Memahami Percintaan Remaja Jaman ‘Now’

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T547A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Pengertian dan pemahaman yang dangkal tentang cinta dijadikan alasan untuk remaja jaman ‘now’ berani mengungkapkan cinta dan menjalin relasi pacaran dengan pujaan hatinya. Bahkan sering berganti-ganti pacar menjadi hal yang membanggakan bagi remaja jaman ‘now’. Apa yang orangtua harus lakukan?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
dpo. Ev. Carolina Soputri, M.K.

Remaja membutuhkan relasi yang bermakna. Kebutuhan ini acapkali direalisasikan terhadap teman lawan jenis. Oleh karena itu, kebutuhan yang "mendesak" ini, dengan segera ingin dipenuhi oleh remaja yang merasakan "cinta". Cinta bagi remaja adalah perasaan yang demikian kuat dan tumbuh karena beberapa alasan yang bagi mereka itu cukup jadi faktor penentu bagi mereka untuk berpacaran. Pernyataan seperti, "dia baik…bikin nyaman", "dia cakep, keren kalau main musik", "saya suka, kami punya hobi yang sama", dan pernyataan lain yang bernada mirip, menunjukkan ketertarikan dan tidak perlu proses atau waktu yang lama untuk memutuskan berpacaran. Selain itu, status berpacaran atau jadian adalah hal yang pada umumnya membanggakan bagi remaja karena mereka memiliki seseorang yang mereka anggap khusus untuk menjawab kebutuhan mereka akan relasi bermakna.

Proses berpacaran remaja zaman now tentu saja tidak lepas dari pengaruh kemajuan teknologi. Pendekatan yang intensif tanpa proses dan waktu yang lama, dilakukan cukup sering melalui aplikasi komunikasi media sosial. Bahkan, beberapa kasus yang terjadi dalam remaja yang sedang berpacaran ditemukan bahwa mereka tidak pernah bertemu sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari, namun mereka tertarik dengan profil si lawan jenis di media sosial dan mulai mengundang sebagai teman di aplikasi tersebut hingga tercipta perasaan nyaman yang kemudian didefinisikan sebagai "cinta".

Bila menyimak pada apa yang sedang terjadi dalam percintaan remaja zaman now, maka dinamika yang dapat dipahami bagi orang dewasa terhadap remaja yang jatuh cinta adalah sebagai berikut.

  1. Pemenuhan keinginan / kebutuhan terdalam yang mendesak untuk "jadian". Ini disebabkan oleh kekosongan yang dirasakan oleh remaja. ketidakhadiran orang tua secara emosional membuat lubang kebutuhan ini cukup besar untuk segera diisi.
  2. Mengabaikan latar belakang cewek/cowok yang ditaksir. Pada kebanyakan kasus berpacaran, remaja tidak terlalu mengenal dan memahami latar belakang atau keluarga si cowok/cewek yang ditaksir, karena yang terpenting bagi mereka adalah pemenuhan kebutuhan itu sendiri.
  3. Identitas pengguna media sosial dirahasiakan, contoh : setting Whatsapp atau Line diberi password (lock mode)
  4. Update status diberi kode tertentu untuk menandakan bahwa dirinya telah berstatus, misal :
    1. CS (inisial nama),
    2. 24/3 (tanggal jadian atau hari penembakan nasional),
    3. missusobad (miss you so bad – situasi hati)
  5. Menyukai pernyataan berkaitan dengan perasaan dan pikiran mengenai cinta, contoh : memberikan "like" pada apa yang ditampilkan di akun media sosial.

Pemahaman dinamika ini menolong orang dewasa, entah orangtua, guru atau pembimbing rohani remaja di gereja untuk masuk kepada dunia percintaan remaja dan menolong mereka dalam mencari kebutuhan relasi yang bermakna sesungguhnya dengan tepat. Pendekatan yang tepat sasaran dapat dilakukan oleh figur-figur penting dalam kehidupan remaja, sehingga remaja tidak mudah terdorong melakukan tindakan berpacaran tanpa wawasan yang tepat dan kematangan pribadi yang baik.

Beberapa tindakan pencegahan berikut dapat dilakukan oleh figur penting yang terlibat dalam kehidupan remaja :

  1. Orang tua
    Sebagai pihak yang paling penting bagi pertumbuhan remaja, maka orangtua harus memahami kebutuhan anak remaja mereka. Orangtua hendaknya tidak melarang remaja untuk tidak berpacaran tanpa memberikan pemahaman yang benar kepada remaja. Hal ini dikarenakan tipe remaja zaman now, berbeda generasi dengan orangtua. Untuk itu, pahami dengan tepat apa yang dibutuhkan remaja dan terlibat dalam proses remaja yang berpacaran. Keterlibatan orangtua membuat remaja lebih merasa sungkan dan menghargai kebebasan yang orangtua berikan sekaligus mereka pun belajar untuk bertanggungjawab terhadap kebebasan tersebut.
  2. Pembimbing Rohani Remaja
    Figur penting lainnya adalah figur yang mereka hargai dalam lingkungan gereja atau komunitas rohani mereka. Oleh karena itu, seorang pembimbing remaja hendaknya memiliki kemampuan yang memadai untuk mengerti remaja dan memberi pendampingan yang mereka butuhkan dalam komunitas yang cukup sehat berkaitan dengan pemahaman Firman Tuhan dalam pergumulan berpacaran. Hal yang baik bila pembimbng remaja menyediakan sarana bagi remaja untuk tergabung dalam komunitas yang membangun, misal Kelompok Tumbuh Bersama (KTB). KTB merupakan ajang untuk bertukar pendapat, mendapatkan masukan yang berarti, hingga dukungan untuk melakukan hal yang baik dan benar. Dan disinilah salah satu kebutuhan akan relasi yang bermakna tercipta.
  3. Guru
    Pada umumnya remaja melihat sosok guru adalah sosok yang berpengaruh, dapat positif namun dapat juga berpengaruh negatif. Bila orangtua dapat bekerja sama dengan pihak guru di sekolah, tentu saja hal ini akan menambah dukungan positif bagi anak remaja untuk mendapatkan pembimbingan yang berguna bagi remaja. Karena, tidak jarang remaja berkeluh kesah dan merasa nyaman bercerita kepada guru di sekolah daripada kepada orangtua.
  4. Pihak Lain
    Beberapa figur lain yang dapat menolong adalah teman, sahabat remaja itu sendiri. Hal yang baik bila orangtua mengenal siapa teman dan sahabat anak remaja mereka lalu sesekali mengundang teman dan sahabat si remaja untuk bermain di rumah atau pergi bersama untuk menikmati kegiatan remaja. Ini bertujuan agar orangtua mengenal anak remajanya dan bagaimana pertemanan yang terjadi di antara anaknya dengan teman-temannya. Cukup banyak remaja yang melihat keterlibatan orangtua mereka yang pas (tidak berlebihan) seperti ini malah membuat mereka bangga terhadap orangtua dan membuat mereka cukup terbuka untuk berbagi pergumulan mereka, termasuk pergumulan tentang siapa yang sedang melakukan pendekatan khusus kepada mereka atau bagaimana menjalani kehidupan berpacaran mereka.

Pada akhirnya, seperti yang dikatakan oleh Firman Tuhan dalam Amsal 29:17 "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu dan mendatangkan sukacita" adalah benar. Ketika figur-figur penting berperan aktif mendidik remaja dengan pendekatan yang sesuai melalui pemahaman yang baik dan pendampingan yang tepat sasaran maka remaja dapat menghadapi pergumulan akan kebutuhan "cinta" secara tepat pula.