Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu yaitu tentang "Ketika Anak Terkena Skizofrenia". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, karena perbincangan kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu maka supaya para pendengar bisa mengikuti perbincangan ini secara lengkap mungkin Pak Paul bisa mengulas secara singkat perbincangan kita yang lampau.
PG : Kita berbicara tentang sebuah gangguan yang disebut skizofrenia, itu adalah gangguan yang berasal dari sebuah kata yang berarti keterbelahan atau keterpecahan pemikiran artinya adalah si penderita hidup dalam dua alam, alam yang nyata dan alam fantasi. Masalahnya adalah waktu dia berada dalam alam fantasi dia tidak menyadari kalau dia ada dalam alam fantasi. Kita semua bisa masuk ke dalam alam fantasi tapi kita bisa keluar karena kita tahu ini alam fantasi, bukan alam nyata. Tapi penderita skizofrenia berbeda, yang dia bayangkan sangat nyata buat dia. Jadi misalkan dia membayangkan dirinya sebagai kuda yang terbang maka dia benar-benar beranggapan sebagai kuda yang terbang, kalau dia percaya dia adalah mesias, juruselamat maka dia percaya kalau dia adalah mesias juruselamat, atau dia merasa ada orang-orang yang mau mencelakakan dia dan bagi dia itu sungguh nyata kalau ada yang akan mencelakakan dia maka rasa takutnya nyata, atau rasa marahnya terhadap sesuatu adalah nyata padahal tidak ada yang membuatnya marah tapi dia bisa marah sendiri. Maka gangguan skizofrenia memang bisa membuat orang beremosi labil, dia kadang bisa mengamuk. Saya masih ingat istri saya waktu di Jakarta sedang jalan setelah mengantar anak sekolah, ada seorang yang berpenyakit jiwa di pinggir jalan lewat, istri saya berpikir hal itu biasa karena mereka sering berlalu lalang, tiba-tiba dia langsung memukul kepala istri saya. Inilah kira-kira yang terjadi karena mereka dikuasai oleh fantasi khayalan bahwa ini apalah dan sebagainya, jadi dalam bayangannya mungkin saja kepala istri saya mungkin seperti monster yang akan menyerang dia atau mengingatkan dia kepada orang mungkin mirip dengan orang yang dia benci dan sebagainya sehingga dia harus memukulnya. Kalau ini menyerang anak kita maka ini akan sangat menyusahkan kita semua.
GS : Apa yang telah dialami oleh istri bapak, itu juga pernah saya alami langsung. Jadi waktu ada lampu lalu lintas warna merah, saya berhenti di perempatan jalan dan kemudian dari belakang tanpa saya tahu punggung saya dipukul dengan alat pemukul. Setelah saya lihat orangnya adalah orang gila, maka saya tidak bisa membalas apa-apa hanya cepat-cepat saja melanjutkan perjalanan dan lampu sudah hijau. Tapi kadang-kadang kita melihat orang dari penampilannya, ada orang yang berpura-pura gila tapi ada orang yang betul-betul gila. Pada pembicaraan yang lalu Pak Paul menyebutkan ada beberapa gejala yang begitu banyak dan kalau satu saja gejala yang nampak maka Pak Paul katakan belum tentu orang itu skizofrenia. Gejala-gejala yang paling umum apa, Pak Paul ?
PG : Misalnya adalah anak-anak ini sejak kecil cenderung menarik diri dan tidak mau terlibat dalam pergaulan dan tidak mau terlalu menunjukkan emosi, cenderung emosinya tersimpan dalam dirinya, kemudian nanti kita melihat emosinya yang tidak labil dan kita juga melihat nantinya dia mulai berbicara sendiri, mulai melihat sesuatu yang orang tidak lihat dan mulai memunyai pemikiran yang aneh bahwa dia sepertinya orang yang sangat hebat atau dia sedang dikejar-kejar oleh bahaya. Ini adalah beberapa gejala umum yang dialami penderita skizofrenia.
GS : Ada orang yang berkhayal, berfantasi macam-macam seperti itu. Sebenarnya dari mana asalnya fantasi itu ?
PG : Memang otak kita memunyai kemampuan untuk membayangkan sesuatu yang memang tidak ada dalam dunia nyata ini makanya dari situlah muncul kreatifitas tapi semua orang yang sedang mengekspresikan daya ciptanya itu tahu bahwa ini semuanya masih dalam tahap pemikiran dia, tapi seorang yang terkena gangguan skizofrenia tidak mengetahui hal itu, dia sungguh-sungguh meyakini berada dalam alam tersebut.
GS : Berapa banyak orang-orang yang menderita skizofrenia ini menurut hasil penelitiannya ?
PG : Sebenarnya kita tidak tahu hasilnya dengan pasti, jadi secara umum saja diperkirakan antara 1 atau 2% dari populasi umum, memang tidak terlalu banyak. Dari semua gangguan jiwa sebetulnya ini relatif sedikit di antara gangguan yang umum yaitu depresi dan depresi lebih banyak, gangguan seperti kecemasan itu juga sangat tinggi atau misalnya yang lain juga Obsesif-kompulsif itu juga gangguan yang lumayan banyak. Jadi gangguan skizofrenia sendiri dibandingkan dengan gangguan yang lain relatif lebih sedikit.
GS : Itu sebabnya Alkitab banyak cerita tentang kekhawatiran supaya kita bisa menyerahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan. Kalau saja orang bisa menyerahkan kekhawatirannya kepada Tuhan secara utuh, maka saya rasa penderita skizofrenia makin lama akan semakin menurun.
PG : Masalahnya adalah sebetulnya penyebabnya bukan karena dia cemas atau ketakutan, tapi benar-benar semua berasal dari dalam otaknya. Jadi dalam otak kita ada sebuah kimiawi yang disebut dopamine, dopamine itu kalau kelebihan memang memunculkan gejala-gejala skizofrenia ini. Maka akhirnya yang dilakukan adalah memberikan obat supaya suplainya dopamine ini dihalangi dan ternyata untuk sebagian besar kasus skizofrenia sewaktu cocok obatnya ternyata dopamine bisa dikurangi sehingga akhirnya gejala skizofrenia itu bisa dikurangi.
GS : Pak Paul, kenapa kita sering menyebutnya ini gangguan jiwa dan bukan gangguan fisiknya ?
PG : Karena kita tidak bisa melihat penyakitnya, sebetulnya badannya normal saja dan kita tidak bisa melihat sakitnya apa, memang yang sakit adalah pemikirannya dan bukan perasaannya. Pemikirannya itu muncul dari otaknya dan semua ini diatur oleh otak ini. Kadang-kadang kita mendengar istilah "chemical imbalance" ketidakseimbangan kimiawi. Yang dimaksud adalah mestinya level dopamine terlalu tinggi akhirnya muncullah gejala skizofrenia itu.
GS : Tetapi kalau ada hormon-hormon dalam tubuh kita yang tidak seimbang lagi memang menimbulkan gejala seperti itu, badan merasa tidak nyaman, emosi kita labil. Hal-hal itu bisa terjadi, Pak Paul ?
PG : Betul. Sudah tentu ada kesatuan antara tubuh dengan jiwa kita. Jadi kalau ada sesuatu yang tidak beres maka nanti semua bisa terpengaruhi.
GS : Kalau riwayat perawatan dari orang-orang yang terkena skizofrenia ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Untuk waktu yang lama skizofrenia dianggap sebagai gangguan yang bersifat psikososial artinya disebabkan oleh lingkungan, keluarga dan sebagainya sebagaimana dirumuskan oleh Sigmund Freud, dia adalah seorang yang memelopori psikologi modern. Jadi dengan kata lain, diduga penyebab awalnya adalah masalah yang timbul pada pengasuhan anak oleh orang tuanya. Jadi gampang diputuskan kalau mau bereskan masalah ini maka bereskanlah pola asuh terhadap anak. Sederhana, tapi akhirnya disadari bahwa ternyata bukan itu penyebabnya. Pada awal abad ke 20 gangguan ini pertama didiagnosis sebagai gangguan fisik yang bersumber di otak oleh seorang psikiater di Munich University Hospital, yaitu Emil Kraepelin dialah yang melihat bahwa hal ini bukan karena salah asuh orang tuanya, tapi penyakit ini bersumber di dalam otaknya. Jasa Kraepelin yang juga besar adalah keberhasilannya membedakan dua jenis gangguan psikotik yang mirip, selain skizofrenia ada juga gangguan yang lain yang mirip dengan skizofrenia yaitu yang sering disebut dengan nama ‘manic-depressive’ nama lain dari bipolar disorder. Jadi nanti akan kita lihat apa ciri-cirinya sehingga kita bisa membedakannya dari gangguan skizofrenia ini.
GS : Tapi sampai sekarang banyak orang yang berpendapat bahwa kalau ada anggota keluarganya yang skizofrenia yang seringkali disebut gila, orang akan meruntut ke generasi sebelumnya. "Apakah ada keturunan atau nenek moyangnya yang terkena penyakit seperti ini", begitu Pak Paul.
PG : Ada pengaruhnya. Jadi gangguan skizofrenia ini adalah sebuah gangguan yang bisa ditelusuri pada salah seorang kakek nenek kita. Hanya kita harus mengerti apa maksudnya waktu orang berkata, "Apakah ada faktor keturunan ?". Sebagian penyakit fisik juga punya faktor keturunan atau genetik misalkan kalau orang tua kita menderita diabetes maka kita juga harus hati-hati, atau hipertensi kita juga harus hati-hati. Jadi ada beberapa penyakit yang memunyai kaitannya dengan faktor keturuan, salah satunya juga yang disadari adalah kanker, jadi penderita kanker seringkali ditanya apakah papa atau mamanya menderita kanker. Tapi bedanya dengan gangguan seperti skizofrenia atau gangguan jiwa lainnya, faktor keturunan meskipun ada namun kekuatannya itu jauh di bawah gangguan fisik yang lainnya itu. Jadi waktu kita berkata, "Ada faktor keturunan" namun pada gangguan jiwa faktor keturunan tidak sekuat gangguan fisik, bila dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya, kalau kita memunyai keturunan yang menderita gangguan ini kemungkinan yang kita kena sedikit lebih tinggi daripada orang pada umumnya. Namun ini tidak berarti, pasti kena, karena faktor itu tidak sekuat gangguan fisik lainnya jadi relatif lemah. Namun kalau ditanya apakah ada faktor kemungkinannya, ada meskipun tidak terlalu besar faktornya.
GS : Tadi Pak Paul menampilkan suatu pernyataan yang mengatakan bahwa ada orang yang mengalami gejala seperti pasien skizofrenia ini tapi sebenarnya bukan. Itu apa, Pak Paul ?
PG : Itu gangguan disebutnya ‘manic-depressive’ atau ‘bipolar disorder’ ini adalah sebuah gangguan suasana hati. Jadi perasaannya itu naik turun dan naik turunnya ekstrem sekali, kalau manik itu bisa di puncak dan depresif berarti di bawah sekali. Jadi kadang-kadang mereka misalnya beranggapan mereka punya kemampuan khusus, bisa begini dan begitu atau nanti bisa depresi berat dan waktu dia terkena gangguannya memang bisa berhalusinasi sama seperti skizofrenia namun bedanya adalah kalau skizofrenia cenderung lebih permanen dan manic-depressive tidak permanen dalam pengertian kalau diberikan obat yang pas maka gejala itu akan hilang lebih cepat lagi. Kadang-kadang keduanya susah dibedakan karena keduanya tidak terlalu jelas, namun yang kita perlu ketahui adalah orang-orang yang menderita manic-depressive pada masa kecilnya sudah mulai menampakkan ciri-cirinya, salah satunya adalah yang sekarang disadari yaitu anak-anak yang nantinya mengembangkan manic-depressive adalah anak-anak kalau marah akan menampakkan kemarahannya dengan mengerikan sekali. Ada anak-anak kecil dia bisa marah dan marahnya mengerikan sekali sehingga tidak bisa ditangani oleh orang tuanya, anak-anak ini waktu ditelusuri setelah besarnya ternyata ada di antara mereka yang mengidap gangguan manic-depressive ini. Jadi waktu sedang kambuh maka mirip dengan skizofrenia, bicaranya melantur dan berhalusinasi namun karena gangguan ini sebetulnya adalah karena berkurangnya lithium di dalam otaknya. Lithium sebenarnya sejenis garam, jadi kalau lithium itu berkurang maka muncullah manic-depressive makanya kalau disuntikkan obat yang mengandung lithium dan diseimbangkan maka dia juga akan relatif bisa hidup normal.
GS : Ada orang yang menyangka hal itu karena pengaruh film di TV atau sebagainya yang memunculkan kekerasan dan menimbulkan banyak fantasi pada anak-anak.
PG : Ternyata bukan karena kalau anak-anak ini memunculkan kemarahan yang begitu mengerikan memang benar-benar besar sekali. Anak-anak memang bisa marah, dia berguling-guling dilantai. Tapi orang-orang atau anak-anak yang memunculkan gejala manic-depressive tidak seperti itu, jadi kemarahannya bisa sangat luar biasa.
GS : Sebenarnya pasien skizofrenia ini bisa sembuh atau tidak, Pak Paul ?
PG : Memang tidak mudah sembuh, misalnya salah satu penyebabnya adalah di dalam pemikirannya yang penuh dengan khayalan itu dia justru melihat si dokter atau si konselor sebagai musuh, harusnya dia melihat penyakitnya sebagai musuh, tapi dia melihat si dokter sebagai musuh. Jadi obat yang harus dimakan dia buang atau dia sembunyikan di bawah lidahnya karena dia anggap ini sebagai musuh yang akan mencelakakan dirinya. Atau kenapa susah karena untuk cocok dengan obat juga tidak mudah, jadi kadang-kadang orang harus menukar-nukar obat beberapa kali sampai nanti ketemu yang pas. Saya sudah sebutkan adakalanya susah membedakan gangguan manic-depressive atau bipolar disorder itu sehingga akhirnya tidak diberikan obat yang tepat karena dianggap ini manic-depressive, diberikan obat untuk manic-depressive jadi diberikan obat untuk depresinya padahalnya gangguannya adalah skizofrenia. Kita sudah bahas penyebabnya adalah kadar berlebihan dari dopamine, yang memang ada dalam otak kita yang disebut neurotransmitter di otak, jadi kita berusaha untuk menghentikan dopamine ini melalu berbagai obat yang digunakan misalnya seperti Thorazine (chlorpomazine) dan Haldol, Risperdal (risperidone), Prolixin, Lithium, Olanzapine, obat-obat itu ternyata memang efektif untuk mengurangi gejala ini, namun untuk menemukan yang cocok untuk seseorang ternyata tidak semudah itu.
GS : Kalau seseorang dikirim ke Rumah Sakit Jiwa apakah pasti dia terkena skizofrenia ?
PG : Tidak, ada banyak penyakit yang menyebabkan orang dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa, misalnya dia terkena depresi yang berat dan orang dalam keadaan depresi yang berat juga berkhayal, pikiran bukan saja negatif tidak ada semangat hidup, tapi bisa juga memunyai halusinasi yaitu berkhayal dan bicara sendiri, merasa ada yang memata-matai dia. Jadi kadang ada gejala yang mirip dengan gejala skizofrenia dan kalau kita ketahui dimulai dari depresi yang berat dan ini adalah manifestasi dari depresi saja.
GS : Katakan seseorang penderita skizofrenia sudah diobati, tapi kenapa bisa kambuh lagi ?
PG : Yang pertama karena daya tahan menghadapi stres lemah, jadi meskipun mereka distabilkan, waktu mereka menghadapi stres agak berat mereka ambruk lagi. Yang kedua juga adalah mereka harus rajin, terus menerus kontrol ke dokter karena sedikit saja dosisnya kebanyakan waktu mereka sudah mulai sembuh, itu bisa memunculkan masalah. Jadi kebanyakan bisa masalah dan kalau kekurangan juga masalah. Kadang-kadang tidak bisa tepat, karena tidak bisa tepat, akhirnya gangguan ini timbul kembali. Tapi yang paling umum adalah kalau mereka sudah sembuh, sudah merasa enak menolak untuk makan obat, begitu menolak makan obat maka kembali lagi semuanya.
GS : Atau dia takut efek samping dari obat yang diminum.
PG : Ini memang keluhan yang sah, memang sebagian dari mereka mengalami kekejangan otot, saya masih ingat di Rumah Sakit ada pasien yang berjalan seperti robot, itu adalah efek samping obat yang dimakannya, untuk memutar leher juga tidak bisa kaku semua, atau tidak bisa tidur atau ada yang resah sekali dan ada yang merasa pusing dan yang paling umum adalah haus, sehingga lidah atau mulutnya kering, ada yang mudah mengantuk, ada yang detak jantungnya cepat, ada yang tekanan darahnya turun. Dan sebagaimana obat lainnya kadang-kadang gangguannya terkena ke ginjalnya atau ada juga yang terkena ke jantung. Jadi kita harus menyadari efek sampingnya. Maka kita harus memberikan obatnya dan dia harus minum dan makan yang cukup, itu hal yang harus diperhatikan juga.
GS : Kita memang membutuhkan tenaga ahli untuk bisa menolong orang yang terkena skizofrenia, tapi sebagai langkah awal apa yang harus kita lakukan sebagai keluarga, teman atau tetangga untuk menolong penderita skizofrenia ini, Pak Paul ?
PG : Sebetulnya yang mereka perlukan adalah sesuatu yang sama, orang yang terkena gangguan ini sangat susah dengan perubahan dan dia senang dengan yang dia sudah kenal, kamarnya, ruangannya dan juga tidak bisa terkena stres, kalau ada stres dia bisa kambuh lagi. Jadi hidupnya relatif harus dilindungi dan disediakan, dibereskan. Jadi dia hanya perlu hidup saja. Ini yang harus dilakukan oleh keluarga dan sudah tentu kita harus berjaga-jaga sebagai keluarga karena mereka tidak selalu sadar apa yang mereka lakukan, mereka bisa berbahaya dan kalau kita tahu bahwa tema khayalannya adalah kemarahan maka kita harus lebih berhati-hati sebagai contoh yang klasik adalah percobaan pembunuhan Presiden Ronald Reagan di Amerika Serikat, yang mencoba membunuhnya adalah John Hinckley, dia adalah orang yang didiagnosis dengan gangguan skizofrenia ini. Jadi dalam khayalannya dia merasa diminta membuktikan cintanya kepada Jodie Foster dengan cara membunuh Ronald Reagan dan dalam kenyataannya bintang film Jodie Foster tidak kenal dia dan tidak meminta dia membunuh Ronald Reagan, tapi dalam alam khayalan dia, dia merasa diperintahkan. Kalau ada anggota keluarga yang terkena gangguan ini memang kita harus melihat apakah ada sejarah kekerasan, kebencian, kemarahan kalau memang tidak ada kemungkinan dia begitu lebih kecil tapi kalau ada sejarah itu maka harus lebih berhati-hati. Kalau jenis gangguannya itu yang paranoia artinya beranggapan dia sedang dikejar-kejar dalam bahaya. Bisa juga dalam kondisi dia terdesak dia bisa melakukan hal-hal yang membahayakan orang lain juga.
GS : Hal lain ?
PG : Kita harus membawanya dengan segera ke dokter jiwa atau ke psikiater yang bisa memberinya obat, tanpa bantuan obat si penderita cenderung terus berhalusinasi dan kadang memerlihatkan perilaku yang mengancam. Setelah dia relatif stabil sembuh, bisa diajak bicara baru kita mengajaknya untuk bertemu dengan seorang psikolog atau konselor untuk membantunya mengatasi stres yang dialami dalam hidup. Pada umumnya dia tidak memiliki kemampuan menanggung stres maka rentan kambuh waktu merasa tertekan.
GS : Apakah pasien seperti ini harus minum obat seterusnya ?
PG : Benar, seterusnya dan tidak bisa lepas. Ini duduk masalahnya sebab kebanyakan mereka sudah stabil tidak mau minum obat lagi.
GS : Sama seperti pasien hipertensi juga seperti itu, merasa badannya segar kemudian berhenti padahal itu berbahaya.
PG : Yang paling susah adalah jenis skizofrenia paranoia yang merasa dia sedang dikejar-kejar mau dibunuh atau dicelakakan, dia melihat dokternya sebagai musuh dan obat itu sebagai racun, dia tidak mau makan. Masalahnya kalau orang itu sudah dewasa, memaksa dia makan susah sekali sehingga kalau sudah seperti itu lebih baik dibawa ke Rumah Sakit Jiwa sehingga nanti dipaksa untuk memakan obat atau disuntikkan, sebab kalau tidak seperti itu nanti dia tidak mau makan sebab menganggap kalau ini racun dan dia tidak mau makan.
GS : Bagaimana kalau keluarga tidak bisa lagi mengontrol atau menguasai tingkah laku dari pasien ini ?
PG : Ini memang tidak mudah tapi pada akhirnya harus diserahkan ke Rumah Sakit Jiwa daripada membahayakan orang lain atau memang kita sudah tidak sanggup lagi merawatnya, karena merawat orang seperti ini sangat meletihkan. Ada orang yang saya kenal dan anaknya terkena gangguan ini boleh dikata mereka itu mengurangi kehidupan sosial mereka 80 atau 90% hampir tidak berbuat apa-apa karena menjaga anaknya terus menerus.
GS : Itu bisa berdampak negatif kepada anggota keluarga yang lain yang sehat.
PG : Betul. Misalnya hidup dalam ketakutan, takut dia bisa berbuat yang tidak-tidak dan salah satu dampak psikologisnya adalah rasa malu. Jadi misalkan sebagai contoh dalam buku yang saya baca, sebetulnya salah satu kakak perempuan atau adik perempuannya Presiden John F. Kennedy juga menderita gangguan ini, tapi ayah mereka yang bernama Joseph Kennedy selalu berkata bahwa putrinya cacat mental atau keterbelakangan mental, padahal diduga dia terkena gangguan skizofrenia. Karena keluarga Kennedy, keluarga yang terhormat di Amerika Serikat, Joseph Kennedy tidak pernah mau mengakui karena semua anaknya pintar-pintar, John F. Kennedy menjadi presiden, Robert Kennedy menjadi Jaksa Agung, Edward Kennedy menjadi senator. Jadi keluarga yang sangat cerdas tiba-tiba ada satu anak perempuan terkena gangguan ini, biasanya keluarga malu mengakui hal ini, disembunyikan saja dan kalau si kakak atau si adik teman-teman ingin datang dan sebagainya tidak berani karena takut nanti orang mengetahuinya.
GS : Atau disediakan perawat khusus karena orang ini membutuhkan pendampingan khusus.
PG : Sebetulnya tidak juga, tapi ruang geraknya harus dibatasi sebab kalau tidak nanti dia pas sedang berkhayal maka dia bisa keluar dan dia bisa berbuat keonaran dan orang yang tidak mengerti pikirannya, dia mau berbuat yang jahat dan akhirnya misalnya bisa dipukuli dan sebagainya, padahalnya orang ini tidak menyadari apa yang dilakukan karena kehilangan kewarasannya.
GS : Kita yang relatif sehat harus lebih mengerti orang yang seperti ini, tapi saya yakin bahwa Tuhan jauh lebih mengerti terhadap orang-orang yang menderita skizofrenia ini. Pak Paul, sebelum kita mengakhiri perbincangan ini mungkin Pak Paul ingin membacakan firman Tuhan ?
PG : Mazmur 68:6,7 berkata, "Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara" , seperti anak yatim dan seorang janda, penderita skizofrenia hidup sendirian, sebatang kara, namun firman Tuhan mengingatkan bahwa Tuhan tidak melupakannya. Allah adalah pelindung baginya dan Ia memberikan tempat baginya, memang di dunia seolah-olah tidak ada tempat tapi kita percaya Tuhan tidak membuat kesalahan dan Dia punya tempat. Kita memang tidak mengerti dan ini adalah misteri kenapa anak kita bisa seperti ini, tapi jangan sampai kita menyalahkan diri tapi terimalah ini sebagai bagian dari kehidupan, kita hidup dalam dunia yang tidak sempurna yang telah ternoda oleh dosa dan akhirnya ada hal-hal yang tidak semestinya akhirnya terjadi.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja menyelesaikan perbincangan tentang "Ketika Anak Terkena Skizofrenia" bagian yang kedua dan terakhir. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.