GS | : | Pak Paul, dari tahun ke tahun karena kondisi yang lebih baik, baik secara ekonomi maupun secara kedokteran sehingga banyak pasangan muda yang masih memunyai orang tua yang memasuki usia lanjut. Kadang-kadang ada gesekan atau kesalahmengertian antara orang tua yang kebetulan tinggal di pasangan yang muda atau yang sudah punya anak, dimana saling salah pengertian, yang muda juga tidak memahami yang sudah lansia, yang lansia juga sulit mengikuti yang muda, ini bagaimana Pak Paul ? |
PG | : | Tepat sekali yang Pak Gunawan katakan, saya juga sudah berusia 50an dan kami tinggal di rumah mertua. Jadi saya mulai lebih mengerti dinamika relasi antara orang tua dan anak di usia senja ini, sebelumnya saya bicara dengan orang yang menceritakan tentang betapa penuh tantangan hidup dengan orang tua di usia yang senja, tantangan yang tidak mudah yang harus dihadapi. Jadi betul, kita mesti baik-baik menyikapi hal ini sebab kita mau menjaga relasi dengan orang tua jangan sampai nanti di usia senja relasi kita begitu memburuk sehingga kenangan yang dibawanya pada waktu meninggalkan dunia bukanlah kenangan yang manis tentang hidupnya dengan anak-anak. Tapi di pihak lain kita juga harus memerhatikan keluarga kita, diri kita sebab kadang-kadang kalau kita tidak hati-hati kita juga bisa tersedot oleh tuntutan mereka. Jadi kita akan mencoba membahas relasi antara anak dan orang tua pada usia senja. |
GS | : | Ada yang mengatakan bahwa orang tua itu semakin tua makin seperti anak-anak lagi. Tapi merawat orang tua jauh lebih sulit daripada memahami anak-anak yang masih kecil-kecil. |
PG | : | Tepat sekali. Sebab pada usia tua tetap mereka adalah orang tua kita, dan bagaimana pun juga mereka melihat kita sebagai anak, jadi tidak begitu mudah memberitahu orang tua agar melakukan yang kita minta, kalau anak-anak masih bisa kita berikan ancaman, marah dan sebagainya sehingga nanti anak melakukan apa yang kita inginkan. Kalau dengan orang tua otomatis tidak bisa seperti itu. Jadi betul, untuk merawat orang tua biasanya jauh lebih repot daripada merawat anak-anak kecil. |
GS | : | Walaupun mereka berdua atau mungkin tinggal satu masih sehat, atau pun sakit, itu sama-sama repot merawatnya. |
PG | : | Jadi banyak yang telah mengeluarkan uneg-uneg yang saya dengar betapa tidak mudahnya merawat orang tua, tapi di pihak lain mereka merasa kasihan, mereka menyayangi orang tua, mereka tahu mereka berkewajiban membantu, menolong, merawat orang tua. Tapi di pihak lain tidak mudah, tekanan ini adalah tekanan yang lumayan besar. |
GS | : | Yang seringkali terjadi juga terhadap yang wanita, jadi baik orang tua wanita maupun anak wanita atau menantu yang wanita, itu seringkali terjadi gesekan, tapi kalau yang pria kurang menghiraukan hal seperti itu. |
PG | : | Betul. Karena mama biasa mengurus rumah tangga dan sekarang tinggal dengan anak walaupun anaknya juga sudah menjadi ibu rumah tangga kadang-kadang tidak begitu mengerti bahwa ini rumah bukan rumahnya, maksudnya keluarga ini adalah keluarga anaknya. Jadi dia tidak bisa terlalu mencampuri atau memaksakan kehendak. Kadang-kadang timbul gesekan, misalkan mama memasakkan masakan yang kurang disukai oleh keluarga, menantu atau cucu, tapi dia berkata, "Ini sehat" jadi mau tidak mau harus dimakan, kalau tidak dimakan tidak enak. Atau cara mengatur dapur, dia memunyai caranya dan dia beranggapan ini adalah anaknya dan dia beranggapan anaknya mengerti cara mengatur dapur jadi dia meminta anaknya mengikuti cara dia mengatur dapur dan anaknya tidak bisa terima. Jadi biasanya ada seribu satu macam hal yang memang perlu penyesuaian lagi kalau hidup dengan orang tua di usia senja. |
GS | : | Jadi hal-hal apa yang perlu kita perhatikan, Pak Paul ? |
PG | : | Ada cukup banyak. Yang pertama sesungguhnya diri atau kepribadian orang tua di masa sekarang merupakan kelanjutan dari dirinya di masa lampau. Jadi bila di masa lampau dia adalah seorang yang sabar maka besar kemungkinan di masa sekarang dia adalah pribadi yang sabar. Sebaliknya jika di masa lampau dia adalah pribadi yang pemarah, maka besar kemungkinan dia tetap menjadi seperti itu di masa sekarang. Jika pada masa lampau orang tua cenderung dominan maka besar kemungkinan di masa sekarang dia tetap dominan dan dia akan terus menuntut tanpa memedulikan kondisi orang lain di sekitarnya. Jadi inilah yang pertama yang kita harus sadari bahwa orang tua kita sekarang ini merupakan kelanjutan atau sambungan dari kepribadian di masa lampau. Kadang-kadang kita berharap di usia tua papa atau mama berubah jangan seperti dulu lagi, misalnya dulu sering bertengkar antara papa dan mama, sering meributkan hal-hal yang kecil maka sekarang di usia senja anak berharap jangan ribut lagi, ternyata masih sering ribut. Hal-hal kecil juga dipersoalkan. Akhirnya kita melihat bahwa orang tua kita sekarang merupakan kelanjutan dari masa lampau, ada yang kikir sekali dengan uang di masa lampau, maka di usia tua bisa sama kikirnya atau bisa tambah kikir. Jadi itulah hal-hal yang biasanya dihadapi oleh anak-anak. |
GS | : | Jadi sebenarnya kalau terhadap anaknya sendiri, anak ini sudah tahu sifat dari orang tuanya, hanya menantu yang agak kesulitan. Tapi tetap sering menjadi masalah disana, Pak Paul ? |
PG | : | Sebab bagaimana pun anak melihat ini tidak benar, dulu mungkin masih lebih kecil tidak terlalu memersoalkannya, atau beranggapan, "Saya tidak akan tinggal dengan orang tua selama-lamanya jadi biarkan". Tapi waktu kembali hidup dengan orang tua biasanya mengganggu anak apalagi kalau anak mengalami banyak perubahan, belajar banyak hal yang baik dalam hidup ini, dia itu susah terima kalau melihat orang tuanya seperti ini, sedikit-sedikit meributkan, misalnya ada orang tua yang gemar membicarakan kesalahan orang, kadang-kadang bukan kesalahan juga dikritik, dijelekkan maka si anak kesal, "Kenapa papa atau mama masih begitu" misalnya kita sudah benar-benar dalam Tuhan, kita tahu ajaran Kristus dan melihat orang tua kita sedikit-sedikit membicarakan orang seperti itu kita kesal dan berkata, "Papa dan Mama sudah menjadi orang Kristen lama tapi sikapnya sama seperti dulu, kapan bisa berubah dan bertobat". Akhirnya kita lebih peka, dulu waktu kecil karena masih bergantung pada orang tua maka kita tahan, sekarang sudah besar kita bisa mengerti apa yang lebih baik dan melihat orang tua kita masih sama seperti dulu, maka kita kadang-kadang tidak tahan lagi. |
GS | : | Bagaimana sikap kita, kita tahu itu sesuatu yang salah dan negatif, tapi kalau kita memberitahu, dia salah mengerti. |
PG | : | Seringkali begitu. Jadi yang penting adalah kita mesti menyadari bahwa untuk dia berubah, kemungkinannya kecil jadi kita harus menerimanya dan sedikit demi sedikit kalau misalnya waktunya cocok maka kita bicara dengan dia dan jelaskan, "Kenapa masih begini dan jangan begini" kita katakan perlahan-lahan dan jangan ditaruh di hati, kalau memang dia tidak mendengarkan kita. Kadang-kadang orang tua kita ini karena kesal akhirnya meledak dan kita marah, memarahi orang tua. Jadi akhirnya membuat dia tambah merasa kesal akhirnya merasa sepertinya tidak dihormati dan disayang lagi oleh kita, sehingga akhirnya relasi tambah buruk. Jadi penting bagi kita belajar menerima inilah dirinya dan perlahan-lahan kalau ada kesempatan kita munculkan dan berikan masukan supaya papa dan mama lebih bisa berubah. |
GS | : | Hal lain yang perlu kita pahami apa, Pak Paul ? |
PG | : | Sesungguhnya relasi kita dengan orang tua kita sekarang merupakan kelanjutan dari relasi kita dengan orang tua pada masa lampau. Maksudnya bila di masa lampau relasi kita dengan orang tua tidak dekat dan dia sulit mendengar masukan kita, maka besar kemungkinan di masa sekarang dia pun sulit menerima masukan kita. Sebaliknya jika relasi kita dengannya erat dan dia merasa bahwa kita adalah anak yang memerhatikannya besar kemungkinan dia mau mendengarkan perkataan kita. Intinya yang ingin saya katakan adalah corak relasi cenderung bertahan melawan waktu. Jadi walaupun sudah puluhan tahun, kita sebetulnya terus membawa corak relasi yang lama sampai di masa sekarang. Jadi bila orang tua merasa tidak dekat dengan kita dan bahwa selama ini relasi kita dengannya penuh konflik maka besar kemungkinan dia cenderung menghindar dan tidak mau terlalu dekat dengan kita. Dan kita mungkin tidak terlalu senang untuk bersama dengan dia. Jadi kadang-kadang relasi itu bersambung sampai sekarang, yang dulunya baik maka tetap baik, yang dulunya tidak baik biasanya kurang baik. |
GS | : | Tetapi ada orang tua yang ketika sudah lanjut usianya, dia mulai sadar bahwa hubungannya dengan anaknya tidak begitu baik, lalu orang tua ini berusaha mendekati si anak tapi anak yang hubungannya tidak baik malah menghindar, makin anak menghindar maka orang tua makin mendesak anak sehingga hubungan mereka malah tidak baik. |
PG | : | Memang bisa dari dua belah pihak. Jadi ada orang tua yang akhirnya sadar "Kenapa saya dulu seperti ini dan itu pada anak, sekarang saya sadar saya salah usia sudah senja maka kapan lagi memerbaiki relasi" tapi anaknya bisa jadi tidak siap untuk membangun ulang relasi yang sudah begitu penuh dengan kepahitan. Ada anak yang akhirnya sengaja menghindar karena mungkin dulu dia terlalu sering disakiti sehingga kalau dia dekat dengan orang tuanya sekarang, luka-luka itu menganga kembali meskipun dia sudah mengampuni dan dia tidak mendendam pada orang tua tapi ingatan akan perbuatan, akan peristiwa yang dialami di masa lampau masih segar di benak sehingga akhirnya dekat dengan orang tua mulai reaksinya tidak enak. Orang tua juga tidak sempurna, kadang-kadang mungkin orang tua mengeluarkan perkataan yang biasa dikatakannya dulu kepada si anak, meskipun dalam banyak hal orang tua berubah, tapi perkataan itu sendiri bisa membangkitkan ingatan si anak, "Sekali lagi saya diperlakukan begini oleh si mama, sekali lagi papa berbuat ini kepada saya" sehingga akhirnya si anak tidak mau dekat dan rasanya seperti kapok/jera dekat-dekat, karena dulu bisa dekat tapi menjadi luka berat dan ternyata sekarang masih ada sisa dari apa yang dilakukan orang tua dulu dan masih terus berlanjut meskipun tidak terlalu sering, jadi kadang-kadang seperti itu juga. Kadang-kadang anak mencoba untuk mendekat kepada orang tua karena menyadari dia dulu salah dan dia banyak berbuat hal-hal yang tidak benar, namun orang tua belum tentu siap. Inilah yang sebetulnya dialami oleh anak dari mantan presiden Amerika Serikat yaitu Ronald Reagan, anaknya yang perempuan yang bernama Patty Davis pada masa mudanya memang banyak melakukan hal-hal yang mengecewakan papanya sehingga hubungan dengan papanya buruk sekali. Di hari-hari tua waktu Reagan mulai sakit-sakitan, Patty Davis mencoba dekat kembali dengan papanya, tapi papanya susah sekali dekat dan mengampuni dia, rupanya luka terlalu dalam akhirnya belum lama ini si anak menulis memorinya atau buku tentang pengalaman mencoba untuk dekat dengan papanya. Tapi diakui bahwa dia sudah mencoba tapi rasanya masalah ini tidak selesai ternyata luka terlalu dalam di hati orang tua. Jadi saya kira dua belah pihak kadang-kadang tidak ideal, relasi yang terlalu hancur untuk dibangun kembali tidak mudah. Kalau saja dua-duanya anak Tuhan dan dua-duanya minta kepada Tuhan untuk hati yang luka disembuhkan dan dibaharui maka barulah akan ada sebuah relasi yang baru di antara mereka. |
GS | : | Tapi kalau ada orang tua yang berlaku seperti itu, sudah berusaha untuk mendekati anaknya tapi anaknya menghindar, bukankah anak ini tidak memberi kesempatan pada orang tua untuk berubah, begitu Pak Paul ? |
PG | : | Jadi adakalanya sudah tentu anak juga tidak sempurna dan ada yang hatinya kurang besar sehingga hati yang kurang besar itu membuat dia sangat egois, ada anak yang seperti itu jadi tidak mau sama sekali berkorban sedikit pun bagi orang tuanya, tidak mau lagi. Misalnya sebetulnya urusannya bukan dengan si anak, tapi sebetulnya si anak itu bertumbuh besar dalam keluarga yang rusak, anggap saja orang tuanya itu hubungannya buruk sekali, si papa hubungannya juga buruk sehingga si anak menderita karena rumah tangga yang begitu penuh dengan konflik dan kekacauan. Setelah besar si anak ini keluar rumah memunyai kehidupan yang lebih baik, meskipun dalam hal ini mamanya tidak bersalah dan mamanya adalah korban dari papa yang tidak baik itu, tapi si anak itu merasa kalau mamanya tinggal atau dekat dengan dia, semua ingatan yang buruk tentang tinggal di rumah dulu, kembali lagi dan ini yang akhirnya membuat dia trauma dan tidak mau dekat dengan mama meskipun dia tahu bahwa mamanya tidak bersalah apa-apa. |
GS | : | Jadi relasi yang buruk seolah-olah berkesinambungan rasanya sampai kapan pun dan tidak ada suatu cara untuk memutus itu. |
PG | : | Jadi kalau memang itulah duduk persoalannya tapi sekarang keduanya harus tinggal sama-sama dan tidak ada pilihan lain, maka yang harus dilakukan adalah begini, dua-dua harus bicara secara terbuka bahwa memang di antara kita ada luka-luka yang masih belum beres, tapi karena kita harus tinggal bersama maka sekarang kita mencoba bicara apa yang papa dan mama harapkan dari saya dan apa yang saya harapkan. Jadi benar-benar membuat relasi ini adalah relasi yang masih bisa berjalan. Dua-dua harus terbuka antara apa yang diharapkan dari satu sama lain cobalah untuk dipenuhi sehingga relasi ini bisa terus berjalan. |
GS | : | Jadi apa yang harus kita perhatikan, Pak Paul ? |
PG | : | Yang lain lagi adalah berhubung pribadi dan relasi merupakan kelanjutan dari masa lampau, baik atau buruknya relasi di masa sekarang ditentukan oleh kwalitas relasi di masa lampau. Bedanya di masa lalu dan di masa sekarang adalah di masa sekarang baik kita maupun orang tua tidak lagi bermotivasi untuk mengharapkan apalagi mengadakan perubahan. Jadi baik kita maupun orang tua masing-masing beranggapan, "Tidak perlu lagi mengharapkan perubahan" jadi masing-masing berusaha menjaga batas supaya tidak terjadi konflik. Tidak ada salahnya menjaga batas supaya tidak terjadi konflik, tapi sebaiknya memang mesti ada usaha untuk menumbuhkan relasi ini sehingga bukan hanya relasi ‘gencatan senjata’ tapi benar-benar sebuah relasi damai. Jadi harus ada usaha untuk menuju ke arah itu dan jangan sampai kita menyerah dan berkata, "Jangan sampai ada konflik" sedapat-dapatnya kita melakukan hal-hal yang baik yang menyenangkan buat orang tua kita meskipun tanggapannya tidak seperti yang kita harapkan. |
GS | : | Apalagi orang tua dalam hal ini memiliki posisi yang sangat lemah di dalam kondisi tubuhnya. |
PG | : | Betul sekali. Berhubung mereka ini dalam posisi lemah, membutuhkan perhatian kita, kadang-kadang ini menjadi masalah baru yaitu mereka menjadi peka dengan sikap yang dianggapnya merendahkannya padahal mungkin sekali kita tidak ada maksud merendahkannya. Orang tua cenderung tahu apakah kita merawatnya karena terpanggil atau terpaksa, karena kerelaan atau kewajiban, sikap keterpaksaan makin membuatnya merasa terhina. Adapula orang tua yang beranggapan oleh karena dia sudah tidak lagi kaya, maka sikap kita berubah dan tidak lagi menghargainya, itulah yang kadang terpikir oleh orang tua meskipun itu belum tentu benar. Itu sebabnya penting bagi kita bersikap hormat kepadanya, mengkomunikasikan kepadanya bahwa materi tidak menentukan sikap dan perlakuan kita kepadanya, kita menghormatinya dan mengasihinya karena mereka adalah orang tua kita. |
GS | : | Dan sebagai orang tua sangat tergantung, makin lama makin tergantung orang tua itu kepada anak-anaknya dan ini bagaimana hubungannya, Pak Paul ? |
PG | : | Dan makin bergantung karena memang keterbatasan fisik, berarti makin besar kebutuhannya. Masalahnya adalah sebagian orang tua mengalami kesulitan beradaptasi dengan keterbatasan ini. Pada umumnya orang tua meskipun sebetulnya tubuhnya, kemampuannya mulai terbatas tapi tetap mau melakukan kegiatan yang biasa dilakukannya dan inilah yang kadang menjadi sumber masalah. Misalnya dia mungkin jatuh sehingga patah tulang dan sebagainya, padahalnya sudah diberitahukan jangan jalan sendiri kalau ada apa-apa panggil nanti diambilkan, dia tidak mau dan akhirnya jatuh. Jadi apa yang harus kita lakukan ? Di satu pihak kita harus menjaga agar kecelakaan tidak terjadi dan itu berarti kita harus bersikap tegas membatasi ruang geraknya, namun di pihak lain kita harus bersikap realistik dan memberinya kebebasan untuk memilih kehidupan yang diinginkannya. Memang saya tahu tidak mudah menyeimbangkan kedua hal ini, namun inilah yang harus dilakukan yaitu memaksanya untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki dan kadang berdampak buruk. Jadi adakalanya kita harus merelakan apa yang diinginkannya seraya berusaha meminimalkan resikonya. |
GS | : | Masalahnya seringkali terjadi apa yang kita anggap baik, itu dianggap menghambat bagi dia, dua-duanya bahkan bisa memandang usaha-usaha kita hanya merepotkan mereka saja, begitu Pak Paul. |
PG | : | Jadi memang tidak bisa ada rumus untuk setiap kasus, masing-masing kasus harus ditimbang ulang. Saya masih ingat seorang Pendeta yang melayani di gereja yang saya dulu biasa pergi sewaktu saya masih kuliah, di usia senja dia terkena penyakit dan memang dokter katakan sudah terbatas. Jadi penyakitnya sudah tidak bisa diobati, dia masih ingin terlibat dalam pelayanan dan akhirnya dia masih ingin membaptis cucunya, masalahnya adalah dia sudah susah untuk berjalan apalagi dia mau membaptis, mula-mula anaknya takut masuk ke dalam kolam, anaknya takut kalau jatuh dan sebagainya, tapi dia tidak mau dan tetap mau membaptis dan akhirnya kami dukung dan katakan, "Silakan, tidak apa-apa" waktu dia turun ke dalam kolam ada yang memegangi dari belakang dan dia akhirnya membaptis selam dan dia merasa senang sekali. Dan benar saja beberapa bulan setelah itu dia meninggal dunia. |
GS | : | Apakah itu berarti setiap permintaan mereka yang sudah lansia ini harus dituruti oleh anak-anaknya ? |
PG | : | Tidak juga dan kita harus timbang resikonya, tapi kadang kita juga harus berkata, "Ya biarlah" daripada nanti dia sesali di usia seperti ini maka biarkanlah. Kadang-kadang kita harus lebih fleksibel juga. |
GS | : | Tapi setiap orang punya batas kemampuan, kadang kita tidak bisa mentolerir dan kadang keluar kata-kata yang kasar dan ini dianggap semacam penghinaan oleh orang yang sudah lansia ini, Pak Paul. |
PG | : | Karena kita ini manusia biasa jadi adakalanya kita sudah stres merawat orang tua dan kadang-kadang keluar kata-kata yang tidak enak dan akhirnya relasi kita dengan orang tua tidak baik namun kadang-kadang bukan hanya berhubungan dengan yang bersangkutan, tapi dengan suami istri dan anak-anak kita juga bisa tumpah stres itu. Kita bisa melampiaskan kemarahan pada anak, istri atau suami kita. Di satu pihak kita harus meminta pengertian pasangan dan anak-anak kita, tapi di pihak lain kita harus memberi perhatian pada keluarga sendiri. Pada akhirnya kita harus merelakan diri untuk tidak terlalu idealistik, kita tidak boleh mengorbankan keluarga sendiri dan harus memerhatikan kebutuhan mereka. Misalnya ada anak yang pokoknya kemana pun orang tuanya harus dibawa meskipun orang tuanya sudah memakai kursi roda. Sebaiknya kalau memang memungkinkan maka silakan dibawa karena orang tua juga tidak mau di rumah sendiri, tapi tidak selalu harus dibawa. Jadi kita juga harus fleksibel dan jangan seperti itu juga. |
GS | : | Karena ada orang tua sejak anaknya masih kecil sudah diberikan pengertian bahwa orang tua dan anak itu hubungannya jauh lebih dekat dibandingkan dengan suami istri sehingga terbawa itu, Pak Paul. |
PG | : | Rasa bersalah itu besar sekali kalau sampai tidak dibawa menjadi merasa, "Saya anak yang jahat, tidak berbakti pada orang tua", jadi kita juga harus memerhatikan keluarga kita sendiri, jangan sampai karena mengutamakan orang tua kita, keluarga kita sendiri yang akhirnya menjadi korban. |
GS | : | Dalam hal ini apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ? |
PG | : | Saya akan bacakan dari Amsal 3:27-28, "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: ‘Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,’ sedangkan yang diminta ada padamu." Jadi artinya kalau kita terapkan dalam relasi dengan orang tua berusia senja, itu berarti kita harus memberikan perawatan atau perhatian pada orang tua, apa pun atau bagaimana pun relasi kita dengannya. Sebab itulah yang dibutuhkannya, jangan sampai kita berkata, "Masa bodoh, saya tidak mau biar orang lain yang merawat" jangan seperti itu. Kita merawat bukan saja pada orang tua tapi kepada Tuhan. Tapi di pihak lain, kita harus menjaga keseimbangan agar kita tidak menghancurkan keluarga kita sendiri. |
GS | : | Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Memahami Orang Tua Lansia". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telagatelaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang. |