Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Keagungan Sang Pencipta". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, kadang-kadang karena kesibukan sehari-hari dan rutinitas yang tidak ada habis-habisnya, kita juga sampai lupa bahwa alam semesta itu tidak terjadi begitu saja. Namun ada banyak macam teori tentang terjadinya alam semesta, bagaimana supaya kita bisa menghayati keagungan Tuhan itu lewat ciptaan-Nya ?
PG : Saya ingin membacakan dari Mazmur 8, Mazmur yang memang memberikan kepada kita perspektif tentang kehidupan dan terutama tentang penciptaan itu sendiri. Firman Tuhan berkata, "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya ? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya ? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" Pak Gunawan, Mazmur ini adalah Mazmur yang mengingatkan kita akan tujuan keberadaan kita di bumi ini, kadang-kadang kita hidup rutin sehingga kita kehilangan perspektif akan tujuan keberadaan kita, dari Mazmur 8 ini kembali kita diingatkan akan makna kehidupan itu sendiri yaitu semua nanti harus diteropong dari kacamata Tuhan sebagai Pencipta kita.
GS : Mungkin kita juga tidak bisa menggubah Mazmur seperti Daud yang ahli di bidang itu namun mengapa ada juga orang yang bisa melihat keagungan Tuhan lewat ciptaan-Nya seperti Daud, dan ada orang yang mengabaikan begitu saja serta menganggap sebagai sesuatu yang memang sudah ada dari dulu sampai sekarang akan sama seperti itu, kenapa Pak Paul ?
PG : Terhadap orang yang memang tidak bisa melihat atau tidak mau melihat apa yang ada di balik dari apa yang dilihatnya, misalkan ada orang yang melihat gunung dan hanya berkata, "Itu gunung", atau yang melihat pohon dan hanya berkata, "Itu pohon" ada yang melihat manusia yang begitu kompleks dan hanya berkata, "Itu manusia" dan sampai di situ saja. Tapi ada orang yang akan bertanya, "Siapakah yang menempatkan gunung, siapakah yang menciptakan hewan, tanaman atau pohon, siapakah yang menciptakan manusia, mengapakah manusia yang begitu kompleks bisa ada di dunia ini" kalau misalkan kita berkata, "Itu dari orang tuanya" kalau begitu, "Dari manakah orang tuanya ?" dijawab, "Ya dari orang tuanya lagi dan seterusnya". Ada orang yang tidak mau berpikir jauh dan hanya puas dengan apa yang dilihatnya, kita memang seyogianyalah melihat lebih jauh dari apa yang kita lihat lewat mata kita dan menanyakan dari manakah semua ini, sebab ini yang nanti akan menentukan bagaimanakah semua ini ada yaitu kalau kita percaya pada firman Tuhan, kita yakini bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam semesta beserta isinya.
GS : Jadi sekalipun Mazmur adalah sebuah puji-pujian tapi tetap di dalamnya kita bisa memelajari sesuatu tentang Tuhan. Hal-hal apa yang bisa kita pelajari dari Mazmur 8 ini, Pak Paul ?
PG : Ada sekurang-kurangnya tiga hal yang bisa kita pelajari, yang pertama adalah Mazmur 8 ini mengingatkan bahwa pusat kehidupan adalah Tuhan, bukan manusia. Adakalanya kita sebagai manusia tatkala tengah jaya, kita lupa akan kenyataan bahwa kehidupan adalah ciptaan Tuhan dan berada di bawah penguasaan-Nya, oleh karena keberhasilan yang kita capai kemudian kita menganggap bahwa kita hebat. Kita harus senantiasa mengingat bahwa kita hanya ada di bumi ini untuk sementara, seberapa pun cerahnya bintang kejayaan kita sekarang suatu hari kelak cahaya itu pasti meredup dan akhirnya padam. Seberapa kuatnya diri kita sekarang, suatu waktu kita akan melemah dan membutuhkan bantuan orang.
GS : Yang Pak Paul maksud bahwa sebagai pusat kehidupan kita adalah Tuhan, secara praktisnya bagaimana, Pak Paul ?
PG : Yang pertama hidup itu sebetulnya tidak berpusat pada diri kita artinya semua harus terjadi sesuai dengan keinginan yang kita inginkan atau kita butuhkan, tapi hidup itu berpusat pada Tuhan sendiri. Jadi hidup akan bergerak sesuai dengan keinginan atau rencana Tuhan dan semua yang terjadi hanyalah akan menggenapi keinginan dan rencana Tuhan. Kadang kita melihat diri kita seolah-olah sama besarnya dengan Tuhan sehingga kita beranggapan kehendak dan rencana kita harus terjadi dan rencana atau kehendak Tuhan tidak harus terjadi malah berada di bawah kehendak kita. Ini suatu pemikiran yang salah, kita selalu harus berkata, "Karena Tuhanlah pusat kehidupan maka kehendak dan rencana-Nyalah yang akan terjadi". Jadi hidup berarti tunduk kepada keinginan dan rencana Tuhan.
GS : Kalau begitu bukan pada saat kita jaya saja kita bisa menjadikan diri kita sebagai pusat kehidupan, tapi juga ketika kita misalnya menderita, mengalami kerugian, sementara kita meminta orang lain memerhatikan kita tanpa memerhatikan yang lain. Apakah itu juga menjadikan diri kita sebagai pusat ?
PG : Kita sudah tentu membutuhkan bantuan dan perhatian orang, ini yang saya kira kebutuhan kita manusia, tapi sekali lagi kita tidak boleh menuntut Tuhan supaya Tuhan yang melakukan apa yang kita inginkan, justru kita harus tunduk kepada kehendak-Nya. Jadi apapun yang kita alami, kita harus berkata bahwa "Tuhan saya terima dan Tuhan biarlah kehendak-Mu yang jadi dan bukan kehendak saya". Jadi sekali lagi sebuah pengakuan bahwa Tuhanlah yang menjadi pusat kehidupan, suatu pengakuan yang mengharuskan kita untuk hidup tunduk kepada kehendak-Nya.
GS : Berarti itu membutuhkan sikap kerendahan hati dari kita, Pak Paul ?
PG : Betul sekali. Jadi dengan kata lain, tidak ada tempat bagi kesombongan di dalam hidup dengan Tuhan. Kita tidak bisa sombong sebab kita ini meskipun sekarang kuat suatu hari kita akan lemah, dan sekarang ini kita yang mandiri tidak bergantung kepada orang suatu hari kelak kita akan bergantung kepada orang, kekuatan kita sangatlah sementara dan tidak ada yang kuat selama-lamanya. Itu sebabnya kita harus hidup di dalam kesadaran seperti ini bahwa kita memang kecil dan kita lemah dan kita sementara, jadi selalu bergantunglah kepada Tuhan dan mintalah agar kehendak-Nya yang terjadi dan bukan kehendak kita.
GS : Selain diri kita, kita juga bisa menempatkan suatu berhala sebagai pusat dari kehidupan kita, bukan Allah yang kita sembah di dalam Tuhan Yesus Kristus tapi ada suatu kuasa lain yang kita tempatkan sebagai pusat kehidupan kita, Pak Paul.
PG : Bisa. Misalkan di dalam firman Tuhan, Tuhan memang dengan jelas menyebut misalnya uang atau materi sebagai mammon atau ilah atau sebagai dewa yang bisa merebut perhatian dan penyembahan kita sehingga tidak lagi kita mengutamakan Tuhan karena kita akan mengutamakan harta, materi atau pun uang.
GS : Atau kuasa-kuasa kegelapan yang lain, Pak Paul ?
PG : Atau misalkan kita justru menjauh dari kuasa Tuhan yang terang dan kudus dan kita masuk ke dalam kuasa iblis yang jahat dan kita merendahkan diri kita membiarkan hidup kita dibelenggu olehnya, supaya kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sudah tentu itu juga adalah sebuah kesalahan sebab itu berarti bukan Tuhan lagi yang kita sembah yang menjadi pusat kehidupan.
GS : Jadi melalui Mazmur 8 ini, sebenarnya kita diingatkan untuk menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita, begitu Pak Paul ?
PG : Betul sekali.
GS : Hal lain yang bisa kita pelajari apa, Pak Paul ?
PG : Mazmur 8 mengingatkan bahwa Tuhan adalah Pencipta alam semesta dan kita hanyalah ciptaan-Nya. Kita tidak tahu dengan pasti bagaimanakah Tuhan menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya, pengetahuan ini memang terlalu luas dan terlalu dalam untuk dapat dicerna oleh manusia, namun kita harus ingat bahwa alam semesta beserta isinya tidak muncul dengan sendirinya, lewat proses alamiah atau faktor kebetulan. Bila demikian kita pun harus menyadari bahwa kita bertanggung jawab kepada Pencipta kita, tidak ada seorang pun yang hidup sedemikian bebasnya sehingga dia tidak akan harus memertanggungjawabkan perbuatannya, suatu hari kelak kita akan berdiri di hadapan Tuhan Yesus dan memberi pertanggungjawaban atas semua yang telah kita perbuat.
GS : Mengenai teori penciptaan yang bermacam-macam, sikap kita sebagai orang Kristen bagaimana, Pak Paul ?
PG : Kita memang tidak tahu bagaimanakah dengan pastinya, dengan mendetailnya cara Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya ini. Alkitab hanya menegaskan bahwa Tuhanlah yang menciptakan. Maka misalnya Dia menciptakan dalam satu hari seperti yang kita kenal atau suatu masa yang di bahasakan satu hari di dalam firman Tuhan, itu adalah hak Tuhan sebab Dialah yang tahu dengan pasti. Bagi kita sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak perlu mematok "pasti Tuhan tidak menciptakannya dalam waktu 1 hari 24 jam, pastilah lebih lama atau kebalikannya", itu tidak benar! Karena pengetahuan ini terlalu luas. Jadi bagaimana kita bisa memahaminya, tapi yang terpenting adalah kita tahu Alkitab dengan jelas, tidak dengan ragu-ragu menyatakan Tuhanlah yang menciptakan semuanya yang ada di dalam alam semesta ini, inilah dasar iman kita bahwa Tuhan adalah Pencipta, dan kita hanyalah ciptaan. Kita bukanlah Pencipta tapi kita adalah orang atau manusia yang diciptakan Tuhan sehingga kita bertanggungjawab kepada Dia sebagai Pencipta kita. Jadi kita tidak hidup bebas seperti yang kita inginkan atau bayangkan sebab suatu hari kelak kita harus memertanggungjawabkan perbuatan kita kepada-Nya.
GS : Jadi yang terpenting bukan bagaimana alam semesta ini terwujud, tapi siapa yang mewujudkan ini semua yang harus kita ketahui.
PG : Betul sekali. Belum lama ini saya membaca sebuah ulasan dari seorang ahli fisika dari Inggris, John Volkinghorn yang menegaskan bahwa kehidupan seperti yang kita kenal sekarang ini berusia sekitar 10 miliar tahun, tapi sebetulnya kehidupan itu sendiri berusia sekitar 14 miliar tahun dan siapa yang bisa mengukur waktu dengan tepat atau pasti, tidak ada yang dapat memastikannya. Tidak ada ! Semua adalah perkiraan. Jadi yang bisa kita simpulkan adalah bahwa alam semesta ini sudah ada untuk waktu yang sangat panjang dan inilah makna dari kekekalan itu sendiri, tidak ada awal tidak ada ujung berarti sangat panjang sekali. Memang Tuhan yang mengawali tapi kapan Dia mengawali, kapan Dia menciptakannya memang adalah rahasia Tuhan sendiri.
GS : Kalau begitu hal apa yang dapat kita pelajari melalui Mazmur 8 ini, Pak Paul ?
PG : Hal kedua yang bisa kita petik adalah kita harus hidup berhati-hati, jangan hidup sembarangan, jangan menganggap bahwa kita adalah orang yang dikecualikan Tuhan jadi kita bebas berbuat apa pun, kita tidak takut siapa pun, jangan sampai kita hidup seperti itu. Kita harus ingat Tuhan adalah Hakim yang Maha tahu dan Maha adil tatkala kita berdiri dihadapan-Nya kita tidak bisa berkelit atau berdalih. Jadi hiduplah dengan kesadaran bahwa Tuhan mengawasi semua perbuatan kita dan suatu hari kelak kita harus memertanggungjawabkan semuanya dan bukan sebagian.
GS : Yang Pak Paul maksudkan dengan memertanggungjawabkan ini seperti apa ?
PG : Artinya Tuhan nanti akan menuntut pertanggungjawaban kita akan semua yang kita telah katakan atau lakukan, jadi apakah itu sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan ataukah itu sesuatu yang melawan kehendak Tuhan, nanti Tuhan akan menanyakannya dan menuntut tanggungjawab kita terutama untuk hal-hal yang kita lakukan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Jadi jangan sampai kita beranggapan, "Nanti saya akan lolos dan saya tidak akan dihukum oleh Tuhan, nanti Tuhan akan mengecualikan saya" tidak ! Setiap dosa yang kita lakukan memang nanti harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
GS : Seringkali orang bersikap secara acuh tak acuh dan berkata, "Itu nanti urusan belakang karena kita semua nantinya tidak tahu". Bagaimana sikap seperti ini ?
PG : Itu adalah sebuah pikiran pendek, tidak mau mengingat, tidak mau memikirkan supaya tidak merasa terganggu oleh apa yang telah dilakukan-Nya, ini adalah sebuah kesalahan yang besar sebab apakah kita mau memikirkannya atau tidak, fakta itu akan terjadi bahwa Tuhan dengan jelas mengatakan, "Ia akan menuntut pertanggungjawaban kita". Dia adalah Hakim yang adil dan tema yang mengalir dengan jelas di Alkitab dari depan sampai belakang. Berarti kita harus menghadap Dia, kita tidak mau memikirkan tidak berarti Tuhan lenyap dan tidak akan nantinya menghakimi kita, tetap Dia akan tetap ada dan penghakiman itu akan diberlakukan atas diri kita.
GS : Kalau Tuhan meminta pertanggungjawaban dari kita, tidak ada seorang pun yang bisa meloloskan diri, Pak Paul ?
PG : Tidak bisa. Kita tidak bisa menuding orang menyalahkan orang, kita tidak bisa berkelit, "Saya tidak tahu dan sebagainya" sebab penghakiman Tuhan itu sangat adil. Kalau sungguh-sungguh tidak kita ketahui, maka Tuhan juga tidak akan menghakimi kita seolah-olah kita ketahui itu. Jadi apa yang nanti Tuhan lakukan itu adalah hal yang sudah sangat tepat dan pas sehingga tidak ada satu orang manusia pun yang memang bisa berkelit dan lolos dari penghakiman Tuhan.
GS : Katakan orang itu belum pernah mendengar Injil, belum pernah membaca Kitab Suci, tetapi melalui alam ciptaan sebetulnya manusia sudah diingatkan bahwa manusia harus bertanggungjawab atas apa yang diperbuat.
PG : Dan satu lagi adalah lewat hati nurani yang Tuhan tempatkan di dalam hati kita. Jadi Tuhan menempatkan hati nurani dengan sebuah tujuan tertentu yaitu yang pertama untuk memandu kehidupan kita, yang kedua adalah sebagai sebuah peringatan kalau nanti kita melawan-Nya maka Tuhan akan menggunakan nurani itu sebagai dakwaan yang Tuhan berikan kepada kita.
GS : Di dalam Mazmur 8 ini tentu banyak pelajaran lain yang bisa kita dapatkan. Apakah ada pelajaran lain yang bisa kita dapatkan, Pak Paul ?
PG : Ada satu lagi yang bisa kita pelajari yaitu Mazmur 8 mengingatkan kita akan keagungan Tuhan, Tuhan Allah adalah Pencipta yang Maha mulia, artinya begitu tak terbatas karya ciptaan-Nya. Sebagai gambaran supaya kita benar-benar bisa mengerti kemuliaan dan keagungan Tuhan, kita simak data berikut ini. Saya menemukannya dan saya mau membagikan kepada para pendengar kita data seperti ini:
• Jarak dari bumi ke bulan adalah 240.000 mil (1 mil = + 4 km itu berarti hampir 1 juta km, jarak dari bumi ke bulan dan ini sebetulnya jarak yang paling dekat).
• Jarak dari bumi kita ke matahari adalah 93 juta mil (kalau tadi 240.000 mil sekitar 1 juta km berarti 93 juta mil x 4 berarti 300 juta km lebih jarak dari matahari ke bumi kita).
• Jarak dari bumi kita ke sebuah bintang yang bernama Alpha Entauri, bintang ini adalah bintang yang paling dekat dengan bumi jaraknya adalah 25 biliun mil. Jadi hampir 100 biliun mil jarak dari bumi kita ke bintang yang paling dekat.
• Jarak dari bumi ke bintang yang berada di gugusan terjauh dalam galaksi kita yang disebut Galaksi Milky Way 100.000 tahun kecepatan cahaya (kecepatan cahaya adalah 186.000 mil/detik) jadi hampir sekitar 700.000 km/detik itu kecepatan cahaya. Ini jaraknya 100.000 tahun dan bukan detik atau menit, atau hari atau minggu tapi tahun. Jadi bagaimana menghitungnya jarak dari bintang di dalam gugusan atau dalam Galaksi Milky Way ke bumi kita.
• Jarak bumi kita ke Galaksi Andromeda adalah 2 juta tahun kecepatan cahaya.
• Dan masih ada lagi objek angkasa lain atau bintang-bintang atau galaksi lain yang seribu kali lebih jauh daripada Andromeda.
• Satu lagi: Diperkirakan ada 350 milyar galaksi. Jadi 1 galaksi yaitu yang kita kenal galaksi kita sendiri adanya matahari, bulan, bintang ternyata itu hanya satu diantara 350 milyar galaksi.
Ini berdasarkan peneropongan atau alat-alat teknologi yang kita miliki untuk bisa mengukurnya. Berarti kalau alat-alat ini nanti dikembangkan bertambah canggih mungkin saja kita menemukan lebih banyak lagi galaksi. Waktu kita membaca atau mendengar data-data ini maka tidak bisa tidak, kita akan disadarkan betapa terlalu kecilnya kita dan betapa terlalu besarnya Tuhan, sebesar itulah sehingga tidak bisa lagi diukur, sehingga keagungan Tuhan itu tak terbatas.
GS : Memang banyak orang yang mengagumi akan ciptaan Tuhan, akan karya Tuhan seperti itu. Tetapi hanya sebatas mengagumi dan tidak ada tindak lanjut lain selain kagum, apakah hanya dengan kagum saja itu cukup, Pak Paul ?
PG : Tidak cukup dan memang selain dari pengakuan, ketakjuban kita akan keagungan Tuhan dan kemuliaan-Nya, terlebih penting kita harus menyembah-Nya dan memuliakan-Nya lewat kehidupan kita sendiri. Biarlah orang melihat kemuliaan Tuhan lewat kehidupan kita. Jadi bukan hanya mulut kita yang mengagung-agungkan Tuhan, tapi biarlah hidup kita yang memuliakan Tuhan.
GS : Dalam hal ini memang banyak sekali Mazmur yang mengingatkan kita supaya kita mengagungkan kemuliaan Tuhan, mungkin selain Mazmur 8 ada Mazmur yang lain, Pak Paul ?
PG : Saya ingin bacakan sebagai akhir dari Mazmur 50:7-15, "Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku. Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya. Daging lembu jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum ? Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." Jadi apa yang diinginkan Tuhan adalah hidup benar dan hidup dekat dengan-Nya, sewaktu kita hidup benar dan dekat dengan Tuhan, Ia pun akan memberkati dan memberi pertolongan-Nya kepada kita dan dari sinilah keluar syukur kita kepada-Nya dan melalui semua ini kita memuliakan Tuhan.
GS : Jadi wujud syukur kita tidak cukup hanya lewat kata-kata, Pak Paul ?
PG : Betul sekali.
GS : Jadi apa yang bisa kita lakukan ?
PG : Kita harus menjalani kehidupan yang benar yang sesuai dengan kehendak-Nya, kita harus menjadi pelaku dari firman Tuhan sehingga lewat itu semua orang nanti akan melihat bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita dan nanti orang akan memuliakan Tuhan karena melihat kemuliaan Tuhan di dalam diri kita.
GS : Sebenarnya ada banyak Mazmur yang bisa menolong kita untuk memahami akan keberadaan Tuhan, akan kepribadian Tuhan bagi dan kehendak Tuhan bagi kehidupan kita, tetapi kadang-kadang sulit sekali membaca Mazmur dibandingkan misalnya kitab-kitab yang lain, ini sebenarnya kenapa ?
PG : Sudah tentu Mazmur sedikit sulit dicerna karena ditulis dengan gaya puisi. Jadi tidak selalu langsung seperti bahasa prosa. Untuk memahaminya perlu kesabaran, perlu konsultasi membaca dan sebagainya sehingga akhirnya baru bisa mengerti apa yang sebetulnya ingin disampaikan oleh firman Tuhan kepada kita.
GS : Jadi sebetulnya perbincangan kita ini juga menolong para pembaca kita untuk lebih tekun mempelajari, membaca dan melakukan firman Tuhan yang ada di dalam kitab Mazmur. Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Keagungan Sang Pencipta". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.