GS | : | Memang siaran ini atau perbincangan ini tidak ditujukan langsung kepada mereka yang sudah lanjut usia karena mungkin mereka juga tidak tertarik untuk mendengarkannya, tapi kepada orang-orang yang sebaya dengan kita yang usianya masih pertengahan, yang bersiap-siap untuk suatu saat menjadi orang yang lanjut usia. Ini sesuatu yang bisa menggelisahkan kita, kita tentunya ingin mengakhiri kehidupan ini dengan lebih baik, tapi kecurigaan itu bisa timbul tanpa kita sadari, sebenarnya bagaimana hal itu terjadi, Pak Paul ? |
PG | : | Jadi sudah tentu apa yang kita akan bicarakan adalah untuk orang yang seperti kita, memersiapkan diri di usia tua jangan sampai mengembangkan perilaku atau sikap yang tidak sehat, tapi sekaligus saya berharap bahwa melalui diskusi ini kita bisa memetik bekal untuk bagaimana berhubungan atau berhadapan dengan orang tua kita, mudah-mudahan kita bisa belajar dari semua ini bahwa mungkin saja kita juga seperti mereka nanti. Tapi sementara belum maka kita harus menghadapi mereka, kita harus belajar bagaimana menghadapi mereka. Pertanyaannya adalah kenapa banyak orang tua makin tua makin suka curiga, tidak percaya, sedikit-sedikit menuduh kenapa seperti itu, ada yang tambah protektif, kadang posesif terhadap barang-barang miliknya, takut kehilangan barang dan cepat menuduh bahwa orang mau mengambil barangnya dan sebagainya. Jadi bagaimana cara kita menghadapi hal-hal ini, yang pertama adalah kita harus menyadari bahwa tidak semua orang berusia lanjut akan mengembangkan kecurigaan yang besar, jadi jangan sampai kita berkata, "Nanti saya akan begitu" belum tentu ! Ada sebagian orang yang bertumbuh tua tanpa mengembangkan kecurigaan. Singkat kata, hampir dapat dipastikan bahwa ada penyebab atau setidaknya benang merah yang menghubungkan sikap curiga sekarang dengan diri mereka di masa lampau. Coba saya jelaskan, misalnya seorang ibu yang hidup terkekang di masa lalu oleh suaminya, mau beli apa atau mau memiliki apa harus dapat ijin dulu dari suaminya dan seringkali tidak boleh, pada masa tua setelah suaminya meninggal si ibu ini akhirnya menjadi orang yang begitu protektif dengan milik kepunyaannya, dia memegang dan menyimpan barang, ada barang yang disimpan dalam sarung bantal, ditaruh di bawah ranjang. Kenapa dia menjadi begitu ? Bahkan kadang dia menuduh orang mengambil barang kepunyaannya, atau ada yang selalu berprasangka buruk terhadap niat orang. Besar kemungkinan di masa mudanya dia pun seperti itu namun oleh karena di masa muda dia masih mandiri dan dapat mengendalikan hidup dengan lebih leluasa, dia tidak begitu menampakkan prasangka buruk itu, setelah tua dan merasa makin tidak berdaya, makin keluarlah prasangka buruk. Jadi misalnya seperti tadi itu semua dikontrol oleh suaminya, "Beli ini tidak boleh, punya ini tidak boleh". Jadi apa yang dia miliki dia sayang, dia pegang jangan sampai nanti kenapa-kenapa sebab mau dapatkan yang baru susah sekali suaminya tidak memberi. Di masa tua bisa jadi dia mengembangkan sikap protektif terhadap barang-barang yang dimilikinya, walaupun sebenarnya setelah suaminya meninggal dia bebas mau beli apa sebab anaknya tahu kalau dulu mama kasihan, sedikit-sedikit dilarang sama papa dan sekarang suaminya tidak ada, si anak berkata, "Mama mau beli ini silakan dan beli itu silakan" tapi tetap sikap memegang, protektifnya, barangnya tidak boleh hilang dan barangnya disimpan itu tetap berlanjut. Itu yang tadi saya katakana, seringkali memang ada benang merahnya. |
GS | : | Sebagai anak atau menantu tentu tidak merasa nyaman tinggal bersama dengan orang tua yang begitu curiga kepada kita, kita mau menolong orang yang sudah lanjut usia ini caranya bagaimana, Pak Paul ? |
PG | : | Memang kalau orang tua kita seperti itu, dia itu curiga terus maka yang harus kita lakukan adalah kita jangan sampai memarah-marahinya karena dia tidak akan bisa mengerti kalau kita memarahinya seperti itu. Yang harus kita lakukan adalah sering-seringlah mengingatkan kepadanya bahwa inilah barang mama dan taruh di sini dan sebagainya, saya tidak akan mengambil, kalau perlu diberinya kunci dan dia pegang kuncinya sebab nanti dia menuduh orang, nanti pembantu rumah tangga dimarahi disangka dia yang mengambil. Sehingga dia tidak bisa menuduh orang lagi. |
GS | : | Tapi kecurigaan ini bukan hanya terkait dengan barang seperti itu, bahkan kita bicara dengan istri saja dia bisa menaruh curiga yang berlebihan, seolah-olah membicarakan dia padahal kita tidak membicarakan dia. |
PG | : | Kalau sudah berlebihan seperti itu bisa jadi memang karena pengaruh syaraf-syaraf di otaknya yang sudah tidak lagi sehat, atau mungkin dia sudah mulai mengidap gangguan alzheimer, sehingga cara berpikirnya sudah tidak terlalu rasional lagi, mudah sekali dia itu dilusional artinya memunyai pemikiran sendiri yang tidak ada landasan realitasnya, menuduh orang dan sebagainya. Bisa jadi itu adalah bagian dari penyakit alzheimer yang mulai menimpa dirinya. |
GS | : | Bagi orang yang bersangkutan dia merasa itu betul, anaknya atau menantunya ini selalu menelikung dia atau membuat dia tambah sengsara, begitu Pak Paul. |
PG | : | Jadi memang kadang-kadang itulah orang tua, misalnya ada orang tua yang menuduh ada yang mengambil dompetnya, mengambil emasnya, jam tangannya padahalnya ada dan akhirnya ketemu. Kenapa begitu ? Biasanya kalau orang sampai seperti itu, memang di masa mudanya ada sesuatu tapi akhirnya di masa tua keluar semuanya dan bahkan lebih tidak terkontrol. |
GS | : | Bisa juga karena terlalu cepat mengambil kesimpulan. Jadi begitu barangnya hilang maka yang dituduh adalah pembantunya, padahal pembantunya tidak melakukan itu dan akhirnya barangnya ketemu. |
PG | : | Dalam pengertian itu sebetulnya besar kemungkinan sejak dia muda kalau barangnya hilang dia akan menuduh pembantunya, tapi karena dia sudah tua ingatannya makin berkurang jadi lebih sering merasa barangnya hilang dan lebih sering menuduh orang. Tapi yang saya mau tekankan adalah ini tidak menimpa semua orang kecuali kita terkena penyakit. Kalau kita tidak terkena penyakit maka kita tidak harus seperti itu, kalau kita menjadi seperti itu biasanya di masa mudanya memang sudah ada hal-hal yang kita lakukan atau ada corak-corak pikir yang tidak sehat itu. |
GS | : | Hal lain yang menyebabkan orang tua tambah curiga apa, Pak Paul ? |
PG | : | Masa tua adalah masa hilangnya kemandirian dan juga hilangnya kendali atas hidup. Tidak bisa tidak makin tua kita makin harus bergantung pada orang untuk menolong kita, bila pada masa muda kita tidak terbiasa bergantung pada orang maka kondisi ini akan membuat kita tidak nyaman, itu sebabnya mudah sekali timbul kecurigaan atau prasangka buruk bahwa sebenarnya orang tidak suka direpotkan oleh kita, pada akhirnya kita menjadi perasa dan kita peka dengan gerak-gerik orang oleh karena kita ingin memastikan bahwa kita tidak ditolak oleh orang, perlahan-lahan sikap was-was ini berkembang menjadi kecurigaan bahwa orang tidak menyukai kita dan orang ingin agar kita keluar dari rumahnya, tapi akhirnya pemikiran ini tidak terkendali. Jadi sedikit-sedikit misalnya bicara dengan anak kita, "Istrimu itu inginnya saya keluar dari rumah" saat ditanya, "Tahu dari mana ?" dijawab, "Karena bicara begini..." padahalnya tidak bicara apa-apa tapi tetap saja si orang tua beranggapan seperti itu. Jadi banyak sekali memang sinyal-sinyal yang dianggapnya sinyal untuk mengenyahkan dia, sinyal untuk membuat dia keluar dari rumah karena dia mengganggu padahalnya belum tentu seperti itu, jadi kita juga harus sadar kalau kita tinggal dengan orang tua atau mertua kita, hati-hati dengan kata-kata seperti itu kecuali ini rumah dia sendiri. Kalau ini rumah kita dan mereka menumpang di rumah kita biasanya mereka peka sekali, jangan sampai akhirnya kita membuat mereka merasa ditolak. |
GS | : | Hal itu sulit dijelaskan secara rasional, jadi kalaupun kita menjelaskan itu secara baik-baik itu juga tidak diterima, Pak Paul. |
PG | : | Betul sekali. Misalnya hal-hal yang kecil seperti lupa menawarkan makan "Kenapa tidak ditawari makan, jadi kamu tidak mau saya makan di sini dan saya menjadi beban bagi kamu" nah orang tua bisa langsung menyimpulkannya seperti itu. Atau misalnya tidak diajak pergi, "Memang sekarang saya tidak ada suami dan sudah menjadi janda dan tidak ada harganya, maka seenaknya ditinggal" cepat sekali orang tua menyimpulkan secara negatif hal-hal seperti itu, meskipun kita berkata, "Tidak seperti itu dan tidak ada maksud begitu" tetap saja cenderung berpikiran seperti itu. Karena di usia tua kemandirian sudah begitu berkurang harus bergantung, jadi memang rasanya tidak lagi dibutuhkan, jadi peka sekali untuk rasanya nanti dibuang atau tidak lagi dihormati. |
GS | : | Apakah ada faktor yang lain, Pak Paul ? |
PG | : | Yang lain adalah pada dasarnya perasaan yang mendasari kecurigaan adalah ketakutan. Karena mereka takut maka mereka mau menghilangkan rasa takut, caranya adalah memastikan bahwa segalanya berjalan baik dan sesuai harapan. Jadi akhirnya mau mengontrol, mau memaksakan, mau menjaga, jangan sampai segalanya tidak berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Jadi orang tua yang penuh kecurigaan sebetulnya orang yang penuh ketakutan, karena penuh ketakutan mau memastikan semua berjalan dengan baik. Sebagai contoh lagi ada orang tua kalau melihat menantunya bicara dengan lawan jenis, maka bicara dengan anaknya, "Suamimu itu mau main gila sama orang lain, ada hubungan dengan perempuan lain di luar pernikahan". Suaminya sampai pusing berkata, "Sekali lagi tidak seperti itu" tapi tetap saja mertuanya menuduh seperti itu. Kenapa ? Karena dia ingin memastikan semua berjalan dengan baik dan jangan sampai ada sesuatu yang terjadi dengan keluarga anaknya. Jadi ketakutan sesuatu itu akan menimpa atau yang buruk itu akan datang membuat dia sangat curiga. Itu sebabnya bila pada dasarnya sekarang ini kita adalah orang yang penuh dengan ketakutan maka pada masa tua umumnya kita juga bisa dikuasai oleh perasaan takut. |
GS | : | Yang paling umum rasa takut terhadap apa, Pak Paul ? |
PG | : | Kebanyakan memang rasa takut menyangkut kepada keselamatan, keamanan. Jadi misalnya ada orang jahat, biasanya yang pertama sedikit-sedikit kunci pintu. Sehingga kita juga merasa kesal, "Tidak apa-apa buka saja pintunya" si ibu berkata, "Tidak, semua harus dikunci" rasa amannya mereka seringkali tipis. Yang kedua adalah biasanya ketakutan menyangkut kebutuhan jasmaniah, takut tidak ada makanan, takut jatuh miskin dan harus disimpan jangan buang-buang, harus irit. Biasanya dua hal itulah yang menjadi tema ketakutan mereka. |
GS | : | Lalu kita yang lebih muda ini harus bertindak bagaimana untuk mengatasi hal-hal seperti ini, Pak Paul ? |
PG | : | Yang pertama kita harus menyadari bahwa penjelasan rasional tidak memberi dampak berarti, itu sebabnya jangan mencoba berdebat, meyakinkan orang tua bahwa kecurigaan mereka itu sebetulnya tidak berlandasan, memang tidak bisa. Jangan berkata, "Mama dan Papa keliru..." besar kemungkinan mereka akan terus bertahan pada pandangan semula. Jadi kadang-kadang biarkan saja dan jangan terlalu dipusingkan atau diambil hati. |
GS | : | Tapi kadarnya makin lama makin bertambah besar kecurigaan itu, Pak Paul ? |
PG | : | Yang penting jangan diladeni. Memang ini bisa menimbulkan masalah, saya mengenal keluarga dimana si ibu mertuanya dari dulu tidak suka dengan si menantu. Di hari tua tidak sukanya menjadi-jadi sehingga akhirnya menuduh segala macam, hilang apa dan apa, menantu yang disalahkan akhirnya menantunya tidak tahan. Jadi seperti yang Pak Gunawan katakan mungkin kalau kadarnya masih rendah masih bisa ditahan, tapi kalau kadarnya tidak kurang maka berat sekali. Kalau bisa jangan diambil hati dan jangan terlalu sering-sering ketemu, kalau kita sedikit-sedikit dituduh ambil barangnya jangan sedikit-sedikit bertemu. |
GS | : | Kalau anaknya banyak, ada beberapa anak maka masih bisa dipindahkan kesana-kesini, kalau anaknya hanya kita maka mau tidak mau kita yang menanggung semuanya. |
PG | : | Atau anaknya banyak tapi dia sukanya tinggal dengan kita, itu juga sama repotnya. Akhirnya kadang-kadang kita harus melihat kalau misalnya pasangan kita sudah tidak tahan lagi dan kita akhirnya ribut sama orang rumah dan pasangan kita, gara-gara orang tua kita mungkin pada akhirnya harus dipikirkan jalan yang lain untuk bisa menampungnya. Tapi kalau masih bisa minta pengertian dari pasangan kita, "Sudah jangan diambil di hati, diamkan saja" itu masih lumayan. Tapi kalau sudah kena penyakit apalagi seperti alzheimer itu sudah lain, benar-benar itu sangat menyusahkan sebab dia bisa menuduh dan dia nanti bisa berteriak-teriak, maka orang bisa berpikir, "Orang tua ini diapakan, apakah disiksa ?" padahalnya tidak ada yang menyiksa, dia bisa histeris dipikir menantunya akan berlaku apa sehingga dia berteriak-teriak ketakutan. Kalau ada penyakit seperti itu memang susah sekali. |
GS | : | Kalau dia terlalu banyak minum obat penenang, apa bisa seperti itu, Pak Paul ? |
PG | : | Setahu saya alzheimer bukan disebabkan oleh obat penenang, jadi memang yang dapat dipastikan adalah banyaknya protein di otak, itu yang dapat dipastikan sebagai penyebab alzheimer, tapi kenapa protein bisa menumpuk di otak itu yang sampai sekarang tidak bisa diketahui. Jadi sampai sekarang belum ada obatnya untuk penyakit itu. Tapi salah satu cirinya itu yaitu kadang-kadang melontarkan tuduhan yang tidak rasional sama sekali. |
GS | : | Hal lain yang bisa kita lakukan apa, Pak Paul ? |
PG | : | Sebaiknya kita biarkan dia mengatur milik kepunyaannya sesuai seleranya dan hindarilah godaan untuk memindahkan atau meminjam barang kepunyaannya, besar kemungkinan mereka akan menuduh kita mengambil barangnya sewaktu dia tidak dapat menemukannya, jika memang pernah sekali waktu kita memindahkan atau meminjam barang kepunyaannya. Kita harus menyadari bahwa pada masa tua kemandirian makin terbatas, rasa memegang kendali berkurang, itu sebabnya mereka cepat peka sewaktu teritori mereka terusik. Jadi kalau tidak mendesak janganlah mengganggu gugat pribadinya, biarkan dia taruh barangnya di ranjang, kadang kita bingung dan kita taruh di lemari tapi dia tidak mau, harus di ranjang semua supaya bisa dilihatnya jangan sampai ada yang mengambil. Dari pada kita merasa kesal karena melihat baju menumpuk di ranjang maka biarkan dan jangan dipersoalkan, daripada nanti ada yang hilang dan dia marah pada kita, menuduh kita yang mengambil. |
GS | : | Tapi ada orang-orang tertentu yang seringkali mengatakan, "Ini nanti kalau aku sudah tidak ada ini untuk kamu" tapi masih tetap disimpan di kamarnya. |
PG | : | Diamkan saja dan bilang "Terima kasih" itu saja. |
GS | : | Tapi kalau kita langsung mengambil barang itu maka dia akan merasa kehilangan. |
PG | : | Bisa jadi, dia nanti bertanya-tanya, "Barang saya mana ?" dan kita katakan, ‘kan Papa sudah berikan pada saya dulu" kemudian orang tua kita katakan, "Tidak, saya tidak pernah berikan pada kamu, kenapa kamu ambil barang papa" jadi repot. Kalau kita melihat ingatannya sudah mulai terganggu maka kita berkata "Tidak usah papa taruh sini dulu saja" takutnya nanti dia lupa dan dia menuduh kita lagi. |
GS | : | Tapi ada sepasang suami istri yang sudah lansia seperti itu, si suami ini merasa tidak apa-apa memberikan barang pada anaknya karena anaknya sendiri, lalu istrinya menanyakan dan ternyata barang itu sudah diberikan pada anaknya, dan si suami dipaksa untuk meminta kembali barangnya itu. |
PG | : | Ada yang seperti itu. Tadi kita bicarakan akhirnya di usia tua luar biasa protektif dengan barang kepunyaannya dan tidak boleh berpindah kemana-mana. Bisa jadi atau lebih besar kemungkinannya, sebab sejak dia di masa muda seperti itu benar-benar sayang barang dan sudah tua makin menjadi. |
GS | : | Hal lain lagi yang bisa kita lakukan apa, Pak Paul ? |
PG | : | Satu hal lagi yang harus kita ketahui adalah pada masa tua orang tidak terlalu antusias bertemu dengan orang baru. Waktu kita masih muda senang berkenalan dengan orang baru, makin tua makin tidak suka bertemu orang baru. Mereka akhirnya jauh lebih nyaman bersama dengan orang yang telah dikenalnya, makanya orang yang sudah tua bertemu dengan teman lama dia senang, anak cucunya datang dia senang, tapi kalau bertemu dengan orang baru kurang senang. Kita kadang tidak mengerti kenapa kalau orang tua kita kenalkan dengan orang yang baru sepertinya tidak begitu ramah, memang sebagian begitu tidak terlalu suka berkenalan dengan orang baru. Salah satu penyebabnya adalah karena pada masa tua kita tidak terlalu ingin menyesuaikan diri dengan wajah baru, orang baru membuat mereka tidak aman dan defensif. Itu sebabnya bila memungkinkan kita tidak sering-sering mengganti perawat. Memang jika mereka sudah terlanjur merasa nyaman dengan kita maka mereka tidak ingin orang lain ganti merawatnya. Jika memungkinkan dari awal kita merawatnya kita telah melibatkan beberapa orang lain untuk secara rutin terus terlibat, jika tidak biasanya kita akan terbebani. Jadi dari awal waktu orang tua tinggal dengan kita, kita mulai kerepotan maka kita libatkan orang-orang lain, tapi kalau bisa orang yang sama kalau tidak, karena dia sudah terlanjur nyaman dengan kita maka yang dicari adalah kita terus, misalnya ada yang harus dibersihkan karena tidak bisa lagi pergi ke kamar kecil, tidak boleh suster yang bersihkan sehingga waktu kita pergi pun disuruh pulang untuk membersihkan. |
GS | : | Tapi kadang-kadang kalau kita menyediakan beberapa orang perawat, dia akrabnya dengan satu atau paling banyak 2 orang saja dari perawat itu dan akhirnya dia membanding-bandingkan sehingga perawat ini merasa tidak betah tinggal di situ. |
PG | : | Belum lagi kalau mulutnya judes kepada perawat. Kadang-kadang pikirannya yang tidak rasional itu juga bisa akhirnya diproyeksikan kepada perawat, dianggap perawatnya yang jahat yang ambil barang, dan perawat memang harus diberi pengertian bahwa inilah penyakitnya sehingga mereka mengerti dan tidak ambil hati. |
GS | : | Tapi kalau dia sudah suka dengan seseorang itu, rasanya dia tidak boleh pergi. Padahalnya perawat ini juga mencari masa depan yang lebih baik. Itu yang sulit. |
PG | : | Betul. Jadi sekali lagi kita harus mengerti inilah dinamika kehidupan orang tua tidak nyaman dengan wajah baru dan maunya ketemu dengan wajah lama. |
GS | : | Seringkali itu dimanfaatkan oleh beberapa perawat yang memanfaatkan keadaan karena sudah terlalu dekat seperti itu dan menuntut gaji yang tinggi. |
PG | : | Betul. |
GS | : | Ada hal lain Pak Paul, yang harus kita perhatikan ? |
PG | : | Terakhir, kita ini sering-seringlah menghubungkan mereka dengan masa lalu artinya silakan tanyakan tentang pengalaman masa lalu dan jangan bosan untuk mendengarkan mereka bercerita tentang masa lalu. Kita harus menyadari bahwa ingatan mereka tentang masa lalu adalah tali yang mengikat mereka dengan diri mereka yang sesungguhnya, memang adakalanya kita jenuh mendengarkan cerita mereka yang sama, namun biarkanlah sebab makin mereka terkoneksi dengan masa lalu, makin mereka merasa sejahtera dan ini dapat mengurangi kecurigaan mereka yang berlebihan. Ingat kecurigaan adalah sikap mereka terhadap masa sekarang. Jadi masa lalunya dapat menjadi fondasi yang lebih sehat dalam hidup mereka di masa sekarang. Intinya masa lalu adalah masa kejayaannya, masa mereka kuat dan sebagainya. Biarkan mereka berbicara dan mengingat masa lalu supaya masa lalu itu menjadi kekuatan bagi mereka sebab kalau mereka hanya melihat masa sekarang, mereka begitu lemah dan terbatas maka mereka malah depresi. Jadi itu sebabnya orang tua sering bicara masa lalu karena memberikan mereka kekuatan, kadang cerita lucu geli, cerita yang sama dan kita sudah dengar 20 kali dan bagaimana bisa tertawa karena sudah tidak lucu lagi, tapi dia ketawa dan geli lagi, biarkan karena itu memberi mereka kekuatan menghadapi masa sekarang. |
GS | : | Apakah dalam hal ini ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ? |
PG | : | Mazmur 102:27-28 berkata, "Tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan. Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram, dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu." Betul, Tuhan tetap sama jadi selalu kabarkanlah berita tentang Tuhan dan kasih-Nya yang sama kepada orang tua yang lanjut usia. Inilah satu-satunya yang dapat memegang mereka yaitu Tuhan. Tuhan di masa muda dan Tuhan di masa tua adalah Tuhan yang sama, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya. Jadi kita dorong orang tua untuk bergantung pada kasih setia Tuhan yang selama-lamanya dan tak pernah berubah. |
GS | : | Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Makin Tua, Makin Curiga". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telagatelaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang. |