Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, saya Gunawan Santosa bersama Ibu Idayanti Raharjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan seputar kehidupan keluarga. Kembali telah hadir bersama kami Bp. Dr. Paul Gunadi, Ibu Idajanti Raharjo, Ibu Indrawati Tambayong dan Ibu Aymee yang akan berbincang-bincang dengan kami seputar kehidupan-kehidupan seorang istri yang ditinggal oleh suaminya. Baiklah ikutilah perbincangan kami ini karena kami percaya acara Telaga ini pasti akan sangat menarik dan bermanfaat bagi kita semua.
Bp. Dr. Paul Gunadi akan mengawali perbincangan kita malam hari ini, silakan.
Lengkap
PG : Terima kasih Pak Gunawan dan Ibu Ida, sekarang memang adalah waktu yang sangat khusus sekali karena di tengah kita telah hadir 2 orang ibu yaitu ibu Indrawati dan Ibu Aymee. Dan bagi yang elah mengikuti acara Telaga pada kali yang terakhir mungkin masih mengingat bahwa kami telah mengundang ibu Indrawati dan ibu Aymee untuk mengisahkan musibah yang menimpa mereka tatkala mereka kehilangan suami yang mereka cintai.
Dan kami akan melanjutkan perbincangan dengan mereka pada hari ini, Ibu Indrawati dan Ibu Aymee sekali lagi selamat datang dan terima kasih sekali atas kesediaan Ibu-ibu untuk menuturkan kisah yang memang sangat dekat di hati tapi juga kami yakin kalau dipikir-pikir mungkin masih menimbulkan luka sebab bagaimanapun kehilangan orang yang kita cintai bukanlah hal yang mudah. Sedikit data bagi para pendengar yang belum sempat mengikuti acara kami pada kali yang terakhir, ibu Indrawati adalah pada saat suaminya dipanggil Tuhan adalah seorang dosen bahasa Inggris di Seminari Alkitab Asia Tenggara dan ibu Aymee adalah istri dari Pdt. Daniel Ibrahim. Dan secara kebetulan suami ibu Indrawati juga bernama Daniel yaitu pak Daniel Tambayong, jadi kedua suami ibu-ibu ini bernama Daniel. Seperti yang di Alkitab Daniel adalah Daniel yang berani dan demikianlah suami para ibu, mereka berdua adalah hamba-hamba Tuhan seperti Daniel yang di Alkitab yang berani membela yang benar dan tidak mundur meskipun mendapatkan tekanan apapun. Suami ibu Indrawati pak Daniel Tambayong meninggal pada waktu sedang berekreasi di sebuah pantai di pulau Bali bersama dengan keluarga tatkala jet cycle yang dia kendarai ditabrak oleh sebuah speedboat dan Tuhan memanggilnya pada saat itu juga. Sedangkan suami dari ibu Aymee yakni Pdt. Daniel Ibrahim dipanggil Tuhan secara mendadak juga dan diduga akibat serangan jantung dan usia dari pak Daniel Tambayong 49 tahun, dan usia dari pak Daniel Ibrahim adalah 44 tahun, jadi saudara pendengar bisa merêka kedua ibu yang ada dihadapan kami adalah ibu yang masih muda. Dan waktu Tuhan memanggil suami mereka, mereka juga masih muda dan mempunyai anak-anak yang belum dewasa semuanya. Sekarang saya akan kembali lagi menanyakan pertanyaan yang ditanyakan oleh ibu Ida pada kali yang terakhir yakni tentang bagaimana ibu-ibu menjawab pertanyaan mengapa, mengapa Tuhan memanggil suami saya, jadi apa itu yang ibu-ibu harus lakukan sehingga akhirnya pertanyaan itu sungguh-sungguh terjawab secara pribadi. Dan apakah ada jawaban yang umum, universal bagi semua orang yang mengalami peristiwa seperti ini.
AY : Saat itu saya mendapatkan jawaban dari Tuhan, karena saya berontak, saya bertanya terus kepada Tuhan, karena saya merasa bahwa dalam pelayanan saya waktu tanggal 27 Maret yaitu tentang tukng yang mati kena setrum dan ternyata dia bangkit kembali itu disaksikan oleh orang-orang di sekitar rumah yaitu saudara sepupu kita, juga masih banyak ada 15 tukang yang ada di rumah saya menyaksikan itu, tukang-tukang becak dan itu mujizat Tuhan terjadi dan pak Buari ini bener-bener dipulihkan.
Saat itu saya bertanya kepada Tuhan, "Tuhan, kenapa Tuhan memanggil suami saya" sedangkan saat itu secara manusia dia sedang bagus-bagusnya melayani Tuhan, banyak mujizat terjadi karena itu kebesaran Tuhan juga, saya juga melihat dalam pelayanan, saya selalu menyertai dia untuk pelayanan ini, saya selalu bertanya kepada Tuhan: "Tuhan bahwa FirmanMu YA dan AMIN, kalau Engkau sanggup membangkitkan pak Buari saat itu saya juga menuntut supaya Tuhan bisa membangkitkan suami saya." Saat itu hari Jumat saya ingat suami saya dipanggil Tuhan hari Kamis tanggal 24, Jumatnya saya mengurung diri di kamar. Memang saya saat itu bingung apa betul suami saya ini benar-benar dipanggil Tuhan atau saya ini mimpi, saya bingung tadi yang di peti jenazah itu apa betul suami saya, saya mencoba mengulang untuk menyadarkan diri saya ternyata memang betul. Dan saya bertanya: "Tuhan, mengapa Tuhan memanggil suami saya", sedangkan dalam kehidupan kami, jemaat itu mengatakan bahwa kita itu bisa sebagai contoh, memang kehidupan kami ini saling mengasihi dan ada satu keharmonisan, kesehatian dalam melayani, dia juga suami yang baik mengasihi anak-anak&. Tapi waktu itu saya bener-bener mendapatkan jawaban dari Tuhan di saat saya bertanya Tuhan, saya masih membutuhkan suami saya. Nah FirmanMu YA dan AMIN kalau Tuhan sanggup membangkitkan Lazarus dalam waktu 4 hari saya percaya Tuhan juga sanggup membangkitkan suami saya. Tapi saat itu jawaban yang diberikan Tuhan kepada saya, kalau memang engkau percaya FirmanKu YA dan AMIN, saat ini engkau mengetahui di mana tempat dari suamimu. Saat itu juga saya mengatakan: "Tuhan, mengapa di saat bagus-bagusnya dia melayani, Tuhan panggil", Tuhan memberikan pengertian kepada saya yaitu tentang bunga, karena saya senang bunga. Dulu kalau saya menanam bunga, di saat bagus-bagusnya memang saya potong, saya taruh di vas bunga. Tuhan bertanya, pengertian itu bertanya kepada saya, saat kapan engkau memotong bunga, saya katakan saat bagus-bagusnya, demikian juga Aku memanggil setiap anak-Ku yang Kukasihi justru di saat bagus-bagusnya Aku memanggil dia. Waktu itu akhir tahun Desember, dan itu mestinya ulang tahun dari ibu saya, biasanya yang menyiapkan semua adalah Daniel suami saya, dan dia berencana untuk membagikan Firman bagi saudara kita yang masih belum kenal Tuhan, saat itu saya masih bertanya pada Tuhan: "Tuhan, dalam hal ini saya masih belum mengerti," tapi Tuhan juga memberikan satu pengertian dan Tuhan bertanya: "Bila engkau berpesta, mau mengadakan satu pesta siapa yang kamu undang terlebih dahulu?" Ya memang saat itu saya ingat saudara yang terdekat, kita memberikan undangan dulu supaya mereka ada persiapan untuk hadir. Tetangga masih belum, jadi saya katakan tentu orang yang terdekat saya undang dulu, demikian juga halnya Tuhan, akan memanggil orang yang dekat dulu, bukan berarti yang lain itu tidak dekat kepada Tuhan, itu penghiburan dan satu kekuatan yang diberikan kepada saya saat itu.
PG : OK! Jadi pada kasus Ibu benar-benar Ibu harus bergumul mendapatkan jawaban pribadi dari Tuhan, tidak ada jawaban yang universal ya Bu di mana semua orang pasti sama jawabannya?
PG : Jadi setiap orang masing-masing berbeda, bagaimana dengan Ibu Indrawati?
IT : Saya tentu mengalami perasaan yang hampir sama dengan ibu Aymee yaitu saya berontak sekali dan setiap hari saya menangis. Dan sebenarnya saya itu sudah menangis dua bulan setiap hari nonstp.
Dan dalam hati saya pertanyaannya sama, mengapa, karena saya belum siap, mengapa Tuhan karena saya belum siap. Tetapi setelah dua bulan berlalu, Tuhan mengetuk hati saya dan memberi jawaban bahwa keputusan Tuhan itu tidak bisa salah. Kalau memang Tuhan mau panggil itu adalah keputusanNya dan itu tidak salah. Saya tidak berani mengatakan baik atau tidak bagi saya tetapi keputusan itu tidak salah dan itu datang dari Tuhan. Dan kalau memang keputusan itu sudah diambil oleh Tuhan pasti Tuhan juga akan memelihara yang ditinggalkan. Jadi saya juga dalam kesempatan ini ingin bersaksi bahwa doa itu mengandung kuasa yang besar. Nah pada saat-saat saya berdukacita yang sedalam-dalamnya, teman-teman khususnya saudara-saudara seiman itu memberi saya dukungan yang luar biasa melalui doa. Dan saat itu saya juga bisa menyaksikan kuasa doa itu, jadi membuat saya makin hari semakin kuat. Dan jawaban itu jelas sekali diberikan kepada saya setelah 2 bulan, maka itu setelah 2 bulan saya berhenti menangis, bukan berarti saya tidak menangis lagi tetapi saya tidak menangis seperti sebelumnya. Dan satu hal yang saya yakini karena dalam dua bulan itu mujizat sudah terjadi yaitu seperti yang saya ceritakan pada kesempatan yang lalu, waktu suami saya meninggal, kami mempunyai hutang yang besar dengan bank dan saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat, tanpa suami dengan dua anak dan saya harus berjuang sendiri untuk melunasi hutang-hutang itu, sesuatu hal yang impossible bagi saya, tidak mungkin bisa. Tetapi dalam hati saya, saya yakin satu hal bahwa Tuhan pasti menolong, aneh sekali, perasaan itu begitu besar dan begitu meyakinkan sehingga anak-anak saya kalau bertanya kepada saya, saya bilang tanya Tuhan, jawabannya ada dalam Tuhan dan Tuhan pasti menolong, saya tahu pasti menolong. Nah saya ingin bersaksi, dengan kematiannya itu Tuhan memakai untuk mempersatukan keluarga dari suami saya, juga dari keluarga saya. Tanpa sepengetahuan saya, mereka dua keluarga itu bisa rembuk bersama-sama dan mengambil keputusan untuk membayar semua hutang yang ada di bank bagi saya. Jadi pada saat itu memang ekonomi Indonesia sudah sulit, untuk mendapatkan uang segitu banyak memang sulit sekali, tidak mudah. Tapi kedua keluarga itu bisa bersatu, mereka berpatungan dan dalam 1 bulan persis saya dibawa ke bank, hutang itu semua dilunasi dan dikeluarkan sertifikat rumah saya sebagai jaminan, jadi puji Tuhan, itu kelihatan sekali mujizat sudah terjadi dalam 1 bulan, hanya dalam 1 bulan. Itu akal manusia tidak akan bisa sampai ke sana.
IR : Bu Ing dan Bu Aymee, mungkin bisa menceritakan lagi pergumulan hidup sendiri bagaimana mengatasi saat-saat kesepian, saat-saat yang paling sulit mungkin Ibu bisa share pada saat ini.
AY : Ya saya dikuatkan melalui Firman Tuhan, saya merenungkan dengan apa yang diberikan kepada saya yaitu tentang saudara seiman yang mengingatkan bahwa rencana Tuhan yang terbaik. Itu saya renngkan, saya pelajari dan memang itu suatu perjuangan, saya harus meyakinkan diri bahwa rencana Tuhan itu adalah yang terbaik bagi saya, khususnya dalam Firman Tuhan juga di Mazmur 68:6, bahwa Dia akan memelihara para yatim dan melindungi janda itu saya merasa terlindung, saya tetap mempercayai bahwa Firman Tuhan itu Ya dan Amin.
Saya berusaha, memang untuk saya memulihkan rasa kepercayaan saya, apa yang terbaik bagi saya itu adalah suatu perjuangan. Saya harus benar-benar mempercayai itu dan juga Firman Tuhan khususnya menghibur saya yaitu saya seolah-olah kehilangan suami ya, kalau memang itu benar kehilangan suami rasanya untuk melewati satu hari saya tidak mampu. Karena apa yang saya dapat itu memang yang diberikan suami saya, itu dalam pandangan saya itu lebih daripada orang lain, jadi betul-betul saya merasa kehilangan. Tapi janji Firman Tuhan yang tercatat di
Yesaya 54:5 Dia menjadi suami bagi kita (PG: Maksudnya Tuhan ya) Tuhan itu 'kan dijanjikan jadi Tuhan yang menjadi suami bagi kita para janda. Sekalipun itu dijanjikan kepada bangsa Israel untuk pemulihan Sion itu juga berlaku dari para janda, nah di situ saya mempunyai satu ketenangan. Jadi saya percaya bahwa pengganti dari suami saya itu adalah Bapa di sorga yang memelihara anak-anak saya. Saya merasa itu lebih terjamin dalam kehidupan keluarga kita.
PG : OK! Terima kasih bagaimana dengan Ibu Indrawati?
IN : Ya untuk mengatasi kesepian, saya selalu kembali ke Firman Tuhan, selalu yang saya pikirkan itu adalah Firman Tuhan bahwa Tuhan Yesus adalah bujangan dan Dia bisa menjalankan kehidupanNya egitu murni dan begitu benar di hadapan orang, jadi Tuhan Yesus itu adalah contoh bagi saya, jadi saya terus memandang ke Tuhan Yesus itu yang memberi saya kekuatan yang lauar biasa.
Dan selalu kalau saya merasa kesepian, saya berlutut saya mengatakan kepada Tuhan terus-terang saya kesepian sekali dan sebagai seorang perempuan yang sudah menikah selama 22 tahun tentu juga ada kebutuhan badaniah dan pada saat-saat itu saya selalu bertekuk lutut saya berdoa kepada Tuhan, saya terus-terang mengatakan Tuhan saya kesepian, kesepian sekali dan saya susah dan saya merindukan suami saya. Nah kemudian saya nangis dan Tuhan menolong, selalu.
PG : Jadi tangisan itu adalah hal yang positif Bu ya untuk melepaskan ketegangan dan kesepian kita, apalagi waktu kita berdiam juga ya?
IN : Jadi saya membiarkan perasaan saya keluar dengan demikian setelah berdoa dan berserah itu saya merasa ada damai, ada sejahtera lagi.
GS : Ya saya merasakan tidak gampang juga Bu Indrawati dan Bu Aymee, tadi Bu Aymee katakan ketika suami meninggal ada 5 anak yang harus diasuh dan Bu Indrawati ada 2 anak putra remaja yang juga butuh pengasuhan. Yang kami ingin Bu Aymee dan Ibu Indrawati bagikan pada kami semua adalah bagaimana kesulitan atau suka dukanya mengasuh anak sendirian karena tidak ada lagi figur ayah di sana. Bagaimana Bu Aymee?
AY : Untuk mendidik anak, saya bersandar kepada Tuhan ya, karena dalam keterbatasan sebagai orang tua sekalipun masih ada ayah dan ibu, yang terbaik itu adalah pengawasan dari Bapa di sorga. Jai memang saya untuk membimbing anak-anak tidak mandiri dan tidak bergantung kepada siapapun juga, bukan berarti saya lepas, lepas dari tanggung jawab tapi memang saya mau mereka beriman kepada Tuhan.
Saya mengucap syukur bahwa apa yang tidak pernah kita pikirkan itu terjadi, apa yang tertulis di
1 Korintus 2:9 itu benar-benar kita alami. Jadi Tuhan membimbing anak-anak saya, setiap anak diberikan satu keahlian, memang saya tidak membiasakan memberi uang saku bagi anak-anak saya, tapi anak-anak saya tanpa saya didik untuk bekerja tapi mereka bisa. Jadi dengan pemberian Tuhan yaitu mereka diberikan satu keahlian, anak saya yang paling besar mempunyai bakat untuk membuat kue demikian juga anak saya yang paling kecil, sedangkan anak saya yang nomor 2, 4 dan 3 itu kurang senang di bidang kue tapi mereka bisa dagang. Dan apa yang mereka kerjakan itu bukan mereka yang cari tapi ada saja yang memberi seperti jual arloji, pakaian, ada yang menawarkan.
GS : Jadi secara finansial bisa teratasi dengan itu, karena Tuhan membuka jalan.
AY : Bisa teratasi karena memang saya memberi waktu untuk Tuhan dan Tuhan pun melimpahkan berkat ya, jadi saya memang lebih banyak memberikan waktu dalam hal pelayanan, tapi dengan waktu saya yng sedikit masih menerima pesanan kue puding memang tidak seperti dulu.
Saya dulu menerima pesanan seperti wedding cake sekarang saya cuma terima lapis malang dan puding, tapi itu cukup bagi saya dengan pesanan-pesanan itu.
GS : Bagaimana dengan Bu Indrawati yang anaknya dua menjelang remaja yang tadi dikatakan ada yang masih kuliah dan sebagainya.
IN : Ya memang membesarkan anak itu tidak mudah apalagi sebagai seorang tua tunggal, jadi orang tua yang tunggal itu membutuhkan sebenarnya seorang partner untuk sharing khususnya di dalam mengsuh anak-anak.
Dan anak-anak saya dua-duanya sudah menginjak dewasa, jadi mereka itu mempunyai masalah juga dan pergumulan yang sebenarnya saya sendiri tidak bisa mengatasi. Tetapi saya hanya yakin dan percaya satu hal, kalau kami berdua saya dan suami saya sudah mendidik anak-anak sejak kecil di dalam Tuhan, maka waktu mereka menginjak dewasa kami tidak usah begitu khawatir lagi dan tetap saya meminta anak-anak saya pegang Firman Tuhan, memegang Firman Tuhan di dalam hidup mereka. Itu sebagai jaminan hidup, dan saya sungguh bersyukur kepada Tuhan karena kedua anak saya setelah ditinggal oleh ayahnya, justru mereka lebih dewasa di dalam iman dan saya mengucapkan syukur dan puji kepada Tuhan kalau Tuhan itu memang Tuhan yang hidup. Jadi saya berani menyaksikan bahwa Tuhan itu ikut bekerja di dalam setiap bidang kehidupan kami. Dan Tuhan begitu setia tidak pernah meninggalkan, bila Tuhan telah menunjukkan mujizat yang begitu besar dalam satu bulan setelah suami saya meninggal, pasti dalam hal-hal yang kecil itu Tuhan bisa mendukung dan memberi.
IR : Bu Ing dan Bu Aymee, mungkin bisa memberikan pesan untuk para janda-janda yang lain
AY : Yaitu kembali lagi sebagai seorang janda kita memang harus menanggulangi tentang alone yaitu kesepian. Kebutuhan biologi memang tidak bisa dihindari, tapi kembali bahwa kita mempunyai Alla yang Maha Kuasa dan itu dari pribadi kita sendiri apa yang harus kita mau ya saya serahkan semuanya itu kepada Tuhan dan ternyata saya tidak pernah, saya jujur kata setelah melalui ½ tahun dalam pergumulan, Tuhan berikan satu kekuatan khusus.
Ya saya selalu ingat dengan suami saya tapi saya tidak pernah kesepian, dan saya tidak merasakan kebutuhan dalam mendapatkan kasih dari suami, karena saya cukup mendapat kasih dari Allah Bapa yang menghibur dan memberikan kekuatan khusus baik bagi saya maupun bagi anak-anak saya yang sering saya tinggal.
PG : Jadi maksud Ibu meskipun sepi, tapi kesepian itu tidak menguasai Ibu ya, karena Tuhan yang mengisi kesepian itu.
AY : Betul, dan benar-benar memang tidak merasa kesepian
GS : Bagaimana kalau Bu Indrawati?
IN : Sebagai seorang janda yang sudah ditinggalkan suami saya 2 tahun, sekarang ini saya berpendapat bahwa bujangan atau kesendirian atau menikah itu tidak lebih baik satu daripada yang lain, dn saya yakin hal itu.
Yang penting adalah hidup di dalam rencana Tuhan, jika rencana Tuhan terhadap saya memang saya harus hidup sendirian saya menerima hal itu dengan rela. Karena mungkin dengan kesendirian saya, saya diberikan keleluasaan untuk melayani Tuhan untuk bekerja lebih leluasa, dan lebih luas lagi memancarkan kasih saya kepada sesama saya.
PG : OK! Terima kasih Bu Indrawati dan Ibu Aymee, saya teringat Firman Tuhan yang dicatat di kitab Ayub 3:25, "Karena yang kutakutkan itulah yang menimpa aku dan yang kucemaska itulah yang mendatangi aku."
Namun kesimpulannya adalah tidak ada yang lebih besar dari Tuhan meskipun yang ditakutkan terjadi tapi toh bisa lewat karena Tuhan yang menyertai dan menolong kita semua. Tuhan memberkati Ibu Aymee dan Ibu Indrawati.
GS : Dan sekali lagi banyak terima kasih Bu Indrawati dan Ibu Aymee. Demikianlah tadi saudara pendengar yang kami kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus, kami telah persembahkan sebuah perbincangan yang sungguh sangat menarik dan istimewa sekali bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, bersama Ibu Indrawati Tambayong, Ibu Aymee, ibu Idajanti raharjo dan saya sendiri Gunawan Santoso. Apabila Anda berniat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Kami juga ucapkan banyak terima kasih kepada Anda yang sudah berkirim surat kepada kami untuk memberikan tanggapan, tetapi kami tetap menantikan saran-saran, pertanyaan dari Anda. Sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.