, sedangkan usianya sudah 13 tahun tidak apa-apa, sebab kita tahu tidak semua pria akan mengembangkan suara berat atau suara bas. Ada pria yang tetap suaranya tenor dan sangat tinggi, jadi sambutlah suara anak kita apa adanya.
GS : Tetapi saya rasa juga ada suatu perubahannya yang besar dalam diri seorang remaja putri ketika dia mengalami masa haid yang pertama. Apakah itu menjadi suatu pertanda Ibu Atik, masa meninggalkan anak-anak ke remaja.
RT : Berhubung masa datangnya haid yang pertama ini beragam pada putri ya, tidak sama pada setiap putri, itu juga tidak bisa dipakai sebagai penentuan, saya melihat kadang masih kanak-kanak tap sudah mengalami haid.
GS : Sedang kalau yang pria itu jelas Pak Paul, kalau pita suaranya berubah anak kita sudah memasuki usia remaja, 'kan jarang sekali anak-anak yang suaranya berubah pada masa anak-anak.
PG : Betul, biasanya suara itu dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur meskipun tidak senantiasa. Karena adanya anak-anak yang sudah mencapai usia 11 tahun, 12 tahun suaranya tetap kanak-anak dan belum pecah.
Tentang haid saya setuju dengan Ibu Atik bahwa sekarang ini susah sekali digunakan sebagai tolok ukur. Pada mungkin 20 tahun yang lalu anak-anak remaja putri biasa mengalami masa haid pertamanya sekitar usia 11 hingga 12 tahun. Tapi sekarang biasanya anak-anak remaja mulai mengalami haid pertama pada usia 9 tahun.
GS : Nah itu pasti ada yang terjadi dalam dirinya itu Pak Paul, baik yang remaja putra atau putri, nah itu sebenarnya perubahan apa yang terjadi, Pak Paul?
PG : Yang paling utama adalah terjadi perubahan yang kita sebut hormonal, jadi mulailah diproduksi hormon-hormon pria pada diri si anak atau si remaja pria ini. Misalkan hormon-hormon yang kitatahu adalah testosteron, jadi akibatnya perubahan hormon inilah yang membawa perubahan juga pada suaranya dan juga pada bentuk tubuhnya dan akan memunculkan bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tidak ada pada si remaja putra ini.
GS : Dalam hal ini saya rasa sama dengan yang putri ya, jadi ada perubahan hormon. Bagaimana akibat yang lain Pak Paul dari adanya perubahan hormon itu selain dari secara fisik memang kelihatan?
PG : Yang jelas adalah pada umumnya pada masa remaja ini, karena adanya perubahan hormon tersebut si remaja putra mulai mengembangkan rasa ketertarikan kepada lawan jenisnya, yaitu wanita. Dan asa ingin dikagumi serta disukai oleh wanita, nah ini adalah salah satu ciri yang dominan dalam perkembangan remaja putra.
Seolah-olah dulu wanita itu tidak begitu menjadi pusat perhatiannya, namun tiba-tiba sekarang pada masa remaja si anak wanita menjadi begitu penting bagi si anak pria dan mulai menjadi pusat perhatiannya. Dan si pria itu akan mulai berulah di hadapan si wanita untuk mendapatkan perhatian si wanita. Dan yang kita juga harus ketahui kesukaan wanita atau ketertarikan pada si remaja putra itu sebetulnya berperan besar dalam pengembangan jati diri si pria itu. Rasa kepercayaan dirinya kalau dia adalah seorang pria yang ok! Yang bisa menarik hati remaja putri. Sedangkan pria yang pada masa remajanya merasa tidak pernah mengalami hal itu, anak putri tidak tertarik kepadanya, sering kali mengalami keragu-raguan tentang dirinya. Jadi kalau sampai masa remaja itu dilewati tanpa rasa ketertarikan dari putri terhadap dirinya, ada kecenderungan dia akan mempertanyakan akan keyakinan dirinya, apakah saya seseorang yang ok! Atau tidak. Jadi dalam pergaulan dengan lawan jenis kalau dia mendapatkan sinyal-sinyal bahwa si wanita tertarik kepadanya itu biasanya berpengaruh positif pada pengembangan dirinya.
GS : Nah memang kalau menghadapi remaja pria seperti itu Bu Atik, biasanya tanggapan remaja putri itu bagaimana?
RT : Ini sebenarnya, sungguh ini merupakan suatu masa yang unik bagi remaja putri atau bagi manusia yang menginjak remaja putri dan remaja putra. Karena menurut teori dan memang kenyataannya kia lihat ya, secara fisik perempuan itu pada masa ini tingginya, ukuran badannya bisa jauh lebih tinggi duluan dari laki-laki, dari remaja putra.
Sehingga akhirnya mengakibatkan si remaja putri ini tentu akan mencari idealnya yang lebih tinggi dari dirinya, jadi mau tidak mau dia akan mencari yang lebih tua. Karena kalau teman-teman sebayanya kelihatannya masih kecil-kecil, jadi dia melihat ke atas akhirnya teman-temannya ini yang juga butuh perhatian dari teman-teman putrinya, jadi remaja putra yang butuh remaja putri sepertinya betul-betul tersaingi oleh kakak-kakaknya, jadi mereka biasanya remaja-remaja putri ini kalau lmelihat ihat bisa lihat yang sudah mahasiswa, kelihatannya sudah lebih mapan dan kemudian lebih bisa jadi idola daripada kelihatan teman-temannya kok masih kecil-kecil secara fisik.
GS : Tapi sebaliknya pria itu kurang suka Pak Paul dengan adik-adiknya yang lebih dibawah contohnya saya dulu tidak pernah tertarik, waktu SMA misalnya dengan adik-adik SD atau bahkan adik-adik SMP tidak tertarik, Pak Paul.
PG : Ya karena biasanya pada masa-masa SMP itu tidak tertarik pada yang SD, sebab yang SD khususnya yang putri ini belum berkembang. Jadi benar-benar kita belum bisa tertarik pada mereka, karen mereka masih kanak-kanak.
Tapi dugaan saya waktu si remaja putra sudah menginjak usia 16, 17 tahun dia bisa tertarik pada remaja putri yang berusia 14 atau 15 tahun. Karena pada saat itu si remaja putri sudah berkembang sebagai seorang wanita, jadi sudah kelihatan bentuknya. Nah kita harus sadari bahwa remaja putra atau putri pada umumnya mudah sekali tertarik pada yang nampak, yang bersifat fisik. Itulah sebabnya pada SMP dia susah tertarik pada yang masih SD, karena yang SD itu memang masih kanak-kanak. Tentang yang tadi Pak Gunawan tanyakan memang rupanya ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal siapa yang akan disukai. Yang tadi disinggung oleh Bu Atik memang betul, remaja putri cenderung menyukai remaja putra yang matang, lebih besar dan suaranya lebih berat misalnya serta pikirannya juga bisa lebih matang, dia akan memiliki daya tarik yang kuat. Karena kebanyakan remaja putri menyenangi figur-figur pria yang seperti itu, tapi kebalikannya tidak sama Pak Gunawan, ternyata remaja putri yang matang lebih dulu lebih cenderung mendapatkan kesulitan dalam pergaulannya. Maksudnya misalkan dia mulai mengembangkan bagian-bagian tubuh diatasnya yaitu payudaranya dan sebagainya. Nah pada saat misalnya dia baru berumur sekitar 10 tahun tapi sudah mengembangkan bagian tubuh seperti itu dan tampak sekali dia itu seperti wanita, nah dia akan mengalami kesulitan. Karena di hadapan teman-teman sebayanya dia cenderung menjadi obyek ledekan karena tubuhnya yang sudah matang itu. Dan untuk bermain, remaja putri seusianya dia merasa agak canggung, karena yang lain usia 9, 10 tahun masih seperti kanak-kanak sedangkan dia nampaknya kok seperti gadis, jadi dia merasa canggung. Dia akhirnya cenderung mau bergaul dengan yang lebih tua darinya itu misalnya 4, 3 tahun di atasnya. Nah kalau dia sendiri belum mantap, belum mempunyai kematangan dan bergaul dengan yang lebih tua bisa dipengaruhi secara negatif. Jadi memang tidak sama, kebalikannya memang juga ini kita harus ketahui, kalau pria misalkan matangnya lebih dini dari yang kita katakan dia mempunyai banyak keuntungan menjadi daya tarik yang khusus bagi para wanita. Bagaimana kebalikannya kalau justru dia itu matangnya terlambat, jadi badannya kecil suaranya seperti suara kanak-kanak, teman-teman pria sebayanya sudah berbentuk seperti pria nah inilah masalah bagi si remaja putra. Karena dia justru akan menjadi ledekan teman-teman prianya atau bahkan teman-teman wanitanya yang akan meledek dia, kok tubuhnya kecil, kok suaranya seperti suara wanita. Jadi memang yang lebih dulu atau yang lebih belakang memang kita perlu perhatikan, sebab kadang-kadang mempunyai dampak yang berbeda bagi perkembangan jiwanya.
GS : Untuk yang putri Bu Atik, apakah secara tidak disadari dia mencari yang lebih senior atau yang lebih mantap dalam rangka cari perlindungan.
RT : Mungkin juga ya, jadi jawabannya bisa ya dan tidak dalam arti kalau memang dia dari latar belakang kehidupan yang memang membutuhkan figur-figur yang seperti itu bisa juga oleh karena hal tu maka dia mencari.
Tapi kalau secara umum dia sendiri sudah cukup mendapatkan figur-figur yang seperti itu, tapi secara normal seorang remaja putri saya pikir dia tentu saja ingin seperti tadi. Sekarang kalau suatu produk yang ditawarkan di budaya itu memberikan suatu idola atau suatu panutan seorang laki-laki yang hebat. Ini remaja 'kan masih mencari suatu yang ideal, yang istilahnya bisa menjadi suatu idola dia, nah sekarang kalau laki-laki terus yang namanya idola adalah laki-laki yang kemudian tubuhnya atletis, tinggi, lalu tidak punya sifat kekanak-kanakan, seperti remaja putra yang belum berkembang, akhirnya dia mengikuti, istilahnya arus daripada trend ini.
GS : Trend yang ada dilingkungannya ini.
RT : Betul, karena dia ingin dianggap sama dan dia ingin mendapatkan pengakuan ya dari yang menganggap bahwa dia mempunyai pacar yang keren.
GS : Memang mungkin menjadi masalah Pak Paul, tidak semua remaja pria itu bisa bertumbuh tinggi dan juga tidak semua remaja putri itu tubuhnya langsing-langsing. Nah di sana peranan orang tua itu sebenarnya apa?
PG : Orangtua harus pertama-tama peka, bahwa hal-hal yang bersifat fisik itu sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa si remaja. Mungkin sekali si remaja tidak membicarakannya, tapi kalau orag tua melihat bahwa anaknya tidak sama dengan anak-anak lain dalam hal perkembangan tubuhnya.
Nah hal ini perlu diperhatikan, baik yang matang lebih pagi atau pun yang matang terlambat, dua-duanya perlu mendapat perhatian dari orang tua. Nah anak-anak jarang sekali mengambil inisiatif untuk berbicara pada orang tuanya dan membeberkan keluh kesahnya tentang tubuh mereka ini; nah di sinilah orang tua perlu peka dan mulai berbicara kepada si anak. Bahwa kami mengerti engkau mempunyai pergumulan seperti ini dan kami mau menekankan bahwa ini tidak apa-apa. Dulu saya pernah mengalami hal yang sama untuk hal yang mungkin berbeda, tapi kebanyakan anak-anak remaja memiliki karagu-raguan terhadap bagian-bagian tertentu dari tubuhnya, itu hal yang sangat normal sekali. Dan yang kedua kita tekankan kepadanya adalah bahwa yang akhirnya menjadi kunci keberhasilan dia diterima bukanlah bentuk tubuhnya tapi isi hatinya. Sebab kita bisa contohkan kepada dia seindah-indahnya tubuh seseorang kalau mempunyai hati yang sangat hitam tidak akan diterima oleh lingkungannya, malah akan dijauhi. Tapi seseorang yang berbentuk tubuh yang tidak terlalu menarik tapi mempunyai hati yang sangat indah, akhirnya dia justru menjadi orang yang ingin didekati oleh teman-temannya. Nah hal-hal seperti ini kita sering kali harus munculkan dalam percakapan dengan anak-anak remaja.
GS : Pengalaman Bu Atik kalau menghadapi anak remaja yang risau, remaja putri maksud saya yang risau dengan tubuhnya bagaimana Bu Atik biasanya?
RT : Seperti tadi yang sudah diulas oleh Pak Paul, saya juga akan mengajak mereka untuk melihat pertama pengakuan siapa yang jauh lebih penting di dalam kehidupan ini, kita semua butuh pengakuan. Tapi pengakuan siapa yang terpenting dan kemudian kita arahkan juga tentang perbedaan antara pengakuan yang didasarkan pada suatu dasar yang benar dengan pengakuan yang palsu. Jadi kalau dia katakan, tapi teman-teman juga penting, nah sekarang kita jelaskan kepada dia perbedaan antara teman yang baik dan teman yang tidak baik. Kalau teman yang baik tentu akan menghargai dia apa adanya, tapi kalau teman hanya menghargai dia secara fisik saja, berarti dia teman semacam itu jadi berdasarkan penilaian kita bisa tahu orang ini orang yang seperti apa. Jadi kita ajak dia bahwa di mata Tuhan dia dinilai karena dia adalah gambar Allah. Nah sebagai gambar Allah, nilai Allah itu ada pada citra Allah itu sendiri, jadi bukan karena fisiknya, karena apa yang dia pakai itu sangat berpengaruh pada remaja mengenai pakaian.
GS : Nah biasanya memang remaja itu ngomongnya ke ibunya atau ayahnya.
RT : Tergantung, ada yang saya dengar secara umum itu kepada ayah, perempuan senang bicara pada ayahnya, tapi saya lihat ada juga yang putri kepada ibunya. Jadi begini pengalaman saya ada yang ibicarakan dengan ayah, ada yang dibicarakan dengan Ibu.
GS : Tergantung materi pembicaraannya, tergantung tanggapan dari si ayah atau si ibu begitu Pak Paul?
RT : Ya tergantung topiknya.
PG : Betul sekali, ada anak-anak yang memang menyenangi, membicarakan hal tertentu dengan ibunya dan hal-hal yang lain dengan ayahnya. Itu dengan catatan hubungan dia dengan ayah dan ibu relati baik, kalau misalkan tidak, ya bisa juga anak-anak wanita itu lebih cenderung berbicara dengan ibunya karena faktor ayahnya lebih absen di rumah.
Jadi yang tersedia yang ada di rumah adalah ibu, dengan sendirinya dia akan berbicara dengan ibunya.
GS : Biasanya soal izin, kebutuhan finansial itu ngomongnya ke ayah.
RT : Kalau dia tahu ayahnya akan kurang menyetujui ya lewat ibunya, supaya ibunya yang berbicara kepada ayahnya.
(3) GS : Nah, bagaimana Pak Paul mengenai perasaan takut di dalam diri remaja itu tentang masa depan atau apa saja yang dia takuti, itu sebenarnya perkembangannya bagaimana?
PG : Remaja putra mulai memiliki ketakutan karena dia mulai merasa bahwa ada hal-hal tentang dirinya yang tidak dia mengerti, tidak semua tentang dirinya dia pahami. Jadi sangat umum sekali pad masa remaja ini anak-anak remaja putra mengalami kebingungan-kebingungan, yang sebetulnya dia ingin sekali mendapatkan jawabannya dari orang dewasa, tapi takut.
Takut nanti dicela, takut nanti dikatai apa atau apa, jadi akhirnya mereka membicarakannya di kalangan teman-teman. Nah ketakutan apa yang biasanya mereka alami, ketakutan misalnya apakah mereka itu nanti bisa menghidupi keluarganya, nah hal-hal ini mulai muncul di benak para remaja pria meskipun sebelumnya itu tidak pernah dipikirkan, nah pada masa remaja tiba-tiba pikiran ini bisa muncul. Atau mulai membicarakan tentang nanti engkau mau menjadi apa, apa cita-citamu, nah tiba-tiba anak remaja ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa ada masa depan. Pada masa kanak-kanak, anak-anak itu cenderung belum mengerti konsep masa depan atau masa yang akan datang, anak-anak kecil mulai bisa melihat adanya masa sekarang dan masa lalu. Meskipun juga masa lalu itu kurang begitu segar dalam ingatannya, tapi pada masa remaja anak-anak ini mulai mengembangkan kemampuan untuk melihat yang namanya masa depan. Nah waktu melihat masa depan dan mulai membicarakan tentang mau menjadi apa dan sebagainya, si anak yang belum mengerti mau menjadi apa biasanya mulai mengembangkan kecemasan-kecemasan. Nanti saya menjadi apa ya, saya bisanya apa ya, kemampuan saya di mana ya, nah hal-hal itu adalah bagian-bagian hidup para remaja. Selain itu mereka juga merasa aneh dengan dirinya karena emosi mereka yang turun naik Pak Gunawan, jadi adakalanya mereka ingin bisa menyendiri, tidak mau dengan teman-teman, adakalanya mereka butuh sekali berbicara dengan teman-teman. Nah mereka mulai bisa mengintrospeksi, melihat diri mereka dengan jelas. Sebetulnya kemampuan melihat diri itu sudah mulai berkembang sekitar usia 9 tahun. Tapi memasuki usia remaja mereka lebih mampu melihat diri dan pada waktu melihat diri mereka mulai bingung kok saya seperti ini, kok tidak konsisten, dulu begini, sekarang kok begini. Nah semua itu adalah bagian perkembangan dan gejolak remaja.
GS : Nah apakah ketakutan yang sama juga menimpa atau dialami oleh remaja putri, Bu Atik?
RT : Itu tadi waktu saya dengar Pak Paul bicara, saya juga berpikir apakah ketakutannya itu sama, kalau kita melihat jarak dari usia remaja yakni 11 sampai 20 tahun, saya pikir kalau bisa dibag mungkin remaja yang usia lanjut yang mulai berpikir ke sana.
Jadi pada akhir-akhir masa remajanya itu maka remaja putri pun mulai berpikir. Namun saya pikir bobotnya karena kembali soal budaya tadi, pria tekanannya lebih besar dari perempuan. Bukan saya tidak menghargai soal persamaan derajat perempuan dan laki-laki, tapi tuntutan daripada masyarakat, laki-laki yang harus bekerja, kalau perempuan tidak juga tidak apa-apa. Jadi saya pikir tekanannya itu lebih berat kepada laki-laki, jadi si perempuan itu jadi bebas. Jadi biasa kalau pertandingan itu tidak ada beban mental.
GS : Jadi saya rasa memang itu Pak Paul, jadi kita semasa remaja pun sudah tahu, bakal dituntut seperti itu, tuntutan yang lebih berat, daripada remaja putri. Memang akan ada banyak hal yang masih harus kita bicarakan tentang perkembangan remaja ini, jadi kami sangat berharap untuk sesi yang akan datang Pak Paul dan juga Ibu Atik akan bersama-sama dengan kami untuk melanjutkan perbincangan ini. Namun sebelum kita menyudahi pembicaraan ini mungkin Pak Paul akan sampaikan sesuatu dari firman Tuhan.
PG : Saya akan bacakan dari Mazmur 119:41-42, "Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku ya Tuhan, keselamatan daripadamu itu sesuai dengan janjimu. Supaya aku dapat memberi jawab epada orang yang mencela aku, sebab aku percaya kepada firman-Mu."
Anak-anak remaja penting sekali mempunyai konsep diri yang benar dan konsep yang benar itu berasal dari pengenalan yang benar akan siapa Tuhan. Tuhan adalah Tuhan yang mendatangi kita dengan kebaikan-Nya. Tuhan yang mengasihi kita dan menciptakan kita. Jadi konsep diri itu jangan sampai berkisar dari firman Tuhan, sehingga dikatakan aku bisa memberi jawab kepada orang yang mencela aku. Pada masa remaja saya kira banyak celaan-celaan terhadap diri sendiri. Nah dia harus percaya pada yang firman Tuhan katakan.
GS : Ya terima kasih, jadi demikian tadi Para pendengar yang kami kasihi, kami telah persembahkan sebuah perbincangan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dan Ibu Rahmiati Tanudjaya dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang perkembangan remaja, baik remaja putra maupun remaja putri. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat buat kita semua, dari studio kami mohon juga tanggapan saran serta pertanyaan-pertanyaan dari Anda yang bisa Anda kirimkan melalui surat ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KASET T 56 A
- Sebenarnya siapa yang disebut seorang remaja…?
- Ciri-ciri fisik apakah yang menyertai seorang remaja…?
- Perasaan takut apakah sebenarnya yang terjadi pada remaja…?