Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Ketika Tuhan Terlambat". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, judul ini tentu saja kalau dilihat dari pandangan kita atau sudut pandang kita sebagai manusia kadang-kadang tindakan Tuhan terlambat bagi kita tapi pada hakekatnya Tuhan tidak pernah terlambat dalam melakukan rencana-Nya, melakukan kehendak-Nya. Kalau Pak Paul mengangkat judul ini, sebenarnya apa yang ingin disampaikan ?
PG : Kita memang harus mengakui bahwa tidak mudah untuk mengerti tindakan Tuhan terutama tatkala kita tengah membutuhkan pertolongan, kadang kita merumuskan Tuhan dan berharap Dia akan bertindak sesuai rumus tersebut namun pada akhirnya kita menyadari bahwa Dia melampaui rumus yang telah kita buat. Kita mau mengangkat sebuah topik tentang keterlambatan Tuhan dari sisi manusia yang sebetulnya kita tahu pada akhirnya Dia bertindak sesuai dengan waktu-Nya yang sempurna, namun tidak bisa tidak kalau kita yang berada dalam situasi tertentu itu kita akan beranggapan Tuhan terlambat, secara spesifik kita akan menyoroti apa yang terjadi pada dua orang yaitu Marta dan Maria yang juga harus menghadapi kebingungan memahami tindakan Yesus yang datang terlambat untuk menyembuhkan Lazarus sehingga Lazarus meninggal dunia sebagaimana dicatat pada injil Yohanes 11.
GS : Rumusan yang ada dalam diri kita tentunya berdasarkan pengalaman yang kita alami dari hari ke hari sejak kecilnya, ini tentu sulit bagi kita keluar dari kotak pemikiran ini untuk berpikir bahwa, "Tidak, Tuhan tidak terlambat" tapi menurut pikiran kita sendiri terlambat. Ini bagaimana menjembataninya, Pak Paul ?
PG : Sudah tentu yang akan kita lihat bahwa untuk bisa menjembatani diperlukan mata iman sebab mata jasmaniah tidak bisa tidak akan menilainya Tuhan terlambat sebab dalam contoh Maria dan Marta pada akhirnya Lazarus meninggal dunia, masalahnya adalah mereka tidak bisa mengerti rencana Tuhan yang utuh, mereka tidak bisa melihat apa yang akan terjadi empat hari setelah kakaknya meninggal dunia. Jadi dengan kata lain, untuk kita bisa tetap percaya dan berjalan bersama Tuhan, meskipun Tuhan tidak sesuai rumus yang kita buat dan memang diperlukan iman.
GS : Tanpa membaca perikop ini secara keseluruhan di Yohanes ini, mari kita bicara satu persatu apa saja yang dialami oleh Marta dan Maria, yang pertama apa, Pak Paul ?
PG : Yang pertama adalah Marta dan Maria berinisiatif memanggil Tuhan kita Yesus waktu Lazarus, kakaknya sakit. Ini memerlihatkan bahwa mereka memunyai iman bahwa Kristus sanggup menyembuhkan orang yang sakit. Ini bukannya sesuatu yang biasa, ini sesuatu yang sebetulnya luar biasa sebab Yesus yang mereka kenal adalah Yesus yang bertubuh manusia dan mereka melihat orang yang bernama Yesus secara nyata, makan bersama mereka, ngobrol bersama mereka, tapi mereka memunyai sebuah iman/keyakinan bahwa orang ini bukan orang yang biasa tapi seseorang yang punya kuasa, kuasa untuk menyembuhkan. Itu sebetulnya hal yang luar biasa tapi nanti akan kita lihat Tuhan meminta mereka untuk menambahkan iman supaya mereka bisa melihat Yesus bukan saja sebagai Tuhan yang bisa menyembuhkan, tapi nanti kita akan melihat Dia juga mampu membangkitkan orang yang sudah mati.
GS : Tapi sebelum itu Marta dan Maria sering melihat pelayanan Tuhan Yesus dan bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkan orang, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Jadi modal iman mereka ini didasari atas apa yang mereka saksikan selama ini namun tetap ini adalah sesuatu yang bagi saya bernilai bahwa mereka memunyai iman bahwa Yesus sanggup menyembuhkan. Memang inilah yang terjadi dalam diri kita pula bahwa seringkali iman kita berlandaskan pada apa yang telah kita lihat atau kita dengar. Misalkan kita mendengar seseorang bercerita bahwa dia pernah membutuhkan pekerjaan, dia berdoa kepada Tuhan dan Tuhan memberikan pekerjaan kepadanya. Hal seperti ini seringkali menjadi modal untuk kita beriman bahwa, "Tuhan sanggup menolong orang yang dalam kesusahan seperti itu" dan rupanya ini yang terjadi pada Marta dan Maria, mereka pernah melihat Tuhan menyembuhkan orang dan ini yang membuat mereka beriman bahwa Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan kakaknya.
GS : Selain itu kita melihat kedekatan Marta dan Maria ini dengan Tuhan Yesus.
PG : Betul. Maka kita bisa melihat di Alkitab apa yang mereka katakan sewaktu mereka memanggil Tuhan Yesus datang. "Tuhan, dia yang Engkau kasihi sakit". Jadi sengaja mereka mengingatkan Tuhan bahwa yang sakit adalah orang yang dikasihi oleh Tuhan Yesus yaitu Lazarus dan bukan hanya itu Alkitab pun mencatat Yesus mengasihi Marta dan kakaknya Lazarus. Jadi jelas mereka punya hubungan yang akrab. Tapi disini kita juga dapat memetik suatu pelajaran yaitu ternyata dikasihi Tuhan tidak membebaskan kita dari sakit penyakit atau musibah lainnya, sama seperti orang lain kita pun tunduk kepada hukum dan gejala alam yang membuat kita rentan terhadap sakit penyakit atau persoalan hidup lainnya.
GS : Kalau sakit penyakit yang biasa misalnya flu atau sakit perut, biasanya orang bisa menerima itu, tapi untuk penyakit yang parah, yang bisa membawa kematian kadang kita sulit menerima, "Kenapa kita yang begitu dekat dan kenal dengan Tuhan harus menderita penyakit seperti ini".
PG : Saya kira ini reaksi yang wajar sebab kalau kita dekat dengan seseorang sedikit banyak berharap bahwa orang itu akan mengecualikan kita, memerlakukan kita dengan ekstra baik. Jadi ada pengharapan seperti itu, terhadap Tuhan pun saya kira wajar kalau kita memunyai pengharapan yang sama bahwa, "Tuhan selama ini saya dekat dengan-Mu, berbuat ini dan itu untuk Engkau, Engkau juga mengasihi saya dan saya juga merasakan kasih-Mu yang besar bagi saya, tapi kenapa di tengah hubungan kasih ini Engkau membiarkan persoalan hidup yang begitu besar datang menimpaku ? Ini yang seringkali membuat kita bingung.
GS : Hal lain yang bisa kita lihat dari Marta dan Maria apa, Pak Paul ?
PG : Yang berikut, Maria adalah orang yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dengan kata lain, Maria adalah orang yang pernah memberi persembahan yang sangat bernilai kepada Tuhan Yesus, dari sini kita bisa menarik satu pelajaran yaitu kenyataan kita pernah memberikan persembahan kepada Tuhan tidak membebaskan kita dari masalah kehidupan, sekali lagi ini sesuatu yang wajar dan bukankah kita yang memberi begitu banyak kepada Tuhan, tidak menyimpan dan pokoknya semua untuk Tuhan, sedikit banyak memiliki pengharapan bahwa Tuhan akan membalas perbuatan atau persembahan kita itu, jangan sampai ada hal-hal yang buruk menimpa tapi sebaliknya biarlah Engkau tambahkan berkat, tapi kalaupun tidak menambahkan berkat mungkin kita berharap, "Setidak-tidaknya Engkau melindungi aku sehingga tidak ada hal yang buruk menimpa" tapi yang kita lihat Maria harus mengalami musibah yang sangat besar walaupun dia adalah orang yang memberikan persembahan yang bernilai kepada Tuhan.
GS : Tadi Pak Paul katakan, itu adalah hal yang wajar ketika kita memberikan persembahan terselip maksud seperti itu dan saya percaya Tuhan pun mengerti tentang harapan kita.
PG : Saya kira iya, kalaupun kita merasa kecewa dan sebagainya pada akhirnya Tuhan mengerti kita manusia memunyai pengharapan seperti itu. Jadi kita lihat dalam kisah ini Tuhan pun tidak marah kepada Maria dan Marta.
GS : Hal lain yang bisa kita lihat apa, Pak Paul ?
PG : Kita bisa melihat bahwa Tuhan Yesus tidak langsung pergi mengunjungi Lazarus, dengan kata lain Dia menolak untuk memenuhi permohonan Maria dan Marta, jadi dia meminta Yesus datang tapi Tuhan Yesus menolak. Saya bisa bayangkan penolakan ini pastilah mengecewakan mereka dan penolakan ini menjadi begitu dalam pengaruhnya oleh karena kedekatan hubungan antara mereka dan Tuhan kita Yesus, mereka tahu mereka dikasihi dan mereka tidak segan-segan mengorbankan persembahan yang besar bagi Tuhan namun sekarang Tuhan menolak permohonan mereka. Sebagai orang Kristen kadang-kadang ini kita lalui juga, kita meminta sesuatu dan bagi kita ini bukanlah permintaan yang muluk-muluk dan tidak minta yang seperti apa, tapi Tuhan menolak dan Tuhan tidak memberikan yang kita minta, tidak bisa tidak saya kira kita akan kecewa dan kita mungkin sekali terluka hati kita, "Kenapa Tuhan tidak mau menolong dan bahkan menolak ?"
GS : Biasanya pada saat-saat seperti itu ada saja orang yang menawarkan supaya kita meminta kepada orang lain selain Tuhan Yesus, Pak Paul.
PG : Kadang itu yang terjadi. Kalau kita tidak kuat kita bisa tergoda, "Kenapa tidak cari yang lain dan meminta pertolongan yang lain, siapa tahu kalau dari yang lain kita mendapat pertolongan" dan akhirnya kita menjadi tidak setia.
GS : Alasan yang sering dikemukakan adalah, "Tuhan bisa memakai segala macam cara untuk memenuhi permohonan kita itu".
PG : Memang Tuhan bisa memakai segala macam cara tapi harus kita ingat Dia hanya memakai cara-Nya dan bukan memakai cara-cara yang disusupi roh jahat. Jadi hanya dari Dia saja kita bisa menerima kesembuhan atau pertolongan itu.
GS : Memang kita tidak tahu dengan tepat bagaimana reaksi Marta dan Maria ketika Tuhan Yesus tidak langsung datang, tapi seperti yang Pak Paul katakan ini pasti mengecewakan, kalau kita mengundang seseorang yang begitu dekat tapi orangnya tidak mau datang. Tapi hal lain yang perlu kita lihat apa, Pak Paul ?
PG : Yang berikut adalah oleh karena Tuhan tidak datang maka Lazarus meninggal dunia, masalah dengan kematian Lazarus adalah Tuhan Yesus sendiri berkata, "Penyakit itu tidak akan membawa kematian tapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan". Ini yang dikatakan Tuhan sewaktu Dia dipanggil untuk datang menyembuhkan Lazarus. Singkat kata dengan kematian Lazarus, perkataan Tuhan tidak tergenapi, setidaknya dengan pemahaman manusia yang terbatas itu, sebab Tuhan berkata, "Tidak akan mati tapi justru mati" sekali lagi kita sebagai manusia kalau kita adalah Marta dan Maria, maka kita akan kecewa. Maka dua-dua, Marta dan Maria waktu mereka akhirnya bertemu lagi dengan Tuhan Yesus setelah kakaknya meninggal dunia, dua-dua mengatakan hal yang sama, "Kalau saja Engkau sudah datang", kata kalau saja itu menunjukkan kekecewaan mereka. "Kenapa tidak datang sewaktu dipanggil untuk menyembuhkan kakakku yang sakit" makanya dua-dua mengatakan hal yang sama, "Kalau saja Engkau datang". Tapi saya bisa mengerti kenapa begitu, apalagi yang terakhir ini perkataan Tuhan yaitu penyakit ini tidak akan membawa kematian, tapi Lazarus malah mati.
GS : Kalau memang penyakit Lazarus itu begitu parah dan mereka tahu kalau saudaranya akan meninggal kalau Tuhan Yesus tidak datang, apakah itu tidak tidak memersiapkan mereka berdua, Pak Paul ?
PG : Saya duga mereka sebetulnya sedang menyiapkan hati untuk melihat mujizat mereka justru berharap Tuhan datang, dan mereka tidak menduga kalau Tuhan tidak datang karena mereka akrab dan Alkitab mencatat Tuhan Yesus mengasihi mereka bertiga. Jadi saya kira mereka tidak menduga sama sekali bahwa Yesus itu tidak memenuhi permintaan mereka, saya kira mereka kaget apalagi perkataan-Nya itu, "Tidak akan membawa kematian" bisa jadi ini menambah pengharapan bahwa pasti sembuh, tapi ditunggu-tunggu tidak datang-datang dan mungkin mereka hanya menduga Tuhan sudah berkata seperti itu berarti Tuhan segera datang dan mereka tunggu. Memang tidak ditulis kalau mereka sendiri yang datang kepada Tuhan Yesus, mungkin sekali mereka meminta seseorang untuk datang kepada Tuhan Yesus karena mereka harus merawat Lazarus. Jadi waktu diberitahukan Tuhan berkata, "Penyakit ini tidak akan membawa kematian" mereka pasti menunggu kalau Tuhan akan datang dan menyembuhkan, tapi nyatanya tidak datang dan malah mati. Saya kira ini goncangan iman yang berat bagi mereka.
GS : Saya kira mereka juga memahami bahwa Tuhan Yesus pernah hanya berkata dari jarak jauh dan orang yang sakit itu sembuh.
PG : Betul sekali. Dengan kata lain, mereka mungkin diingatkan dengan peristiwa tersebut, "Tuhan bisa menyembuhkan walaupun Dia tidak harus hadir" tapi setidak-tidaknya karena mereka dekat maka mereka mengharapkan Tuhan datang. Itu sebabnya waktu mereka bertemu dengan Tuhan lagi yang keluar dari mulut mereka adalah kalau saja Tuhan datang. Jadi mereka luar bisa kecewa.
GS : Jadi menghadapi kematian Lazarus ini disini muncul dalam pikiran mereka bahwa Tuhan ini terlambat, begitu Pak Paul ?
PG : Betul sekali dan memang dari sisi manusia Dia datang terlambat 4 hari sebab Lazarus sudah meninggal dunia. Jadi memang dari sisi Maria dan Marta, Tuhan datang terlambat. Tidak bisa tidak, tindakan Tuhan sungguh membingungkan dan mengecewakan mereka, Marta dan Maria, yang punya hubungan dekat dengan Tuhan, tapi secara tiba-tiba Dia memanggil kakaknya Lazarus dan bukan hanya itu Tuhan pun menolak permohonan mereka dan sampai titik kematian Lazarus Tuhan tidak memenuhi janji-Nya bahwa Lazarus tidak akan mati. Sungguh-sungguh membingungkan dan mengecewakan. Jadi Maria memang tidak mau datang untuk menemui Tuhan Yesus sewaktu Tuhan datang dan hanya Marta yang keluar dan Maria baru datang menemui Yesus setelah Marta mengajaknya dan berkata kepada Dia, "Guru ada di sana dan Dia memanggil Engkau" barulah dia datang. Jadi kita bisa lihat kecewa dalam sekali dan siapa yang kecewa paling dalam ? Maria. Mengapa, karena dia yang memberi paling besar. Kita bisa mengerti orang yang mengasihi Tuhan dan memberi besar kepada Tuhan, berkorban kepada Tuhan dan mengharapkan yang terbaik terjadi lewat mujizat Tuhan, ternyata tidak mendapatkan semuanya, dia kecewa.
GS : Mungkin ada pikiran, "Lebih baik Tuhan tidak perlu datang, karena Lazarus sudah meninggal".
PG : Saya kira seperti itu, karena mungkin mereka berpikir, "Untuk apa datang, sudah terlambat". Dengan kata lain, di titik itu mereka tidak memunyai kebutuhan akan Tuhan sebab Tuhan sudah tidak berbuat apa-apa. Ini yang kadang juga kita alami, kalau kita tidak kuat, kita sudah minta Tuhan dan Tuhan tidak kabulkan akhirnya tawar hati. Makanya ada sebagian orang yang berkata, "Buat apa tidak ada gunanya lagi, kita minta Tuhan juga tidak kabulkan maka untuk apa percaya sama Tuhan" jadi mungkin sekali saat itu mereka berpikir demikian, setidak-tidaknya yang kita lihat Maria memang tidak mau langsung menemui Tuhan Yesus.
GS : Tapi masih ada inisiatif yang baik dari Marta untuk memberitahukan kepada Maria dan mengajak Maria untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus.
PG : Betul sekali. Marta sebenarnya juga tidak siap melepaskan hubungan itu dan dia berinisiatif dan memanggil Maria, meskipun yang memanggil adalah Tuhan Yesus sendiri, tapi dia yang pergi.
GS : Kemudian mereka mempertemukan Tuhan Yesus dengan jenazah Lazarus ini.
PG : Betul sekali. Waktu mereka datang menghampiri kuburan itu dan kita tahu akhirnya Tuhan membangkitkan Lazarus yang telah mati yang telah dikubur selama 4 hari. Yang dikatakannya adalah, "Akulah kebangkitan dan hidup, barangsiapa percaya kepada-Ku dia akan hidup walaupun dia sudah mati". Singkat kata, Tuhan melakukan mujizat yang lebih besar daripada menyembuhkan, Ia menghidupkan orang mati. Ini membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan sebab hanya Tuhan yang memunyai kuasa untuk memberi hidup.
GS : Kita memang tidak tahu, kira-kira kalau kita membayangkan tentang hal itu apa reaksi Marta dan Maria kalau melihat sekalipun Tuhan Yesus datang terlambat, saudaranya ini dibangkitkan dari kematian.
PG : Saya kira reaksi pertama adalah tidak percaya, waktu melihat Lazarus keluar dari kuburan, "Apakah benar ?" dan kalau saya jadi mereka, mungkin saya akan bertanya-tanya, "Besok atau lusa apakah akan mati lagi atau tidak, karena dia baru sakit berat". Jadi sebagai manusia kita akan disusupi oleh keraguan, "Ini hidup lagi untuk berapa lama ?" Tapi kalau pun mereka ada pikiran seperti itu mereka bisa lewati karena Lazarus tidak mati besoknya. Saya kira reaksi pertama adalah tidak percaya dan reaksi berikutnya adalah sukacita yang luar biasa melihat bahwa Tuhan berkarya di luar pemikiran mereka.
GS : Untungnya bentuk kuburan itu memungkinkan Lazarus dipanggil keluar, bukan dimakamkan seperti yang kita lihat di sini.
PG : Betul. Jadi dalam goa dan hanya ditutup saja dengan batu.
GS : Dari kisah ini yang sungguh-sungguh nyata terjadi dicatat di dalam Kitab Suci, kesimpulan apa yang bisa kita ambil, Pak Paul ?
PG : Ada dua yang bisa kita rangkumkan, yang pertama adalah Tuhan sengaja datang terlambat supaya Ia dapat menunjukkan bukan saja kepada Marta dan Maria, tapi kepada kita semua, bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia, lewat kebangkitan Lazarus, Yesus anak Allah dimuliakan. Kadang Tuhan mengizinkan hal buruk terjadi karena Ia ingin memerlihatkan kemuliaan-Nya kepada kita, kebangkitan Lazarus memberikan kepada kita kepastian bahwa kita pun akan dibangkitkan, kematian yang kita alami hanyalah sementara sebab untuk selamanya kita akan hidup bersama Tuhan dalam kekekalan. Inilah yang ingin Tuhan sampaikan bukan saja kepada Maria dan Marta, tapi kepada kita semua dan bayangkan efeknya atau dampaknya pada Lazarus yang sudah mati dan dibangkitkan, ini benar-benar sebuah kesaksian yang luar biasa dan semua orang tahu dia sudah mati dan dialah orang yang bisa berkata, "Saya pernah mati, saya pernah mengalami ini dan 4 hari saya dikubur dan dibangkitkan". Siapa yang membangkitkan ? Yang membangkitkan adalah Yesus. Ini adalah peristiwa yang luar biasa dan sekaligus membuktikan bahwa Yesus bukan hanya manusia, tapi Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, itu sebabnya Dia punya kuasa memberikan kehidupan kepada manusia.
GS : Di Alkitab kita jarang mendengar kiprah dari Lazarus setelah peristiwa ini, Pak Paul.
PG : Sebetulnya kita tidak lagi mendengar kiprahnya karena tidak disebutkan lagi dan alasannya jelas karena yang terpenting dari cerita ini bukanlah Lazarus dan Maria serta Marta tapi Yesus adalah pokok cerita ini bahwa Ia adalah Anak Allah yang telah dikatakannya lewat peristiwa ini, "Anak Allah akan dimuliakan".
GS : Hal kedua yang ingin Pak Paul sampaikan apa ?
PG : Tuhan senantiasa menguji iman dan kasih kita kepada-Nya dan Tuhan tidak pernah berhenti menguji kasih dan iman kita kepada-Nya. Lewat semua ini Tuhan seakan-akan bertanya kepada Marta dan Maria, "Masihkah engkau mengasihi-Ku dan masihkah engkau memercayai-Ku ?" Setelah 4 hari Lazarus meninggal, Maria dan Marta akhirnya menemui Tuhan Yesus. Berarti mereka masih mau memertahankan relasi ini, ada waktu-waktu Tuhan mengizinkan peristiwa yang buruk terjadi seolah-olah Tuhan mau menggunakan semuanya untuk bertanya kepada kita meskipun semua terjadi, "Masihkah engkau akan menemui-Ku, masihkah engkau mengasihi-Ku dan masihkah engkau memercayai-Ku meskipun engkau mengalami semua pukulan ini, dan meskipun engkau tidak mengerti apa yang sedang Aku lakukan, masihkah engkau memercayai-Ku ?" Dan saya yakin Tuhan juga mengajukan pertanyaan yang sama kepada kita.
GS : Kalau penderitaan kematian seperti itu sudah lewat, tentu orang akan merespon dengan, "Saya tetap memercayai Tuhan karena kenyataannya Tuhan menolong" tapi masalahnya ketika problema hidup itu sedang melanda kita, maka itu akan sulit sekali dijawab, Pak Paul.
PG : Sangat sulit karena waktu persoalan datang yang nampak di mata kita adalah persoalan yang muncul dalam benak kita terus menerus 24 jam sehari adalah persoalan. Maka disitulah kita ditantang Tuhan kembali memercayai-Nya dan tidak hidup berdasarkan apa yang dilihat, tapi hidup berdasarkan apa yang diimani.
GS : Dan lewat peristiwa itu Tuhan menghendaki kita bukan hanya sekadar mengasihi seperti sebelum peristiwa itu terjadi, tapi yang lebih dari itu karena ini merupakan peningkatan.
PG : Saya kira demikian, jadi kalau kita bisa melewati ujian demi ujian, kasih kita kepada Tuhan makin bertambah dan iman kita kepada-Nya juga akan makin bertambah.
GS : Jadi istilah keterlambatan Tuhan sebenarnya bukan sesuatu yang nyata terjadi, Pak Paul ?
PG : Betul. Sebab Ia sudah punya waktu dan waktu-Nya selalu tepat dan sempurna dan itu menunjukkan kehendak-Nya yang juga sempurna, rencana-Nya yang juga sempurna dan dalam kerangka itulah Ia bertindak sesuai dengan waktu-Nya itu.
GS : Melalui peristiwa yang menghebohkan ini dan juga memberikan teladan bagi kita, memang kita bisa menikmati apa yang Tuhan katakan bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup dan sampai sekarang pun ayat itu masih sering dibacakan dan dibicarakan pada upacara kematian.
PG : Betul. Jadi lewat peristiwa itu keluarlah pernyataan dari Tuhan Yesus yaitu "Akulah kebangkitan dan hidup, barang siapa percaya kepada-Ku dia akan hidup walaupun ia sudah mati". Berkat akibat peristiwa itu tidak berkesudahan bahkan sampai hari ini.
GS : Kita akan melanjutkan perbincangan ini untuk melihat dari sisi-sisi lain pelajaran apa yang bisa kita peroleh melalui peristiwa Lazarus ini, dan untuk kali ini harus kita sudahi.
Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Ketika Tuhan Terlambat" bagian yang pertama. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.