TELAGA
Dipublikasikan pada TELAGA (https://m.telaga.org)

Depan > Kebangkitan dari Kejatuhan I

Kebangkitan dari Kejatuhan I

Kode Kaset: 
T329A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita pasti telah mendengar ada orang yang berkata bahwa pelayan Tuhan bukanlah malaikat. Sesungguhnya sama seperti malaikat yang dapat jatuh ke dalam dosa, kita pun dapat jatuh ke dalam dosa. Tidak peduli apa pun jabatan kita—pendeta, majelis, pengurus, ataupun aktivitis—kita adalah darah dan daging yang terbuat dari dosa. Kita bisa jatuh dan mungkin pernah jatuh. Pembahasan ini memaparkan tindakan Tuhan kepada pelayan-Nya yang jatuh dan di sini Petrus digunakan sebagai ilustrasi dari kebangkitan tersebut.
Audio
MP3: 
3.4MB [1]
Play Audio: 
Your browser does not support the audio element.
Transkrip

 

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang “Kebangkitan dari Kejatuhan”. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

 

GS :   Pak Paul, siapapun orangnya entah itu rasul, entah itu pejabat gerejawi, entah dia pejabat negara pasti pernah mengalami kegagalan sehingga orang berkata “Kegagalan itu lumrah, yang penting adalah bagaimana seseorang itu bangkit dari kejatuhannya”. Di dalam hal ini, ada sebagian orang Kristen yang menganggap bahwa “Tidak boleh orang kristen jatuh karena ada kekuatan dari Tuhan, ada Roh Kudus di dalam dirinya” jadi tidak boleh sampai melakukan dosa-dosa tertentu apalagi yang memalukan dan mencemarkan nama Tuhan. Menurut pendapat Pak Paul sendiri bagaimana ?

PG :   Sudah pasti kita seharusnya memberikan tuntutan kepada para pelayan Tuhan untuk hidup kudus, jadi kita tidak boleh meremehkan masalah kekudusan ini. Jadi sudah sepantasnya para hamba Tuhan ditempatkan di posisi yang lebih sulit karena memang mereka harus menjadi wakil Tuhan di bumi, namun tetap mereka bukanlah orang-orang yang sempurna dan mereka pun bisa jatuh ke dalam dosa jadi apa yang harus kita lakukan setelah rekan-rekan kita jatuh ke dalam dosa adalah sesuatu yang harus kita gumulkan bersama sebab terpenting adalah bukanlah kejatuhan itu, tapi apakah yang kita perbuat setelah kejatuhan itu. Dan ini yang akan kita coba lihat di firman Tuhan dan dari firman Tuhan ini kita akan memeroleh pedoman apa yang harus dilakukan.

DL :   Tapi saya berpikir, “Kenapa Pak Paul mereka bisa jatuh padahal mereka orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa” dan apakah karena mereka terlalu mengandalkan dirinya. Dan faktor apa yang menyebabkan mereka jatuh ?

PG :   Memang banyak penyebabnya dan sudah tentu yang terjadi adalah umumnya sebuah degradasi atau penurunan kwalitas kehidupan rohani dengan Tuhan, kedekatan dengan Tuhan sehingga perlahan-lahan hati nurani mulai tidak terlalu berfungsi, sehingga suara Tuhan tidak lagi terlalu didengarkan, lebih banyak misalkan mengandalkan kekuatan sendiri atau ada orang yang semakin takabur, sombong sehingga semakin tidak mengindahkan suara yang Tuhan kirimkan lewat misalnya teman atau saudara atau istri atau suami sendiri. Jadi ada banyak sekali faktor yang terlibat yang membuat kita akhirnya bisa jatuh. Namun kita kalau lihat di firman Tuhan bukankah kita akan menemukan begitu banyak hamba Tuhan yang jatuh ke dalam dosa. Misalkan yang kita kenal adalah Raja Daud, dia bisa juga jatuh sebegitu dalamnya. Salah satu bagian firman Tuhan yang memuat tentang apa yang Tuhan lakukan kepada hamba-Nya yang jatuh adalah di Yohanes 21, di situ ditulis tentang apa yang Tuhan Yesus lakukan terhadap Simon Petrus setelah Tuhan bangkit dari kematian dan menemui Petrus. Kita tahu Injil ini dicatat oleh Yohanes sendiri dan dia selalu menyebut dirinya sendiri sebagai murid yang dikasihi Tuhan tanpa menyebut dirinya sendiri, pada bab terakhir ini dari Injil yang ditulisnya Yohanes menyoroti sahabatnya dan sesama murid Kristus yang bernama Petrus. Yang menarik di sini adalah ternyata di semua kitab Injil tidak ada apa yang ditulis oleh Yohanes di sini, ternyata hanya Yohanes yang satu-satunya mencatat peristiwa yang kita ketahui di Pasal 21 ini yaitu Yesus berbicara dengan Simon Petrus dan juga para murid-murid-Nya dan juga mereka pergi berlayar mencari ikan dan tidak mendapatkan ikan dan sebagainya, itu hanya dicatat di kitab Injil Yohanes. Bagi saya kenyataan Yohanes mencatatnya menunjukkan bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikannya yaitu dia adalah teman dekat Petrus, Yakobus, kita tahu Yakobus tidak berumur panjang dibunuh oleh Raja Herodes. Jadi hanya Petrus dan Yohanes yang tersisa di dalam lingkaran yang terdekat dengan Kristus. Jadi tampaknya secara khusus Yohanes sengaja mengangkat cerita ini untuk memberitakan kepada kita semua tentang akhir relasi Yesus dan Petrus, yang merupakan sebuah akhir yang sangat indah karena ini adalah sebuah peristiwa yang terjadi setelah kejatuhan Petrus menyangkal Yesus. Jadi kita lihat di sini ada begitu banyak hal yang indah yang Tuhan lakukan kepada Petrus dan inilah yang kita coba untuk pelajari.

GS :   Ini tentu bukan suatu hal yang kebetulan bahwa hanya Yohanes yang mencatat peristiwa kejatuhan Petrus ini, dan penulis Kitab Suci juga mencatat kejatuhan hamba Tuhan yang lain, tadi Pak Paul katakan ada Raja Daud, Salomo, bahkan Abraham yang disebut Bapa orang beriman. Sebenarnya apa yang mau Tuhan sampaikan kepada kita bahwa kejatuhan-kejatuhan orang-orang besar tetap dicatat di dalam Kitab Suci.

PG :   Yang pertama dalam Tuhan akan ada pengampunan, itu suatu berita yang luar biasa yang kita terima dari Tuhan bahwa ada pengampunan asalkan kita mau bertobat. Saya percaya Yohanes dengan sengaja khusus mencatat peristiwa ini agar kita semua tahu bahwa hidup Petrus tidak berakhir dengan kejatuhannya, Yohanes ingin agar kita menyaksikan sebuah akhir yang indah bahwa hidup Petrus berakhir dengan kebangkitan-Nya, kebangkitan Kristus dari kematian memungkinkan Petrus dan kita semua mengalami kebangkitan dari kejatuhan. Pertanyaannya adalah bagaimanakah Kristus membangkitkan Petrus dari kejatuhannya ? Jika kita perhatikan dengan seksama, ada beberapa hal yang Tuhan ambil. Kita coba lihat yang pertama, pertama Tuhan bertindak sesuai dengan waktu-Nya, kita perlu mengakui bahwa setelah kita berdosa kita ingin cepat-cepat dipulihkan dan tidak salah kita ingin cepat-cepat dipulihkan. Jadi kalau kita tahu kita jatuh ke dalam dosa kita harus mengakui dosa dan bertobat dengan segera, jangan berlama-lama mengakui kesalahan dan jangan menunda untuk berubah. Tapi kita janganlah meremehkan kasih karunia Tuhan dan jangan menyepelekan panggilan-Nya, jangan gegabah menganggap bahwa “Tuhan sudah pasti ingin agar kita dengan segera kembali melayani-Nya seperti dahulu” tidak! kita harus menunggu waktu Tuhan sebab panggilan untuk melayani-Nya adalah anugerah dari-Nya semata, sebagaimana dapat kita lihat Tuhan tidak serta merta menyatakan dirinya kepada Petrus setelah Dia bangkit, tapi Tuhan memberikan kesempatan pertama kepada Maria Magdalena, kesempatan kedua juga tidak diberikan kepada Petrus melainkan kepada Kleopas dan seorang murid lain dalam perjalanan ke Emaus. Kesempatan ketiga barulah diberikan kepada Petrus namun tidak secara pribadi melainkan secara kolektif, ketika Tuhan menampakkan diri kepada para murid dalam ruang tertutup. Kendati menyatakan diri kepada para murid namun sesungguhnya sasaran utamanya adalah Tomas yaitu murid yang meragukan kebangkitan Kristus. Dengan kata lain, dapat kita simpulkan tiga kali Tuhan menyatakan diri, tiga kali Tuhan tidak berkata apa-apa kepada Petrus. Dapat dibayangkan betapa inginnya Petrus menendengar Kristus berkata sesuatu kepadanya sebab pertemuan terakhirnya dengan Kristus sebelum penyaliban diisi dengan penyangkalannya namun Kristus tidak berkata apa-apa kepadanya dalam tiga perjumpaan itu. Jadi dari sini dapat kita simpulkan bahwa pertobatan memang harus segera, tetapi pemanggilan kembali tidak harus segera karena Tuhan yang memanggil, Tuhanlah yang menentukan waktunya, kita tidak memunyai hak apapun untuk menuntut Tuhan kembali memakai kita dan Tuhan tidak memunyai kewajiban apa pun untuk kembali memakai kita.

GS :   Tapi itu juga tergantung dari tingkat kejatuhan seseorang. Ada orang yang bisa cepat pulih dan Tuhan cepat pulihkan dia untuk tetap melayani, Pak Paul.

PG :   Memang sudah tentu bergantungnya pada kwalitas atau kadar kejatuhan itu memang ada yang sederhana ada yang berat, ada yang memengaruhi hajat satu orang, ada yang memengaruhi hajat banyak orang. Jadi semua harus diperhatikan faktor-faktor yang terlibat di dalamnya namun sikap kita yang harus kita miliki adalah bukanlah sikap penuntut Tuhan untuk kembali dengan cepat memulihkan kita dan seolah-olah menganggap enteng apa yang telah kita lakukan. Jadi kita harus menyikapi sedemikian rupa sehingga bagi kita dosa sekecil apa pun tetaplah dosa yang serius. Waktu Daud misalkan harus lari dari kota Yerusalem karena putranya sendiri Absalom hendak merebut takhtanya dan hendak membunuhnya, memang wakilnya atau anak buah menanyakan apakah perlu kita membawa tabut perjanjian, Daud menolak dan Daud berkata, “Tinggalkan di Yerusalem, kalau Tuhan menghendaki saya kembali, saya pasti kembali tapi kalau tidak maka tidak”, sebab Daud menyadari ini adalah akibat dari dosa yang dilakukannya dahulu. Jadi dia tidak menuntut apapun dari Tuhan dan dia tidak berkata, “Tuhan saya sudah melayani-Mu sedemikian lama,  masakan gara-gara dosa saya saya langsung disingkirkan dari takhta dan tidak boleh memerintah” tidak seperti itu! Dia langsung dengan rela meninggalkan Yerusalem sebab dia percaya kalau memang Tuhan menghendaki dia keluar dari Yerusalem dan digantikan oleh putranya maka dia menerima semua itu, namun kita tahu akhir ceritanya Tuhan tetap menghendaki Daud menjadi raja. Tapi intinya adalah Daud tetap memunyai sikap yang tidak menuntut. Inilah yang juga harus dilakukan oleh para pelayan Tuhan tatkala jatuh ke dalam dosa yaitu tidak boleh menuntut bahwa saya harus dipakai kembali, bahwa gereja harus kembali memakai saya, bahwa Tuhan sudah mengampuni saya maka jemaat Tuhan pun harus dengan segera mengampuni saya, itu yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pelayan Tuhan.

GS :   Bagaimana dia tahu bahwa Tuhan sudah memulihkan dia dan dia sudah boleh melayani lagi, Pak Paul ?

PG :   Jadi memang sebaiknya kalau kita tahu hal ini bisa memunyai dampak yang buruk kepada orang dan orang memang sudah ketahui dan kita tahu ini masalah yang serius dan bahkan melibatkan keluarga kita juga, sebaiknya kita meminta waktu untuk berhenti dari pelayanan.

DL :   Mundur dulu.

PG :   Mundur dulu, jadi kita bereskan hidup kita, kita jalani bimbingan dan proses pemulihan sampai kita dapatkan konfirmasi dari orang-orang lain bahwa kita sudah siap melayani-Nya kembali, sebagai contoh yang lain yang bisa saya saksikan adalah Pdt. Golden McDonald dari sebuah gereja di negara bagian Massachusetts di Amerika Serikat, setelah dia jatuh dalam dosa kemudian dia akhirnya meninggalkan pelayanannya di gereja mendapatkan bimbingan, sampai satu titik para pembimbingnya mengatakan, “Baiklah dia sudah siap untuk kembali melayani” tapi tidak diizinkan secara luas dan terbuka, jadi ditempatkan di sebuah gereja di tempat yang kumuh di kota New York, dia disana beberapa tahun akhirnya gereja asalnya melihat pertobatannya yang begitu sungguh dan buah pelayanannya yang begitu baik, akhirnya gereja asalnya memanggil kembali dan dia kembali melayani di sana sampai akhirnya dia pensiun. Jadi mesti mendapatkan konfirmasi, biarlah anak-anak Tuhan yang lain yang memanggilnya. Dan saya masih ingat itulah yang dikatakan oleh Pdt. Golden McDonald setelah dia memang mengundurkan diri dari pelayanannya dan ditanya oleh sebuah majalah Kristen di sana, “Apa rencananya sekarang ?” dan dia katakan, “Saya tidak punya rencana ?” dan ditanyakan, “Bagaimana engkau akan tahu bahwa engkau akan siap dipanggil kembali ?” dan dia menjawab persis seperti itu, “Kalau Tuhan menghendaki saya kembali maka biarlah nanti Tuhan memanggil saya lewat orang-orang atau anak-anak-Nya”. Dan ternyata itu yang terjadi tapi itu tidak cepat, beberapa tahun kemudian barulah terjadi yaitu gereja asalnya memanggil dia kembali.

DL :   Jadi suatu proses, Pak Paul.

PG :   Betul. Jadi itu sebuah proses yang tidak pendek.

DL :   Saya pernah mendengar seorang hamba Tuhan dipakai oleh Tuhan menyembuhkan orang-orang, banyak yang sakit disembuhkan tapi waktu dia pindah ke satu kota ternyata dia memungut bayaran dari kesembuhan itu, akhirnya Tuhan mengambil karunia yang pernah Tuhan berikan. Pada waktu dia kunjungan ke rumah dia katakan, “Saya sudah tidak bisa seperti dulu karena saya salah” dan kemudian dia berhenti. Saya tidak tahu pada masa kini, hamba Tuhan itu penyangkalan mereka seperti apa ? Kapan mereka bisa kembali lagi ? Karena tadi Pak Paul katakan mereka harus segera bertobat seperti Petrus segera bertobat. Bagaimana dengan hamba Tuhan masa kini itu?

PG :   Jadi saya pribadi mendengar cerita Ibu menghargai sikap hamba Tuhan tersebut bahwa dia mengakui dan ini adalah akibat dari mungkin ketamakannya, ketidak berhati-hatiannya, keangkuhannya maka sekarang Tuhan menarik kembali karunia yang telah diberikan kepadanya dan dia menerima itu dan dia berani mengakui itu. Jadi saya kira itu sebuah sikap yang baik, yang sehat dan seharusnya kita pun seperti itu dan kita tidak boleh mengklaim apa yang kita miliki adalah dari kita, tapi sebetulnya adalah pinjaman yang Tuhan berikan kepada kita untuk dipakai bagi kepentingan Tuhan dan kemuliaan Tuhan dan bukan untuk diri kita sendiri.

GS :   Hal yang kedua yang dapat kita pelajari dari kejatuhan Petrus ini apa, Pak Paul ?

PG :   Jika sudah tiba saatnya untuk memanggil kita kembali, Tuhan akan menghadirkan diri-Nya di dalam situasi yang biasa dan bukan luar biasa. Sebagaimana dapat kita lihat di sini Petrus dan teman-temannya berinisiatif pergi melaut menangkap ikan, menangkap ikan kita tahu itu adalah pekerjaan Petrus yang biasa dilakukannya, namun ini yang indah di dalam sesuatu yang biasa inilah Tuhan hadir dan lewat yang biasa inilah Tuhan akhirnya membangkitkan Petrus dari kejatuhannya. Setelah melayani Tuhan adakalanya memang timbul penolakan dalam hati untuk kembali melakukan hal-hal yang biasa, kita beranggapan karena kita ini pelayan Tuhan tidak selayaknya kita melakukan pekerjaan yang biasa. Ada yang merasa takut meninggalkan panggilannya, tapi ada pula yang sesungguhnya menganggap rendah  pekerjaan biasa. Ini yang penting kita ketahui, asalkan halal tidak ada pekerjaan yang hina di mata Tuhan sebaliknya ada kemuliaan tersendiri dalam pekerjaan yang biasa, pekerjaan yang tidak berkaitan langsung dengan pemberitaan firman, dalam pekerjaan biasa motivasi mengikut Tuhan akan kembali dimurnikan dan di dalam pekerjaan biasa inilah kesetiaan kepada Kristus kembali diuji. Tuhan memilih skenario biasa untuk hadir di dalam hidup Petrus dan memanggilnya kembali, kendati bertanya-tanya tapi Petrus tidak mencari-cari panggilan Tuhan, dia kembali menjalankan hidupnya seperti biasa dan melakukan pekerjaan biasa yaitu melaut dan menangkap ikan, namun semua ini tidak luput dari mata Tuhan, Dia melihat dan menghadirkan diri-Nya di dalam kerutinan hidup.

DL :   Jadi tidak spektakuler.

PG :   Sama sekali tidak.

DL :   Semua dalam hal yang biasa.

PG :   Sangat biasa, betul.

GS :   Memang seperti Petrus asalnya seorang nelayan, jadi dia punya keterampilan untuk menangkap ikan, melaut dan sebagainya tapi ada hamba Tuhan tertentu atau pekerja di gereja yang memang tidak punya pekerjaan lain jadi sejak awal itu saja yang dikerjakan. Jadi dia tidak punya keterampilan lain untuk mengerjakan sesuatu yang biasa. Jadi mau tidak mau dia akan terbawa, harus mengerjakan apa yang dia bisa kerjakan.

PG :   Memang mungkin sekali dia tidak memunyai keterampilan tertentu itu memang betul. Tapi kebanyakan para pelayan Tuhan setidak-tidaknya lulus SMA, setidak-tidaknya bisa mengerjakan pekerjaan yang kebanyakan dilakukan oleh para pekerja entah itu bisa menulis, bisa menambah, mengurang, mengali, membagi, menawarkan barang dan mungkin mengerjakan pekerjaan yang bersifat manual atau bisa dilatih untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Jadi yang penting adalah adanya kesediaan. Jadi jangan sampai seorang pelayan Tuhan menolak dan berkata, “Tidak, saya sudah dikuduskan Tuhan dan saya hanya boleh melakukan hal seperti ini” tidak! Tuhan menghadirkan diri-Nya dihadapan Petrus tatkala dia sedang melaut dan bukan tatkala dia sedang berkhotbah. Tidak sama sekali ! Dia sedang melaut dan di tengah laut itulah Tuhan menghadirkan diri-Nya dan kemudian disitulah Tuhan membangkitkan kembali dari kejatuhannya. Jadi Tuhan hadir di dalam hal yang kita anggap biasa sebab memang ada kemuliaan di dalam hal-hal yang biasa asalkan Tuhan hadir di situ.

GS :   Tapi mungkin perasaan malu yang lebih besar menguasai seseorang, yang tadinya biasa berdiri di depan jemaat, khotbah, mengajar, lalu sekarang harus mengerjakan pekerjaan yang relatif menurut dia kasar.

PG :   Betul. Tapi justru itulah sebuah sikap yang menyatakan bahwa rendah hati dan saya tidak layak menerima semua ini. Jadi kalau Tuhan memutuskan untuk mengambilnya kembali maka saya terima itu, saya tidak punya hak untuk menduduki atau mengklaim itu.

DL :   Saya ingat Paulus adalah hamba Tuhan tapi dia juga bekerja dengan menjual tenda. Kalau saya memerhatikan itu, hamba Tuhan sekarang kalau dia tidak dipanggil lagi oleh gereja, dia bisa berjualan, dia bisa melakukan untuk memperpanjang hidup. Apa itu salah ?

PG :   Sama sekali tidak salah karena memang tidak ada yang hina dari pekerjaan-pekerjaan biasa sebab memuliakan Tuhan itu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bukan hanya lewat berdiri di mimbar, atau mengabarkan firman lewat mimbar, tidak seperti itu.

DL :   Asal dia punya hati yang rendah di hadapan Tuhan.

PG :   Betul. Itulah yang memang Tuhan akan lihat dan sekali lagi yang saya ingin tekankan Tuhan tidak menemui Petrus kembali tatkala dia sedang berkhotbah, tatkala dia sedang mengadakan mujizat, tidak seperti itu tapi Dia menemui Petrus kembali tatkala Petrus sedang melaut yaitu melakukan pekerjaan yang biasa dilakukannya.

GS :   Mungkin ada hal lain yang bisa kita pelajari dari peristiwa ini, Pak Paul ?

PG :   Yang ketiga adalah Tuhan mengingatkan Petrus akan siapakah dirinya melalui sebuah tindakan yang biasa dilakukannya. Kita tahu bahwa peristiwa serupa pernah terjadi sebelumnya yaitu Tuhan menyediakan secara ajaib misalnya kita tahu Tuhan memberikan makan kepada lima ribu orang, bahkan kedua kalinya kepada empat ribu orang, Tuhan menyembuhkan, Tuhan menyediakan secara ajaib. Ini yang Tuhan lakukan sebelumnya dan Petrus adalah saksi mata dari semua itu. Sekarang pun Tuhan melakukan hal yang sama yaitu menyediakan secara ajaib, Tuhan menyuruh Petrus dan teman-teman untuk melemparkan jala ke air dan akhirnya berhasil dan menampung banyak ikan, secara ajaib itu terjadi. Jadi lewat tindakan yang biasa dilakukannya yaitu menyediakan secara ajaib, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya kepada Petrus dan kita semua tidaklah berubah. Atau lebih tepat lagi lewat tindakan-Nya yang biasa diperbuatnya untuk dan kepada kita, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya tidak dipengaruhi oleh kegagalan kita. Besar kemungkinan kalau kita jatuh kita beranggapan bahwa pastilah sekarang Tuhan sudah berubah, Dia tidak akan menyayangi kita seperti sediakala, dia pasti marah dan tengah merancang hukuman yang setimpal dengan dosa kita, mungkin itulah yang terbersit dalam pikiran kita, kita biasanya tidak menduga bahwa kasih Tuhan tidak beranjak sedikitpun, bukan saja Ia masih Tuhan yang sama, Ia pun memerlakukan kita tetap sama. Pada kenyataannya memang bukan Tuhan yang berubah, tapi kita yang berubah. Oleh karena dosa dan rasa gagal serta rasa malu kita berubah dari dekat dan mengutamakannya dalam hidup, kita menjadi keras hati dan tidak peduli dengan Tuhan, dari sayang dan ingin selalu dekat dengan-Nya kita menjadi takut dan enggan berdekatan dengan-Nya. Yang kita harus ingat adalah kendati kita gagal dan jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak berubah dan Dia tetap sama, dan lewat perbuatan-Nya yang sama Dia ingin mengingatkan kita bahwa kasih-Nya tidak berubah, sewaktu Petrus melihat Yesus yang sama, dia pun memberanikan diri untuk menghampiri-Nya, dia tahu dengan pasti bahwa dia tidak akan ditolak-Nya dan kita tahu dia langsung terjun ke air menemui Yesus.

GS :   Memang pada dasarnya kebanyakan orang yang melakukan kesalahan takut kepada siapa dia melakukan kesalahan, Pak Paul.

PG :   Betul sekali. Jadi memang Petrus perlu inisiatif Tuhan, dia mungkin sekali takut dia telah berlaku tidak baik, tidak terhormat, menyangkal Yesus dan itulah yang Yesus ketahui maka Tuhanlah yang mengambil inisiatif untuk menjumpainya kembali.

GS :   Yang sulit adalah memulihkan seseorang pada kepercayaan awalnya, yang dia rasa dia sudah jatuh dan tidak bisa pulih lagi.

PG :   Betul. Jadi saya kira dalam masa-masa ini sudah tentu kita harus terbuka melihat perbuatan kita betapa buruknya, betapa memalukannya, tapi di pihak lain kita tidak boleh juga terus termakan oleh bisikan iblis yang berkata bahwa “Tuhan sudah menolak engkau dan selama-lamanya Tuhan tidak akan menerima engkau lagi” tidak! Selama kita mengakui dosa kita, kita berkata, “Tuhan saya mau berubah, beri saya kesempatan yang baru” maka Dia akan mengulurkan tangan dan Dia akan memberikan kepada kita pengampunan dan kesempatan yang baru.

GS :   Memang sulit, Pak Paul, seperti misalnya suami yang melakukan perzinahan lalu menghadapi istrinya maka dia punya sikap yang lain. Dia merasa takut, dia merasa bersalah apalagi terhadap Tuhan yang begitu suci.

PG :   Namun kalau memang dia sudah bertobat, dia seharusnya memberanikan diri datang kepada orang yang bersalah, kepada orang yang kepadanya dia bersalah dan juga kepada Tuhan, sebab memang pertobatan menuntut kita untuk mengakui kesalahan kita.

GS :   Apakah ada ayat firman Tuhan yang bisa meyakinkan para pendengar kita bahwa memang Tuhan itu mau menerima kita kembali.

PG :   Saya bacakan dari 1 Yohanes 1:8-10, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita”.

GS :   Pak Paul, topik ini yaitu “Kebangkitan dari Kejatuhan” rupanya masih harus kita perbincangkan ulang pada kesempatan yang akan datang, ini karena keterbatasan waktu maka kita harus berhenti pada bagian ini dulu. Jadi kita sangat berharap para pendengar kita akan bisa mengikuti kelanjutan dari perbincangan ini. Terima kasih Pak Paul, dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang “Kebangkitan dari Kejatuhan” bagian yang pertama. Kami berharap Anda bisa mengikuti kelanjutan perbincangan ini pada kesempatan yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org [2] kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org [3]. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.

Ringkasan

Kita pasti telah mendengar adagium (pepatah) yang berkata bahwa pelayan Tuhan bukanlah malaikat. Sesungguhnya sama seperti malaikat yang dapat jatuh ke dalam dosa, kita pun dapat jatuh ke dalam dosa. Tidak peduli apa pun jabatan kita pendeta, majelis, pengurus, ataupun aktivitis kita adalah darah dan daging yang terbuat dari dosa. Kita bisa jatuh dan mungkin pernah jatuh. Berikut akan dipaparkan tindakan Tuhan kepada pelayan-Nya yang jatuh.

Yohanes 21 [4] adalah bab terakhir dari Injil Yohanes Injil yang ditulis oleh murid Tuhan yang bernama Yohanes. Di dalam catatan Injil ini Yohanes selalu menyebut dirinya sebagai murid yang dikasihi Tuhan tanpa menyebut namanya sendiri. Yohanes tidak mau menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian sebab memang, tujuan dan obyek penulisannya bukanlah dirinya sendiri melainkan Kristus dan karya-Nya di bumi.

Pada bab terakhir ini Yohanes menyoroti seorang sahabat dan sesama murid Kristus yang bernama, Petrus. Satu hal yang menarik di sini adalah, Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil yang mencatat peristiwa ini. Matius, Markus, dan Lukas tidak mencatatnya. Sudah tentu pastilah mereka mempunyai alasan masing-masing mengapa mereka memutuskan untuk tidak mengikutsertakan peristiwa ini dalam Injil.

Sebagai seorang sahabat tampaknya Yohanes secara khusus mengangkat cerita ini untuk memberitakan kepada para pembaca Injil tentang akhir relasi Yesus dan Petrus. Sebagaimana kita ketahui Petrus berkhianat kepada Kristus lewat penyangkalannya. Kita pun tahu bahwa Petrus sungguh menyesali perbuatannya dan bahwa Kristus telah mengampuninya.

Yohanes mencatat peristiwa ini agar kita semua tahu bahwa hidup Petrus tidak berakhir dengan kejatuhannya. Yohanes ingin kita menyaksikan sebuah akhir yang indah bahwa hidup Petrus berakhir dengan kebangkitannya. Ya, kebangkitan Kristus dari kematian memungkinkan Petrus dan kita semua mengalami kebangkitan dari kejatuhan.

Bagaimanakah Kristus membangkitkan Petrus dari kejatuhannya? Jika kita perhatikan dengan saksama ada beberapa hal atau langkah yang Tuhan ambil.
PERTAMA, TUHAN BERTINDAK SESUAI WAKTU-NYA.
Kita mesti mengakui dosa dan bertobat dengan segera. Jangan berlama-lama mengakui kesalahan dan jangan menunda untuk berubah. Kita harus meninggalkan jalan dosa secepat mungkin.

Sekalipun demikian janganlah kita meremehkan kasih karunia Tuhan dan jangan menyepelekan panggilan-Nya. Jangan gegabah menganggap bahwa Tuhan sudah pasti ingin agar kita dengan segera kembali melayani-Nya seperti dulu. Kita harus menunggu waktu Tuhan sebab panggilan untuk melayani-Nya adalah anugerah dari-Nya semata.

Sebagaimana dapat kita lihat, Tuhan tidak serta merta menyatakan diri-Nya kepada Petrus setelah Ia bangkit. Tuhan memberi kesempatan pertama itu kepada Maria Magdalena. Kesempatan kedua juga tidak diberikan kepada Petrus melainkan kepada Kleopas dan seorang murid lain dalam perjalanan ke Emaus. Kesempatan ketiga barulah diberikan kepada Petrus namun tidak secara pribadi melainkan secara kolektif ketika Tuhan menampakkan diri kepada para murid di dalam ruang tertutup. Kendati Ia menyatakan diri kepada para murid, namun sesungguhnya sasaran utama-Nya adalah Tomas, murid yang meragukan kebangkitan Kristus.

Dengan kata lain, tiga kali Tuhan menyatakan diri, tiga kali Tuhan tidak berkata apa-apa kepada Petrus. Dapat dibayangkan betapa inginnya Petrus mendengar Kristus berkata sesuatu kepadanya sebab pertemuan terakhirnya dengan Kristus sebelum penyaliban diisi dengan penyangkalannya. Namun Kristus tidak berkata apa-apa kepadanya dalam tiga perjumpaan itu.

Jadi, dari sini dapat kita simpulkan bahwa pertobatan memang harus segera, tetapi pemanggilan kembali tidak harus segera. Karena Tuhan yang memanggil, Tuhanlah yang menentukan waktu-Nya. Kita tidak mempunyai hak apa pun untuk menuntut Tuhan kembali memakai kita dan Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa pun untuk kembali memakai kita.

HAL KEDUA YANG DAPAT KITA PELAJARI ADALAH JIKA SUDAH TIBA SAAT-NYA, UNTUK MEMANGGIL KITA KEMBALI, IA AKAN MENGHADIRKAN DIRI-NYA DI DALAM SITUASI YANG BIASA, BUKAN LUAR BIASA.
Sebagaimana dapat kita lihat, Petrus dan teman-teman berinisiatif pergi melaut menangkap ikan. Menangkap ikan adalah pekerjaan Petrus sesuatu yang biasa dilakukannya. Namun, di dalam sesuatu yang biasa inilah Tuhan hadir dan lewat yang biasa inilah Tuhan akhirnya membangkitkan Petrus dari kejatuhannya.

KETIGA, TUHAN MENGINGATKAN PETRUS AKAN SIAPAKAH DIRI-NYA MELALUI SEBUAH TINDAKAN YANG BIASA DILAKUKAN-NYA.
Kita tahu bahwa peristiwa serupa pernah terjadi sebelumnya Tuhan menyediakan secara ajaib. Sekarang pun Tuhan melakukan hal yang sama menyediakan secara ajaib. Lewat tindakan yang biasa dilakukan-Nya, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya kepada Petrus dan kita semua tidaklah berubah. Atau lebih tepat lagi, lewat tindakan-Nya yang biasa diperbuat-Nya untuk dan kepada kita, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya tidak dipengaruhi oleh kegagalan kita.

Kendati kita gagal dan telah jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak berubah. Ia tetap sama dan lewat perbuatan-Nya yang sama, Ia ingin mengingatkan kita bahwa kasih-Nya tidak berubah. Sewaktu Petrus melihat Yesus yang sama, ia pun memberanikan diri untuk menghampiri-Nya. Ia tahu dengan pasti bahwa ia tidak akan ditolak.

KEEMPAT, TUHAN MEMBERI KESEMPATAN KEPADA PETRUS UNTUK MENYATAKAN KASIH-NYA.
Sudah merupakan natur manusia untuk menebus kesalahan. Penebusan membuat kita merasa lega sehingga kita bisa melanjutkan relasi yang terputus. Ketika tahu dengan jelas bahwa itulah Kristus, Petrus langsung melompat terjun ke air. Seakan-akan ia ingin menunjukkan bahwa ia sungguh mengasihi Kristus. Petrus ingin menebus kesalahannya dan Tuhan memberinya kesempatan itu.

Kita pun kerap mempunyai dorongan yang sama ketika jatuh ke dalam dosa, apalagi ketika tahu bahwa Tuhan tetap sama dan telah mengampuni dosa kita. Kita ingin melakukan lebih banyak lagi karya untuk Kristus. Kita melihat diri sebagai orang yang berutang besar yang sekarang telah menerima pengampunan besar. Kita ingin menunjukkan kasih dan syukur kepada Kristus atas pengampunan-Nya namun seringkali tindakan itu bersifat sesaat dan keluar dari kenekadan. Itulah yang terjadi pada Petrus. Ia berbuat berani, merisikokan hidupnya dari kenekadan dan emosi sesaat. Tuhan tetap menerima dan memberinya kesempatan tetapi Tuhan tidak ingin Petrus berhenti di situ.

Tuhan memberinya kesempatan untuk menunjukkan kasihnya kepada Kristus, bukan saja lewat kenekadannya terjun ke air, tetapi juga lewat komitmennya menggembalakan domba-domba Kristus. Tuhan pun menuntut yang sama dari kita. Ia tidak ingin kita berhenti pada semangat sesaat yang termotivasi oleh rasa bersalah atau rasa syukur seketika. Tuhan menghendaki agar kita menyatakan syukur dan kasih kepada-Nya secara permanen.

KELIMA DAN TERAKHIR, TUHAN MEMBERI PESAN YANG PRIBADI.
Pesan atau permintaan pribadi Tuhan kepada Petrus merupakan pertanda yang jelas bahwa Tuhan mempercayainya. Itu sebabnya hanya kepada Petrus, Tuhan Yesus meminta agar ia menggembalakan domba-domba-Nya. Tuhan meminta semua pelayan-Nya untuk menggembalakan domba-domba-Nya namun hanya kepada Petrus, Ia menyampaikannya secara pribadi.

Tuhan tidak mendudukkan Petrus di kursi si sakit; Tuhan mendudukkannya di kursi tabib yang merawat si sakit. Tuhan tahu bahwa diri yang bertobat adalah diri yang efektif untuk memahami dan merawat pendosa lainnya. Pendosa yang telah menjadi petobat adalah orang yang mengerti selak beluk dosa. Ia dapat mengenali dosa dari kejauhan; ia pun mengerti jiwa pendosa lebih baik dari orang lain. Ia tahu artinya lengah; ia tahu artinya takabur; ia tahu artinya menyangkali kelemahan; ia tahu artinya jahat; dan ia tahu artinya hancur. Namun bukan hanya itu. Ia pun paling mengerti anugerah; ia paling mengerti pengampunan; ia paling mengerti kekudusan Tuhan sekaligus kemurahan Tuhan; ia paling mengerti berharap dan menunggu. Itu sebabnya ia adalah orang yang paling efektif mengobati sesama pendosa. Itu sebabnya kepada Petrus dan Petrus-Petrus lainnya Tuhan meletakkan tanggung jawab khusus untuk menggembalakan domba-domba-Nya yang adalah pendosa pula.

Kesimpulan

Yohanes 21 [4] adalah bagian terakhir dari Injil Yohanes. Di penghujung tulisannya, Yohanes ingin menyarikan misi kedatangan Kristus lewat kisah nyata sahabatnya sendiri. Kristus datang untuk orang berdosa. Anak Allah dikecewakan dan dikhianati bukan oleh manusia saja, tetapi juga oleh sahabat-Nya. Pelayan Tuhan adalah sahabat Allah. Kejatuhan merupakan tindak pengkhianatan yang menyakitkan. Namun Yesus datang untuk orang berdosa dan untuk sahabat-sahabat-Nya.

Roma 5:8 [5] Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

 

Pdt. Dr. Paul Gunadi [6]
Audio [7]
Pelayanan/Gereja [8]
T329A [9]

URL sumber: https://m.telaga.org/audio/kebangkitan_dari_kejatuhan_i

Links
[1] http://media.sabda.org/telaga/mp3/T329A.MP3
[2] mailto:telaga@telaga.org
[3] http://www.telaga.org
[4] http://alkitab.sabda.org/?Yohanes+21
[5] http://alkitab.sabda.org/?Roma+5:8
[6] https://m.telaga.org/nara_sumber/pdt_dr_paul_gunadi
[7] https://m.telaga.org/jenis_bahan/audio
[8] https://m.telaga.org/kategori/pelayanan_gereja_0
[9] https://m.telaga.org/kode_kaset/t329a