Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang Kemesraan di Usia Senja. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul ada orang yang berpendapat bahwa kemesraan itu hanya milik orang-orang muda atau pasangan yang baru menikah. Dalam hal ini bagaimana pendapat Pak Paul?
PG : Saya tidak setuju Pak Gunawan, karena saya meyakini bahwa Tuhan mendisain tubuh kita untuk menerima dan memberikan kemesraan dan tidak ada masa berlakunya. Jadi ini bisa berlaku bahkan sampai usia tua sekalipun. Nah sudah tentu nanti kita akan melihat bahwa dengan menanjaknya usia, bentuk-bentuk kemesraan juga akan mengalami perubahan, namun tetap kemesraan itu adalah sesuatu yang dapat dinikmati dan diberikan hingga usia senja sekalipun.
GS : Yang Pak Paul maksud bahwa kita didisain untuk itu seperti apa, Pak?
PG : Maksudnya adalah Tuhan memang sudah memberikan kepada kita kapasitas untuk membagi kelembutan, merasakan sentuhan, merasakan getaran dan juga memberikan
getaran serta kelembutan itu kepada orang lain. Itu adalah kapasitas yang memang ada dalam tubuh kita, ada dalam diri kita dan itu adalah sesuai dengan disain Tuhan.
GS : Memang pada masa kita masih muda, gairah atau getaran yang Pak Paul katakan itu memang ada tapi lama-lama setelah kita sudah mempunyai anak dan sibuk dengan pekerjaan dan sebagainya kadarnya mulai menurun, getarannya, dorongannya juga mulai menurun. Nah bagaimana kita bisa mempertahankan agar kemesraan itu tetap bisa bertahan?
PG : Ada beberapa hal yang saya ingin bagikan Pak Gunawan, yang saya ambil dari kitab Kidung Agung. Nah yang akan saya bagikan mungkin sekali bagi para pendengar kita terdengar sangat sederhana tapi saya kira tetap penting untuk kita dengarkan kembali. Yang pertama saya akan bacakan dari Kidung Agung 1:2, Kiranya ia mencium aku dengan kecupan ! Karena cintamu lebih nikmat daripada anggur. Langkah pertama atau hal pertama yang bisa kita lakukan untuk terus menghidupkan api kemesraan adalah dengan mencium pasangan kita. Ciumlah istri kita, ciumlah suami kita jangan sampai kita mempunyai anggapan bahwa O.......biarkan dia yang mencium saya, saya tidak usah dan tidak perlu menciumnya. Kadang-kadang ada orang yang seperti itu, mereka beranggapan, ya kalau pasangan saya mau silakan; kalau pasangan saya tidak mau ya sudah saya juga tidak akan melakukannya. Nah itu saya kira pandangan yang keliru. Sebaiknya dua-dua baik suami maupun istri bahkan sampai usia lanjut sekalipun biasakanlah untuk mencium pasangan. Cium di dahi, cium di pipi, cium di tangan dan silakan cium di bibir. Nah ini memang adalah hal yang perlu kita lakukan sebab ciuman itu akan menghidupkan api kemesraan, sebaliknya tidak adanya kontak-kontak seperti ciuman makin hari makin mendinginkan arti kemesraan itu.
GS : Selain ciuman, apalagi Pak Paul?
PG : Yang saya juga angkat dari pasal yang sama adalah ayat ketiga, Harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu. Saya angkat ayat ini untuk kita aplikasikan di dalam relasi kita, perharumlah tubuh kita, perbaikilah penampilan kita. Saya tahu tidak
semua orang dikaruniakan wajah yang tampan atau wajah yang cantik. Tidak harus kita itu cantik atau tampan, tapi saya kira kita semua bisa berpenampilan baik, kita semua bisa membersihkan tubuh kita. Arti kemesraan menuntut adanya kebersihan dan sebisanya harum, jadi jangan takut kalau misalkan orang mengatakan, Kok kamu sudah tua masih wangi, masih memakai minyak wangi. Sebab bukankah itu hal yang akan dinikmati oleh pasangan kita. Kalau badan kita bau sudah tentu itu akan memadamkan api kemesraan, akan memadamkan niat pasangan kita untuk dekat dengan kita. Saya mengerti kadang kala orang-orang yang sudah mulai berusia lanjut berkata: Ah, hal-hal yang bersifat lahiriah tidak penting sama sekali. Saya kira itu pandangan yang keliru, mungkin saya harus tekankan, justru di usia tua kita harus lebih menjaga kebersihan tubuh kita dan keharuman tubuh kita. Ini adalah unsur yang penting untuk menghidupkan arti kemesraan.
GS : Memang hal ini terkait dengan yang pertama tadi, bahwa biasanya kita itu agak enggan mencium pasangan kita karena justru ada bau yang kita kurang sukai.
PG : Betul sekali Pak Gunawan, bau cenderung menjauhkan kita, harum cenderung mendekatkan kita. Dan memang itu adalah kodrat manusiawi kita, tatkala kita mencium sesuatu yang wangi atau harum kita cenderung ingin mendekati. Tatkala kita mencium bau harum dari setangkai bunga kita ingin mendekatkan wajah kita untuk dapat mencium keharuman bunga itu, demikian pula dalam relasi kita dengan pasangan. Waktu dia mengeluarkan bau harum bukankah kita akan terpanggil untuk dekat dengannya, dan ini adalah awal kemesraan bahwa kita ingin dekat dengannya. Jadi jangan ragu, jangan malu untuk mewangikan tubuh kita dalam batas yang wajar, saya kira itu adalah hal yang sehat.
GS : Berarti menjelang pergi ke tempat tidur sebelum istirahat malam sebenarnya
menggunakan parfum itu bukan sesuatu yang berlebihan.
PG : Tidak sama sekali, yang penting memang di sore hari kita sudah capek bekerja dan sebagainya kita mesti mandi, kita boleh gunakan bedak. Pokoknya mandi yang bersih, berpakaian yang bersih, itu adalah hal-hal penting yang dapat mengundang pasangan kita dekat kepada kita. Tadi saya tekankan lagi tentang mandi, tentang berpakaian bersih, sebab saya juga tahu ada orang yang tidak suka mandi, ada orang yang disuruh berkali-kali baru mandi dan kadang-kadang kalau tidak disuruh bisa berhari-hari tidak
mandi. Nah itu mengeluarkan bau yang sangat kuat atau ada orang yang suka mandi tapi tidak suka berganti pakaian, pakaian yang sama digantung dan bisa dipakai selama dua minggu, pakaian itu akan sangat bau. Jadi bukan saja mandi membersihkan tubuh tapi pakailah juga baju atau pakaian yang bersih. Mahal dan mewah bukan isu di sini tapi yang terpenting adalah bersih, harum dan enak dilihat. Ini langkah pertama mendekatkan pasangan kepada kita.
GS : Mungkin peran pasangan cukup penting supaya bisa saling mengingatkan karena kita sendiri tidak merasa bahwa tubuh kita ini sedang berbau.
PG : Betul, jadi kita juga jangan sampai sungkan untuk memberikan teguran halus kepada pasangan kita kalau memang itu yang kita rasakan, daripada kita mengorbankan keintiman kita berdua.
GS : Selain dua hal itu apakah masih ada hal lain lagi yang bisa dilakukan, Pak Paul?
PG : Masih ada Pak Gunawan, saya akan angkat lagi dari pasal 1:15 dan 16, Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu. Lihatlah, tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik; sungguh sejuk petiduran kita. Dua
ayat ini melukiskan seruan, rayuan baik dari pria maupun dari istrinya. Yang pria mengatakan cantik engkau, yang wanita mengatakan tampan engkau. Nah apa yang bisa kita petik di sini? Yang bisa kita petik adalah rayuan, kadang-kadang kita berkata: Ah, sudah usia segini tidak usah merayu-rayu itu gombal dan sebagainya. Saya akan tetap berkata bahwa rayuan segombal apapun tetap enak di dengar, apalagi oleh pasangan kita, oleh suami atau istri kita. Jadi silakan rayu, katakan bahwa engkau tampak cantik hari ini, potongan rambutmu pas sekali; rayulah, rayuan tetap adalah hal yang enak didengar. Dan dari telinga, rayuan itu akan menyentuh hati dan dari hati akan menimbulkan gejolak kemesraan yang nanti diberikan pada pasangannya dan ditanggapi lagi oleh pasangannya. Nah dengan hal-hal seperti inilah kemesraaan dihidupkan kembali.
GS : Mungkin di dalam hal menyampaikan rayuan atau pujian, supaya jangan terkesan dibuat-
buat itu bagaimana, Pak Paul?
PG : Saya kira sudah tentu hal yang kita katakan harus benar, jangan sampai kita mengatakan hal yang tidak benar. Karena kalau itu tertangkap oleh pasangan kita bisa- bisa itu menimbulkan kejengkelan, seolah-olah ini sebuah penghinaan. Jadi jelilah mata
kita untuk melihat sesuatu yang kita tahu benar dan kita ungkapkan kepadanya. Misalkan benar-benar hari ini istri kita membelah rambutnya dengan berbeda dan tampak menjadi lebih segar atau apa, kita bisa langsung sampaikan. Belahan rambutmu kok tampaknya pas, enak dilihat membuat saya merasa senang melihat wajahmu. Atau dia berpakaian rapi, kita bisa langsung berkata: Kamu tampak tampan sekali hari ini, wah saya itu beruntung sekali mempunyai suami seperti kamu. Kata-kata kecil seperti itu atau kata-kata seperti, meskipun kamu sudah tua, kamu masih tampak cantik di mataku, engkau adalah tetap orang yang menarik hatiku sampai saat ini. Hal-hal seperti itu, sekecil apapun itu adalah penting dan yang baik untuk kita komunikasikan kepada pasangan kita.
GS : Dan sering kali ucapan pujian itu kemudian diikuti suatu permintaan kebutuhan, ini yang membuat pasangan atau kita itu menjadi was-was. Kenapa dia tiba-tiba memberikan pujian, ini pasti ada maunya, entah minta tambahan uang atau minta sesuatu, Pak Paul.
PG : Itu terjadi dikarenakan kita jarang memberikan pujian atau rayuan, justru kalau kita cukup sering memberikan pujian, rayuan kepada pasangan kita dan di belakang itu tidak ada pamrih, tidak ada permintaan tertentu saya kira pasangan kita tidak akan mengembangkan rasa curiga seperti itu. Kalau kita jarang memberikan pujian dan setiap kali kita memberikan rayuan atau pujian ada udang di balik batu, pasti pasangan kita tidak lagi menyambut rayuan itu. Malahan begitu mendengarkan pujian, dia akan berjaga-jaga, sebab nanti pasti akan ada yang diminta darinya.
GS : Maka di dalam membina kemesraan ini ada satu pihak yang memberi dan pihak yang
lainnya harus menerima, Pak Paul?
PG : Setuju sekali Pak Gunawan, tadi saya sudah singgung di awal rekaman ini bahwa penting
sekali Tuhan mendisain tubuh kita baik untuk menerima maupun untuk memberi kemesraan. Jadi kita mesti mengijinkan pasangan kita memberi atau membagi kemesraan itu dengan kita. Jangan sampai kita berkata: Ah.......sudah tua ngapain sih
kamu masih begini, genit, tidak enak dilihat orang. Saya kira komentar-komentar seperti itu cenderung memadamkan api kemesraan. Pasangannya akan berkata: Ya sudah, saya tidak akan lagi melakukannya, sebab saya tidak mau mengalami penolakan untuk kedua kalinya. Jadi penting sekali bagi pasangan yang sedang menerima rayuan atau sentuhan atau kecupan, jangan menolak karena tolakan kita itu akan memadamkan api kemesraan.
GS : Mungkin masih ada hal lain yang bisa dilakukan?
PG : Ada satu lagi Pak Gunawan yaitu dari pasal 2:6 dikatakan, Tangan kirinya ada di
bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku. Ini adalah ungkapan kemesraan
secara fisik dalam bentuk pelukan. Dan saya akan tambahkan juga silakan menyentuh
atau meraba istri atau suami kita. Kadang-kadang kita merasa risih terutama di usia senja, kalau pasangan kita memeluk kita dan mulai meraba kita. Dan kita mulai berkata
tidak ah, tidak usah dan sebagainya. Sebaiknya jangan, sentuhan, pelukan beserta rabaan adalah unsur-unsur kemesraan di antara suami dan istri bahkan di usia senja. Saya ingin tekankan hal ini, pada masa-masa pemuda setelah kita menikah pada usia- usia 20-an tahun, benar-benar kemesraan itu berpusat pada kelamin, namun dengan bertambahnya usia kemesraan itu akan mengalami pergeseran dari pusat pada kelamin terus naik ke kepala atau yang saya maksud adalah pada jiwa kita, dan memang seharusnyalah seperti itu. Pada usia-usia senja kita akan mulai menggeserkan tekanan- tekanan yang dulu biasanya pada hubungan seksual menjadi sebuah pembangungan kemesraan yang tidak melulu harus berakhir dengan kontak-kontak seksual tapi benar- benar menghidupkan api kemesraan. Salah satunya adalah seperti yang sudah kita bahas yaitu memeluk dan meraba. Silakan peluk dan ijinkan pasangan memeluk, silakan meraba dan juga ijinkanlah pasangan untuk meraba tubuh kita.
GS : Berarti kalaupun kita sudah bermesraan, itu tidak harus berujung pada hubungan
seksual, Pak?
PG : Tidak, benar-benar memang ini sesuatu yang harus kita pahami. Sebab secara alamiah tubuh kita itu juga tidak lagi memproduksi hormon-hormon seksual seproduktif masa-
masa muda kita. Sudah tentu gairah-gairah seksual kita juga akan mulai mengalami penurunan. Itu adalah sesuatu yang harus kita sambut, kita terima, kita rayakan. Namun janganlah itu menjadi alasan kita makin hari makin terpisah dari pasangan kita. Jadi mesti kita yakini bahwa kemesraan itu memang akan makin bergeser, berpindah tempat dari satu lokasi di tubuh kita bergeser ke lokasi-lokasi lain dalam tubuh kita.
GS : Memang itu akan menjadi masalah kalau satu pihak menghendaki hubungan seksual tapi pihak yang lain tidak siap.
PG : Saya kira di sini perlu dituntut adanya pengertian, yang tidak siap bisa berkata kepada pasangannya, Saya memang tidak siap, dapatkah engkau mengerti ketidaksiapanku. Silakan untuk mengatakannya namun jangan memarahi pasangannya, ada orang yang tidak siap terus memarahi pasangannya yang menginginkan kemesraan secara seksual dan dia mengatai pasangannya kamu tidak tahu diri atau apa, itu akan menyakitkan hati. Namun kalau disampaikan dengan penuh kasih sayang, dengan penuh penyesalan dan benar-benar mengerti kebutuhan pasangannya namun dia merasa saya tidak bisa memberikan, nah itu saya kira akan diterima oleh pasangan bahwa ya memang tidak siap dan tidak apa-apa. Ini adalah hal-hal yang bisa dikomunikasikan dan tidak harus menimbulkan masalah di antara pasangan.
GS : Kalau begitu hambatan-hambatan apa yang sering kali timbul atau yang dihadapi tatkala kita akan membina kemesraan itu?
PG : Biasanya pada masa-masa usia tua itu adanya konsep yang tertanam dalam diri kita bahwa setelah mencapai usia tertentu kita tak boleh lagi bermesraan dan itu hanyalah untuk anak muda. Ini konsep yang harus kita ubah. Kita membutuhkan sentuhan kemesraan. Kita adalah makhluk yang Tuhan sudah ciptakan untuk membutuhkan kemesraan. Kalau saya bandingkan misalnya dengan kemarahan, mana yang lebih alamiah buat kita sebagai manusia mengekspresikan kemarahan atau mengekspresikan kemesraan. Saya kira kita akan berkata kemesraan, sebab kalau kita mengekspresikan kemarahan, yang akan kita rasakan sesudahnya adalah rasa tidak nyaman. Tidak ada orang yang akan senang setelah dia marah, rasanya setelah marah hati menjadi tidak enak, gundah gulana mungkin ada penyesalan dan sebagainya. Tapi tatkala kita memberi dan menerima kemesraan, sesudahnya atau bahkan tengah menerima atau memberikan sekalipun kita merasakan sesuatu yang nikmat, nyaman, sejuk. Benar-benar perasaan yang menenteramkan sekali. Kemesraan sebetulnya jauh lebih manusiawi, jauh lebih sesuai dengan kodrat kita dibandingkan kemarahan. Sayangnya akhirnya kita menjadikan kemarahan yang lebih sesuai dengan kodrat manusiawi kita. Kita lebih mudah mengekspresikan kemarahan daripada mengekspresikan kemesraan, nah ini keliru, jadi halangan pertama adalah konsep itu harus berubah. Halangan kedua yang kadang-kadang kita juga mesti perhatikan adalah jadwal kehidupan kita. Kadang-kadang pada usia-usia menengah, paro baya, kita makin repot; tersitalah waktu, perhatian, energi kita untuk hal-hal lain dan akhirnya kita tak lagi mempunyai energi yang sisa untuk kita berikan kepada pasangan kita. Jadi hidup kita harus berimbang, tanpa kehidupan yang berimbang saya kira susah kita membagi diri untuk bermesraan dengan pasangan kita.
GS : Dalam bermesraan dengan pasangan bukankah itu membutuhkan kondisi yang kondusif terutama lingkungan. Nah bagaimana menciptakan situasi yang kondusif ketika banyak anak di sekeliling kita mungkin keluarga-keluarga yang lain, bukankah itu tidak enak.
PG : Tadi Pak Gunawan sudah menggunakan kata yang merupakan kuncinya yaitu menciptakan. Jadi kemesraan itu harus diciptakan, situasinya, suasananya harus direncanakan dan dipikirkan. Kadang kala sesuatu bisa terjadi secara alamiah atau kebetulan, tapi saya kira kita mesti mendisiplin diri untuk bermesraan. Dan disiplin ini termasuk memikirkan atau merencanakan tempatnya, waktunya. Misalkan kita bisa berjalan bersama di usia kita yang sudah senja, kita pegang dia, kita rangkul dia, kita peluk dia, itu sudah menjadi bagian dari kemesraan. Waktu kita ingin tidur kita mencium pasangan kita, itu adalah bagian dari kemesraan. Hal-hal yang sebetulnya sangat sederhana dan dapat dilakukan kalau saja kita mau melakukannya.
GS : Yang kita perbincangkan ini lebih banyak harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan kemesraan itu sendiri.
PG : Betul sekali, dan sekali lagi kata kuncinya adalah apakah kita mau melakukan. Sebab sesungguhnya kita bisa melakukan.
GS : Jadi kita memang berharap bagi para pendengar yang sedang mengikuti program ini akan segera melakukannya supaya menciptakan suasana kemesraan di tengah-tengah keluarganya, bukankah itu yang diharapkan oleh pasangan.
PG : Betul, dan kita jangan juga beranggapan atau berpikir wah saya tidak bisa bermesraan
sebab kami masih punya masalah, tunggu masalah selesai baru nanti saya bermesraan
dengan pasangan saya. Jangan, persoalan memang belum selesai dan akan makan waktu untuk menyelesaikannya, jangan tunggu sanpai semua selesai baru memulai bermesraan. Bagaimana kalau kita lakukan keduanya, ini saran saya, silakan selesaikan masalah kita di samping itu silakan membuka diri untuk menerima dan memberikan kemesraan. Karena persoalan akan lebih mudah diselesaikan kalau dua hati sudah menyatu kembali.
GS : Ya saya rasa memang menjadi kebutuhan dasar manusia untuk menikmati kemesraan,
kalaupun tidak kita dapatkan dari pasangan, orang akan lari mencari orang lain untuk memenuhi kebutuhan itu, dan itu yang tidak benar.
PG : Betul, dan itu adalah bahaya yang harus kita hindari. Maka saya kira firman Tuhan yang saya ambil dari Kidung Agung 7:10 bisa memberikan peringatan kepada kita. Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju. Artinya kita hanya bisa membangun kemesraan jika objek kemesraan itu tunggal yaitu istri atau suami kita sendiri. Tatkala kita sudah membuka pintu dan memikirkan orang lain tidak mungkin kita bisa menjalin kemesraan dengan pasangan kita. Saya kira berbahagialah istri yang bisa berkata: Kepunyaan kekasihku adalah aku, kepadaku gairah suamiku tertuju. Berbahagialah suami yang bisa berkata: Kepunyaan kekasihku adalah aku, kepadaku gairah istriku tertuju. Wah itu adalah ungkapan-ungkapan yang sangat membahagiakan.
GS : Baik Pak Paul terima kasih untuk perbincangan kali ini, para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru
saja berbincang-bincang tentang Kemesraan di Usia Senja. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk
58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.