Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi,
di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur
Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen
dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang
dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling
serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali
ini tentang “Kebangkitan dari Kejatuhan”. Kami percaya acara ini pasti
bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat
mengikuti.
GS : Pak Paul, siapapun orangnya entah
itu rasul, entah itu pejabat gerejawi, entah dia pejabat negara pasti pernah
mengalami kegagalan sehingga orang berkata “Kegagalan itu lumrah, yang penting
adalah bagaimana seseorang itu bangkit dari kejatuhannya”. Di dalam hal ini,
ada sebagian orang Kristen yang menganggap bahwa “Tidak boleh orang kristen
jatuh karena ada kekuatan dari Tuhan, ada Roh Kudus di dalam dirinya” jadi
tidak boleh sampai melakukan dosa-dosa tertentu apalagi yang memalukan dan
mencemarkan nama Tuhan. Menurut pendapat Pak Paul sendiri bagaimana ?
PG : Sudah pasti kita seharusnya
memberikan tuntutan kepada para pelayan Tuhan untuk hidup kudus, jadi kita
tidak boleh meremehkan masalah kekudusan ini. Jadi sudah sepantasnya para hamba
Tuhan ditempatkan di posisi yang lebih sulit karena memang mereka harus menjadi
wakil Tuhan di bumi, namun tetap mereka bukanlah orang-orang yang sempurna dan
mereka pun bisa jatuh ke dalam dosa jadi apa yang harus kita lakukan setelah
rekan-rekan kita jatuh ke dalam dosa adalah sesuatu yang harus kita gumulkan
bersama sebab terpenting adalah bukanlah kejatuhan itu, tapi apakah yang kita
perbuat setelah kejatuhan itu. Dan ini yang akan kita coba lihat di firman
Tuhan dan dari firman Tuhan ini kita akan memeroleh pedoman apa yang harus dilakukan.
DL : Tapi saya berpikir, “Kenapa Pak Paul
mereka bisa jatuh padahal mereka orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa”
dan apakah karena mereka terlalu mengandalkan dirinya. Dan faktor apa yang
menyebabkan mereka jatuh ?
PG : Memang banyak penyebabnya dan sudah
tentu yang terjadi adalah umumnya sebuah degradasi atau penurunan kwalitas
kehidupan rohani dengan Tuhan, kedekatan dengan Tuhan sehingga perlahan-lahan
hati nurani mulai tidak terlalu berfungsi, sehingga suara Tuhan tidak lagi
terlalu didengarkan, lebih banyak misalkan mengandalkan kekuatan sendiri atau
ada orang yang semakin takabur, sombong sehingga semakin tidak mengindahkan
suara yang Tuhan kirimkan lewat misalnya teman atau saudara atau istri atau
suami sendiri. Jadi ada banyak sekali faktor yang terlibat yang membuat kita
akhirnya bisa jatuh. Namun kita kalau lihat di firman Tuhan bukankah kita akan
menemukan begitu banyak hamba Tuhan yang jatuh ke dalam dosa. Misalkan yang
kita kenal adalah Raja Daud, dia bisa juga jatuh sebegitu dalamnya. Salah satu
bagian firman Tuhan yang memuat tentang apa yang Tuhan lakukan kepada hamba-Nya
yang jatuh adalah di Yohanes 21, di situ ditulis tentang apa yang Tuhan Yesus
lakukan terhadap Simon Petrus setelah Tuhan bangkit dari kematian dan menemui
Petrus. Kita tahu Injil ini dicatat oleh Yohanes sendiri dan dia selalu
menyebut dirinya sendiri sebagai murid yang dikasihi Tuhan tanpa menyebut
dirinya sendiri, pada bab terakhir ini dari Injil yang ditulisnya Yohanes
menyoroti sahabatnya dan sesama murid Kristus yang bernama Petrus. Yang menarik
di sini adalah ternyata di semua kitab Injil tidak ada apa yang ditulis oleh
Yohanes di sini, ternyata hanya Yohanes yang satu-satunya mencatat peristiwa yang
kita ketahui di Pasal 21 ini yaitu Yesus berbicara dengan Simon Petrus dan juga
para murid-murid-Nya dan juga mereka pergi berlayar mencari ikan dan tidak
mendapatkan ikan dan sebagainya, itu hanya dicatat di kitab Injil Yohanes. Bagi
saya kenyataan Yohanes mencatatnya menunjukkan bahwa ada sesuatu yang ingin
disampaikannya yaitu dia adalah teman dekat Petrus, Yakobus, kita tahu Yakobus
tidak berumur panjang dibunuh oleh Raja Herodes. Jadi hanya Petrus dan Yohanes
yang tersisa di dalam lingkaran yang terdekat dengan Kristus. Jadi tampaknya
secara khusus Yohanes sengaja mengangkat cerita ini untuk memberitakan kepada
kita semua tentang akhir relasi Yesus dan Petrus, yang merupakan sebuah akhir
yang sangat indah karena ini adalah sebuah peristiwa yang terjadi setelah
kejatuhan Petrus menyangkal Yesus. Jadi kita lihat di sini ada begitu banyak
hal yang indah yang Tuhan lakukan kepada Petrus dan inilah yang kita coba untuk
pelajari.
GS : Ini tentu bukan suatu hal yang
kebetulan bahwa hanya Yohanes yang mencatat peristiwa kejatuhan Petrus ini, dan
penulis Kitab Suci juga mencatat kejatuhan hamba Tuhan yang lain, tadi Pak Paul
katakan ada Raja Daud, Salomo, bahkan Abraham yang disebut Bapa orang beriman.
Sebenarnya apa yang mau Tuhan sampaikan kepada kita bahwa kejatuhan-kejatuhan
orang-orang besar tetap dicatat di dalam Kitab Suci.
PG : Yang pertama dalam Tuhan akan ada
pengampunan, itu suatu berita yang luar biasa yang kita terima dari Tuhan bahwa
ada pengampunan asalkan kita mau bertobat. Saya percaya Yohanes dengan sengaja
khusus mencatat peristiwa ini agar kita semua tahu bahwa hidup Petrus tidak
berakhir dengan kejatuhannya, Yohanes ingin agar kita menyaksikan sebuah akhir
yang indah bahwa hidup Petrus berakhir dengan kebangkitan-Nya, kebangkitan
Kristus dari kematian memungkinkan Petrus dan kita semua mengalami kebangkitan
dari kejatuhan. Pertanyaannya adalah bagaimanakah Kristus membangkitkan Petrus
dari kejatuhannya ? Jika kita perhatikan dengan seksama, ada beberapa hal yang Tuhan
ambil. Kita coba lihat yang pertama, pertama Tuhan bertindak sesuai dengan
waktu-Nya, kita perlu mengakui bahwa setelah kita berdosa kita ingin
cepat-cepat dipulihkan dan tidak salah kita ingin cepat-cepat dipulihkan. Jadi
kalau kita tahu kita jatuh ke dalam dosa kita harus mengakui dosa dan bertobat
dengan segera, jangan berlama-lama mengakui kesalahan dan jangan menunda untuk
berubah. Tapi kita janganlah meremehkan kasih karunia Tuhan dan jangan
menyepelekan panggilan-Nya, jangan gegabah menganggap bahwa “Tuhan sudah pasti
ingin agar kita dengan segera kembali melayani-Nya seperti dahulu” tidak! kita
harus menunggu waktu Tuhan sebab panggilan untuk melayani-Nya adalah anugerah
dari-Nya semata, sebagaimana dapat kita lihat Tuhan tidak serta merta
menyatakan dirinya kepada Petrus setelah Dia bangkit, tapi Tuhan memberikan kesempatan
pertama kepada Maria Magdalena, kesempatan kedua juga tidak diberikan kepada
Petrus melainkan kepada Kleopas dan seorang murid lain dalam perjalanan ke
Emaus. Kesempatan ketiga barulah diberikan kepada Petrus namun tidak secara
pribadi melainkan secara kolektif, ketika Tuhan menampakkan diri kepada para
murid dalam ruang tertutup. Kendati menyatakan diri kepada para murid namun sesungguhnya
sasaran utamanya adalah Tomas yaitu murid yang meragukan kebangkitan Kristus.
Dengan kata lain, dapat kita simpulkan tiga kali Tuhan menyatakan diri, tiga
kali Tuhan tidak berkata apa-apa kepada Petrus. Dapat dibayangkan betapa inginnya
Petrus menendengar Kristus berkata sesuatu kepadanya sebab pertemuan
terakhirnya dengan Kristus sebelum penyaliban diisi dengan penyangkalannya
namun Kristus tidak berkata apa-apa kepadanya dalam tiga perjumpaan itu. Jadi
dari sini dapat kita simpulkan bahwa pertobatan memang harus segera, tetapi
pemanggilan kembali tidak harus segera karena Tuhan yang memanggil, Tuhanlah yang
menentukan waktunya, kita tidak memunyai hak apapun untuk menuntut Tuhan
kembali memakai kita dan Tuhan tidak memunyai kewajiban apa pun untuk kembali
memakai kita.
GS : Tapi itu juga tergantung dari
tingkat kejatuhan seseorang. Ada orang yang bisa cepat pulih dan Tuhan cepat pulihkan
dia untuk tetap melayani, Pak Paul.
PG : Memang sudah tentu bergantungnya
pada kwalitas atau kadar kejatuhan itu memang ada yang sederhana ada yang
berat, ada yang memengaruhi hajat satu orang, ada yang memengaruhi hajat banyak
orang. Jadi semua harus diperhatikan faktor-faktor yang terlibat di dalamnya
namun sikap kita yang harus kita miliki adalah bukanlah sikap penuntut Tuhan
untuk kembali dengan cepat memulihkan kita dan seolah-olah menganggap enteng
apa yang telah kita lakukan. Jadi kita harus menyikapi sedemikian rupa sehingga
bagi kita dosa sekecil apa pun tetaplah dosa yang serius. Waktu Daud misalkan
harus lari dari kota Yerusalem karena putranya sendiri Absalom hendak merebut
takhtanya dan hendak membunuhnya, memang wakilnya atau anak buah menanyakan
apakah perlu kita membawa tabut perjanjian, Daud menolak dan Daud berkata,
“Tinggalkan di Yerusalem, kalau Tuhan menghendaki saya kembali, saya pasti
kembali tapi kalau tidak maka tidak”, sebab Daud menyadari ini adalah akibat
dari dosa yang dilakukannya dahulu. Jadi dia tidak menuntut apapun dari Tuhan
dan dia tidak berkata, “Tuhan saya sudah melayani-Mu sedemikian lama, masakan
gara-gara dosa saya saya langsung disingkirkan dari takhta dan tidak boleh
memerintah” tidak seperti itu! Dia langsung dengan rela meninggalkan Yerusalem
sebab dia percaya kalau memang Tuhan menghendaki dia keluar dari Yerusalem dan
digantikan oleh putranya maka dia menerima semua itu, namun kita tahu akhir
ceritanya Tuhan tetap menghendaki Daud menjadi raja. Tapi intinya adalah Daud
tetap memunyai sikap yang tidak menuntut. Inilah yang juga harus dilakukan oleh
para pelayan Tuhan tatkala jatuh ke dalam dosa yaitu tidak boleh menuntut bahwa
saya harus dipakai kembali, bahwa gereja harus kembali memakai saya, bahwa
Tuhan sudah mengampuni saya maka jemaat Tuhan pun harus dengan segera
mengampuni saya, itu yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pelayan Tuhan.
GS : Bagaimana dia tahu bahwa Tuhan sudah
memulihkan dia dan dia sudah boleh melayani lagi, Pak Paul ?
PG : Jadi memang sebaiknya kalau kita
tahu hal ini bisa memunyai dampak yang buruk kepada orang dan orang memang sudah
ketahui dan kita tahu ini masalah yang serius dan bahkan melibatkan keluarga
kita juga, sebaiknya kita meminta waktu untuk berhenti dari pelayanan.
DL : Mundur dulu.
PG : Mundur dulu, jadi kita bereskan
hidup kita, kita jalani bimbingan dan proses pemulihan sampai kita dapatkan
konfirmasi dari orang-orang lain bahwa kita sudah siap melayani-Nya kembali,
sebagai contoh yang lain yang bisa saya saksikan adalah Pdt. Golden McDonald dari sebuah gereja di negara bagian Massachusetts di Amerika Serikat, setelah dia jatuh dalam dosa
kemudian dia akhirnya meninggalkan pelayanannya di gereja mendapatkan bimbingan,
sampai satu titik para pembimbingnya mengatakan, “Baiklah dia sudah siap untuk
kembali melayani” tapi tidak diizinkan secara luas dan terbuka, jadi
ditempatkan di sebuah gereja di tempat yang kumuh di kota New York, dia disana
beberapa tahun akhirnya gereja asalnya melihat pertobatannya yang begitu
sungguh dan buah pelayanannya yang begitu baik, akhirnya gereja asalnya
memanggil kembali dan dia kembali melayani di sana sampai akhirnya dia pensiun.
Jadi mesti mendapatkan konfirmasi, biarlah anak-anak Tuhan yang lain yang
memanggilnya. Dan saya masih ingat itulah yang dikatakan oleh Pdt. Golden McDonald setelah dia memang mengundurkan
diri dari pelayanannya dan ditanya oleh sebuah majalah Kristen di sana, “Apa
rencananya sekarang ?” dan dia katakan, “Saya tidak punya rencana ?” dan
ditanyakan, “Bagaimana engkau akan tahu bahwa engkau akan siap dipanggil
kembali ?” dan dia menjawab persis seperti itu, “Kalau Tuhan menghendaki saya
kembali maka biarlah nanti Tuhan memanggil saya lewat orang-orang atau
anak-anak-Nya”. Dan ternyata itu yang terjadi tapi itu tidak cepat, beberapa
tahun kemudian barulah terjadi yaitu gereja asalnya memanggil dia kembali.
DL : Jadi suatu proses, Pak Paul.
PG : Betul. Jadi itu sebuah proses yang
tidak pendek.
DL : Saya pernah mendengar seorang hamba
Tuhan dipakai oleh Tuhan menyembuhkan orang-orang, banyak yang sakit
disembuhkan tapi waktu dia pindah ke satu kota ternyata dia memungut bayaran
dari kesembuhan itu, akhirnya Tuhan mengambil karunia yang pernah Tuhan berikan.
Pada waktu dia kunjungan ke rumah dia katakan, “Saya sudah tidak bisa seperti
dulu karena saya salah” dan kemudian dia berhenti. Saya tidak tahu pada masa
kini, hamba Tuhan itu penyangkalan mereka seperti apa ? Kapan mereka bisa
kembali lagi ? Karena tadi Pak Paul katakan mereka harus segera bertobat
seperti Petrus segera bertobat. Bagaimana dengan hamba Tuhan masa kini itu?
PG : Jadi saya pribadi mendengar cerita
Ibu menghargai sikap hamba Tuhan tersebut bahwa dia mengakui dan ini adalah
akibat dari mungkin ketamakannya, ketidak berhati-hatiannya, keangkuhannya maka
sekarang Tuhan menarik kembali karunia yang telah diberikan kepadanya dan dia
menerima itu dan dia berani mengakui itu. Jadi saya kira itu sebuah sikap yang
baik, yang sehat dan seharusnya kita pun seperti itu dan kita tidak boleh
mengklaim apa yang kita miliki adalah dari kita, tapi sebetulnya adalah
pinjaman yang Tuhan berikan kepada kita untuk dipakai bagi kepentingan Tuhan
dan kemuliaan Tuhan dan bukan untuk diri kita sendiri.
GS : Hal yang kedua yang dapat kita
pelajari dari kejatuhan Petrus ini apa, Pak Paul ?
PG : Jika sudah tiba saatnya untuk
memanggil kita kembali, Tuhan akan menghadirkan diri-Nya di dalam situasi yang
biasa dan bukan luar biasa. Sebagaimana dapat kita lihat di sini Petrus dan
teman-temannya berinisiatif pergi melaut menangkap ikan, menangkap ikan kita
tahu itu adalah pekerjaan Petrus yang biasa dilakukannya, namun ini yang indah di
dalam sesuatu yang biasa inilah Tuhan hadir dan lewat yang biasa inilah Tuhan
akhirnya membangkitkan Petrus dari kejatuhannya. Setelah melayani Tuhan
adakalanya memang timbul penolakan dalam hati untuk kembali melakukan hal-hal
yang biasa, kita beranggapan karena kita ini pelayan Tuhan tidak selayaknya
kita melakukan pekerjaan yang biasa. Ada yang merasa takut meninggalkan
panggilannya, tapi ada pula yang sesungguhnya menganggap rendah pekerjaan
biasa. Ini yang penting kita ketahui, asalkan halal tidak ada pekerjaan yang
hina di mata Tuhan sebaliknya ada kemuliaan tersendiri dalam pekerjaan yang
biasa, pekerjaan yang tidak berkaitan langsung dengan pemberitaan firman, dalam
pekerjaan biasa motivasi mengikut Tuhan akan kembali dimurnikan dan di dalam
pekerjaan biasa inilah kesetiaan kepada Kristus kembali diuji. Tuhan memilih
skenario biasa untuk hadir di dalam hidup Petrus dan memanggilnya kembali,
kendati bertanya-tanya tapi Petrus tidak mencari-cari panggilan Tuhan, dia
kembali menjalankan hidupnya seperti biasa dan melakukan pekerjaan biasa yaitu
melaut dan menangkap ikan, namun semua ini tidak luput dari mata Tuhan, Dia
melihat dan menghadirkan diri-Nya di dalam kerutinan hidup.
DL : Jadi tidak spektakuler.
PG : Sama sekali tidak.
DL : Semua dalam hal yang biasa.
PG : Sangat biasa, betul.
GS : Memang seperti Petrus asalnya
seorang nelayan, jadi dia punya keterampilan untuk menangkap ikan, melaut dan
sebagainya tapi ada hamba Tuhan tertentu atau pekerja di gereja yang memang
tidak punya pekerjaan lain jadi sejak awal itu saja yang dikerjakan. Jadi dia
tidak punya keterampilan lain untuk mengerjakan sesuatu yang biasa. Jadi mau
tidak mau dia akan terbawa, harus mengerjakan apa yang dia bisa kerjakan.
PG : Memang mungkin sekali dia tidak
memunyai keterampilan tertentu itu memang betul. Tapi kebanyakan para pelayan
Tuhan setidak-tidaknya lulus SMA, setidak-tidaknya bisa mengerjakan pekerjaan
yang kebanyakan dilakukan oleh para pekerja entah itu bisa menulis, bisa menambah,
mengurang, mengali, membagi, menawarkan barang dan mungkin mengerjakan
pekerjaan yang bersifat manual atau bisa dilatih untuk mengerjakan pekerjaan
tertentu. Jadi yang penting adalah adanya kesediaan. Jadi jangan sampai seorang
pelayan Tuhan menolak dan berkata, “Tidak, saya sudah dikuduskan Tuhan dan saya
hanya boleh melakukan hal seperti ini” tidak! Tuhan menghadirkan diri-Nya
dihadapan Petrus tatkala dia sedang melaut dan bukan tatkala dia sedang
berkhotbah. Tidak sama sekali ! Dia sedang melaut dan di tengah laut itulah
Tuhan menghadirkan diri-Nya dan kemudian disitulah Tuhan membangkitkan kembali
dari kejatuhannya. Jadi Tuhan hadir di dalam hal yang kita anggap biasa sebab
memang ada kemuliaan di dalam hal-hal yang biasa asalkan Tuhan hadir di situ.
GS : Tapi mungkin perasaan malu yang lebih besar menguasai
seseorang, yang tadinya biasa berdiri di depan jemaat, khotbah, mengajar, lalu
sekarang harus mengerjakan pekerjaan yang relatif menurut dia kasar.
PG : Betul. Tapi justru itulah sebuah
sikap yang menyatakan bahwa rendah hati dan saya tidak layak menerima semua
ini. Jadi kalau Tuhan memutuskan untuk mengambilnya kembali maka saya terima
itu, saya tidak punya hak untuk menduduki atau mengklaim itu.
DL : Saya ingat Paulus adalah hamba Tuhan
tapi dia juga bekerja dengan menjual tenda. Kalau saya memerhatikan itu, hamba
Tuhan sekarang kalau dia tidak dipanggil lagi oleh gereja, dia bisa berjualan,
dia bisa melakukan untuk memperpanjang hidup. Apa itu salah ?
PG : Sama sekali tidak salah karena
memang tidak ada yang hina dari pekerjaan-pekerjaan biasa sebab memuliakan
Tuhan itu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bukan hanya lewat berdiri di
mimbar, atau mengabarkan firman lewat mimbar, tidak seperti itu.
DL : Asal dia punya hati yang rendah di
hadapan Tuhan.
PG : Betul. Itulah yang memang Tuhan akan
lihat dan sekali lagi yang saya ingin tekankan Tuhan tidak menemui Petrus
kembali tatkala dia sedang berkhotbah, tatkala dia sedang mengadakan mujizat, tidak
seperti itu tapi Dia menemui Petrus kembali tatkala Petrus sedang melaut yaitu
melakukan pekerjaan yang biasa dilakukannya.
GS : Mungkin ada hal lain yang bisa kita
pelajari dari peristiwa ini, Pak Paul ?
PG : Yang ketiga adalah Tuhan mengingatkan
Petrus akan siapakah dirinya melalui sebuah tindakan yang biasa dilakukannya. Kita
tahu bahwa peristiwa serupa pernah terjadi sebelumnya yaitu Tuhan menyediakan
secara ajaib misalnya kita tahu Tuhan memberikan makan kepada lima ribu orang,
bahkan kedua kalinya kepada empat ribu orang, Tuhan menyembuhkan, Tuhan
menyediakan secara ajaib. Ini yang Tuhan lakukan sebelumnya dan Petrus adalah
saksi mata dari semua itu. Sekarang pun Tuhan melakukan hal yang sama yaitu
menyediakan secara ajaib, Tuhan menyuruh Petrus dan teman-teman untuk
melemparkan jala ke air dan akhirnya berhasil dan menampung banyak ikan, secara
ajaib itu terjadi. Jadi lewat tindakan yang biasa dilakukannya yaitu
menyediakan secara ajaib, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya kepada Petrus dan
kita semua tidaklah berubah. Atau lebih tepat lagi lewat tindakan-Nya yang
biasa diperbuatnya untuk dan kepada kita, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya
tidak dipengaruhi oleh kegagalan kita. Besar kemungkinan kalau kita jatuh kita
beranggapan bahwa pastilah sekarang Tuhan sudah berubah, Dia tidak akan
menyayangi kita seperti sediakala, dia pasti marah dan tengah merancang hukuman
yang setimpal dengan dosa kita, mungkin itulah yang terbersit dalam pikiran
kita, kita biasanya tidak menduga bahwa kasih Tuhan tidak beranjak sedikitpun,
bukan saja Ia masih Tuhan yang sama, Ia pun memerlakukan kita tetap sama. Pada kenyataannya
memang bukan Tuhan yang berubah, tapi kita yang berubah. Oleh karena dosa dan
rasa gagal serta rasa malu kita berubah dari dekat dan mengutamakannya dalam
hidup, kita menjadi keras hati dan tidak peduli dengan Tuhan, dari sayang dan
ingin selalu dekat dengan-Nya kita menjadi takut dan enggan berdekatan dengan-Nya.
Yang kita harus ingat adalah kendati kita gagal dan jatuh ke dalam dosa, Tuhan
tidak berubah dan Dia tetap sama, dan lewat perbuatan-Nya yang sama Dia ingin mengingatkan
kita bahwa kasih-Nya tidak berubah, sewaktu Petrus melihat Yesus yang sama, dia
pun memberanikan diri untuk menghampiri-Nya, dia tahu dengan pasti bahwa dia
tidak akan ditolak-Nya dan kita tahu dia langsung terjun ke air menemui Yesus.
GS : Memang pada dasarnya kebanyakan
orang yang melakukan kesalahan takut kepada siapa dia melakukan kesalahan, Pak
Paul.
PG : Betul sekali. Jadi memang Petrus
perlu inisiatif Tuhan, dia mungkin sekali takut dia telah berlaku tidak baik,
tidak terhormat, menyangkal Yesus dan itulah yang Yesus ketahui maka Tuhanlah
yang mengambil inisiatif untuk menjumpainya kembali.
GS : Yang sulit adalah memulihkan
seseorang pada kepercayaan awalnya, yang dia rasa dia sudah jatuh dan tidak bisa
pulih lagi.
PG : Betul. Jadi saya kira dalam
masa-masa ini sudah tentu kita harus terbuka melihat perbuatan kita betapa
buruknya, betapa memalukannya, tapi di pihak lain kita tidak boleh juga terus
termakan oleh bisikan iblis yang berkata bahwa “Tuhan sudah menolak engkau dan
selama-lamanya Tuhan tidak akan menerima engkau lagi” tidak! Selama kita
mengakui dosa kita, kita berkata, “Tuhan saya mau berubah, beri saya kesempatan
yang baru” maka Dia akan mengulurkan tangan dan Dia akan memberikan kepada kita
pengampunan dan kesempatan yang baru.
GS : Memang sulit, Pak Paul, seperti
misalnya suami yang melakukan perzinahan lalu menghadapi istrinya maka dia
punya sikap yang lain. Dia merasa takut, dia merasa bersalah apalagi terhadap
Tuhan yang begitu suci.
PG : Namun kalau memang dia sudah
bertobat, dia seharusnya memberanikan diri datang kepada orang yang bersalah,
kepada orang yang kepadanya dia bersalah dan juga kepada Tuhan, sebab memang
pertobatan menuntut kita untuk mengakui kesalahan kita.
GS : Apakah ada ayat firman Tuhan yang bisa
meyakinkan para pendengar kita bahwa memang Tuhan itu mau menerima kita
kembali.
PG : Saya bacakan dari 1 Yohanes
1:8-10, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita
menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku
dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa
kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan
firman-Nya tidak ada di dalam kita”.
GS : Pak Paul, topik ini yaitu
“Kebangkitan dari Kejatuhan” rupanya masih harus kita perbincangkan ulang pada
kesempatan yang akan datang, ini karena keterbatasan waktu maka kita harus
berhenti pada bagian ini dulu. Jadi kita sangat berharap para pendengar kita
akan bisa mengikuti kelanjutan dari perbincangan ini. Terima kasih Pak Paul, dan
para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah
mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga
(Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang “Kebangkitan
dari Kejatuhan” bagian yang pertama. Kami berharap Anda bisa
mengikuti kelanjutan perbincangan ini pada kesempatan yang akan datang. Bagi
Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi
kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK)
Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org
kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org.
Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya
dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa
pada acara TELAGA yang akan datang.