Menerima Teguran

Versi printer-friendly
Agustus

Menerima Teguran

Ada berbagai tanggapan ketika kita menerima teguran dan kali ini kita akan memerhatikan bagaimana sebaiknya kita mencermati suatu teguran. Mampu menerima teguran dengan baik sama pentingnya dengan menegur dengan baik. Firman Allah tampaknya lebih banyak membahas tentang menerima teguran daripada memberi teguran.

Menerima teguran dengan baik, contohnya di Alkitab dari Amsal 9:8b, "Kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya" dan Amsal 10:17a, "Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan". Sedangkan menerima teguran dengan sikap yang salah contohnya Amsal 1:7b, "tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" dan Amsal 1:23, "Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu".

Menanggapi teguran secara verbal; tidaklah terlalu sulit untuk menanggapi dengan baik ketika seseorang menegur kita dengan lembut dan penuh kasih. Namun, ketika kita diserang atau ditegur dengan cara yang tidak tepat, kita tergoda untuk memberi tanggapan yang tidak tepat juga. Kemarahan, sakit hati atau pembelaan diri cenderung mengambil alih tanggapan kita, bahkan sebelum kita menyadari apa yang sedang terjadi. Namun, kita dapat memelajari pola-pola baru.

Satu prinsip yang bisa menjadi batu penjuru kita yakni: Saat saya ditegur, tanggapan pertama saya adalah menanggapi dengan cara yang memuliakan Allah. Tanggapan kita yang utama dan pertama dalam pikiran, perasaan dan lain-lain memuliakan Allah. I Korintus 10:31 mengatakan "Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah".

Beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan kita untuk menerima teguran dengan baik meliputi:

  1. Memelajari tanggapan-tanggapan yang benar untuk menggantikan tanggapan-tanggapan yang tidak benar.
  2. Membuat komitmen di hadapan Allah untuk menanggapi dengan cara-cara yang benar.
  3. Bergantung pada Allah sebagai sumber kekuatan untuk dapat menanggapi dengan benar.

Ketika seseorang menegur kita dengan kemarahan, tugas pertama kita adalah untuk memberikan tanggapan dengan cara yang diharapkan akan dapat meredakan amarahnya. Itulah tujuan dari strategi-strategi ini.

Namun demikian, kita perlu bersiap bahwa tidak ada usaha yang selalu berhasil. Dengan kata lain, walau kita sudah berusaha memberikan tanggapan dengan cara yang benar, orang tersebut mungkin masih tidak mau menghilangkan kemarahannya. Kita tidak dapat mengendalikan perasaan orang lain atau memaksa mereka untuk menanggapi dengan benar. Roma 12:18 mengatakan "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"

Jika kita menanggapi dengan cara yang benar, kita meningkatkan secara signifikan kemungkinan orang tersebut dapat tenang sehingga kita akan mampu mengatasi masalah yang ada.

Perbedaan antara mengkritik, mengomel dan menegur. Ketiganya bisa sama, tapi bisa juga berbeda. Menegur adalah menyampaikan kebenaran dengan semangat kasih. Menegur bisa tanpa mengomel, dengan tanpa menyakiti orang lain, menegur yang benar tidak "membuang sampah". Mengkritik dengan cara yang benar, tapi dengan semangat membalas dendam juga bisa.

Langkah-langkah praktis untuk bisa menerima teguran dengan baik adalah sebagai berikut :

  1. Tetaplah tenang supaya bisa mengendalikan situasi dengan baik. Hindarilah interupsi dalam pembicaraan.
  2. Berpikirlah sebelum bereaksi.
  3. Dengarkan dengan sungguh-sungguh, mendengar untuk memahami bukan mendengar untuk menjawab.
  4. Berikan respons dengan lembut. Sikap hati kita tidak dikendalikan oleh orang yang menegur. Tanggapan kita bukan dengan semangat membela diri atau membenarkan diri tapi semangat meredakan situasi, menjernihkan keadaan. Sebelum memberi tanggapan, kita menanyakan kejelasan faktanya dan berusaha memahami hal itu dari sudut pandang orang tersebut.
  5. Setujuilah: apa yang benar, hal-hal yang prinsip, hal-hal yang sejalan dengan kebenaran. Jika ada hal-hal yang baik, akuilah sebagai kebenaran.
  6. Berikan umpan balik dengan kasih. Tanggapan dengan penuh kasih. Tidak memasalahkan bagaimana pun sikap orang itu, kita menyampaikan tanggapan kita dengan tenang dan lembut. Kita menyampaikan pandangan kita di saat yang tepat. Kalau pun orang tersebut sakit hati, tersinggung, menyimpan amarah atau kepahitan, kita berusaha menyampaikan empati, sekalipun kita tidak membenarkan perilakunya, tapi kita menghormati perasaannya yang terluka itu.
  7. Berkatilah orang itu, sekali pun dia memusuhi kita, kita tidak usah membalas. Lewat kata-kata kita tetap kita mendoakan agar Tuhan memberkati orang itu. Di balik amarahnya ada perasaan yang kosong, karena tidak mengalami kehadiran Tuhan.
  8. Hindari pertengkaran. Orang yang ingin terus berdebat, saat itu kita mundur. Jika debat dilanjutkan tidak membawa kebaikan apa-apa.
  9. Tawarkan bantuan. Kalau ada sesuatu yang bisa kita bantu, misalnya orang itu kewalahan maka bisa kita bantu. Pilihlah kata-kata yang positif.
  10. Mintalah maaf. Jika kita ada kesalahan, mintalah maaf. Mintalah maaf untuk perasaannya. Kalau perlakuan kita membuat dirinya tersinggung.

Kalau cara orang itu menegurnya salah, kita perlu memikirkan dan mendoakan apakah kita harus menegur atau membiarkannya.

Akhirnya, simaklah firman Tuhan dari I Petrus 2:21-23, "Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil."

Oleh : Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.
Ringkasan audio T 376 A+B
Simaklah rekaman lainnya di www.telaga.org

PERTANYAAN

Saya sering merasa jenuh di rumah karena sudah terbiasa bekerja di luar rumah, jadi kegiatan saya hanya mengurus anak dan suami. Gara-gara jenuh dan bosan bisa menyebabkan diri saya menjadi cepat emosi, marah-marah bahkan tidak sabar menunggu suami di rumah, karena suami bekerja di daerah perkebunan. Bagaimana cara mengatasinya?

Salam : Ibu T.S.

JAWABAN

Menjumpai Ibu T.S.,
Terima kasih untuk surat Ibu serta sharingnya. Memang tugas dalam rumah tangga yang rutin bisa menyebabkan kejenuhan. Berhubungan dengan pekerjaan rumah yang itu-itu saja, mengurus anak, mengajar anak yang belajar dari rumah, secara perlahan tapi pasti akan menyedot energi dan emosi. Pertanyaan tentang bagaimana mengatasi perasaan jenuh dapat saya sarankan sebagai berikut:

  1. Anda perlu belajar beradaptasi dulu dalam arti berdamai dulu dengan situasi yang baru ini. Biasa sibuk kerja, di luar bertemu dengan banyak orang, sekarang kegiatan hanya terbatas di rumah dan mengurus rumah, selain anak dan suami). Beradaptasilah dan berdamailah dengan situasi baru ini. Mulai nikmati dan bersyukur karena tidak semua Ibu rumah tangga bisa mendapat kesempatan seperti ini.
  2. Mulai menyibukkan diri, seperti mulai menata rumah, mengubah dekorasi rumah, berkebun, mulai berkreasi dengan resep masakan baru.
  3. Anda mengaku jadi sering emosi dan tidak sabar. Saran saya berikutnya adalah : lakukanlah refreshing bersama suami dan anak apabila memungkinkan, misalnya ke laut yang sepi (jarang dikunjungi orang), bersepeda bersama pada saat suami libur.
  4. Terakhir jangan menjauh dari Tuhan. Anda harus memiliki waktu untuk berdoa dan membaca firman Tuhan. Karena Tuhanlah sumber kelegaan Anda. DIA sumber ketenangan Anda di tengah kejenuhan hidup Anda.
    Saya akhiri jawaban ini dengan Mazmur 42:5, "Pengharapan kita ada pada Allah", pertolongan Anda ada pada Allah. Mudah-mudahan bisa membantu Ibu mengatasi kejenuhan.
Salam : Esther J. Rey, M.Th



Sharing
(Ibu Hana D. Simanjuntak)

Radio Pemulihan Kasih (RPK) FM di Bajawa – Flores telah menyiarkan program Telaga sejak akhir tahun 2007. Telaga disiarkan setiap hari pk. 11.00 WITA (atau pk.10.00 WIB). Pada tahun 2015 mereka telah menyelesaikan pengurusan Izin Prinsip Penyiaran tetap. RPK FM menjangkau Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Ngada, sebagian Kab. Manggarai Timur dan sebagian Kab. Ende. Untuk memenuhi biaya operasional RPK FM mereka mengajak semua mitra kerja untuk mengambil bagian meringankan biaya operasional tersebut dan mulai pertengahan Juni 2015, Telaga memberikan dana partisipasi sejumlah Rp 500.000,-/bulan. Menurut Ibu Pdm. Hana Dahlia Simanjuntak, pemilik saham dan salah seorang penyiar radio tersebut, disamping biaya operasional radio, mereka juga mengadakan penginjilan.


Yohanes Ngadu



Pada tanggal 12 Agustus 2020, Ibu Hana D. Simanjuntak mengirimkan foto Sdr. Yohanes Ngadu, seorang pemuda asli Bajawa yang hari itu wisuda di Sekolah Penginjil Bethel, Seminari Bethel Jakarta secara online. "Terima kasih untuk kerjasama kita selama ini, sudah banyak jiwa yang dimenangkan lewat Radio RPK FM Bajawa" dengan nada terharu.

Demikian sharing Ibu Pdm. Hana D. Simanjuntak melalui whatsApp.





Akhir-akhir ini kita sangat sering mendengar kalimat "Jangan lupa bahagia". Kata "bahagia" dalam bahasa Inggris "happiness" berasal dari akar kata "happening" yang berarti keadaan, jadi "happiness" berarti kebahagiaan karena adanya kejadian yang terjadi di luar diri kita, dan tentu saja apa yang terjadi tidak dapat kita kontrol. Jadi jika keadaan di luar diri kita buruk, tidak pasti dan suram, masihkah kita mampu bahagia? Ada satu kata di dalam Alkitab yang menggambarkan rasa bahagia yang memiliki makna lebih dalam yaitu "sukacita" dalam bahasa Inggris "Joy". Sukacita adalah perasaan tenang di tengah badai. Sukacita sangat dalam di hati kita yang tidak bergantung pada situasi dan kondisi.

David A. Seamands dalam bukunya "Healing for Damaged Emotions" mengatakan bahwa "perasaan dapat menjadi badai," namun ada juga perasaan batin yang benar atas kehendak Allah, itulah sukacita. Seorang yang memiliki sukacita memeroleh ketenangan batin walau badai hidup melandanya, sukacitanya muncul bukan karena ada sesuatu yang terjadi di luar dirinya melainkan karena sukacita itu memang ada di dalam dirinya. Perasaan sukacita orang percaya bukan berarti membuatnya menyangkali perasaan sedihnya apabila doanya belum dikabulkan oleh Tuhan. Contoh pada masa pandemi ini kita sudah menjaga diri kita dengan baik, menuruti protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Kita berdoa agar Tuhan melindungi dan menjaga diri kita dan keluarga, tapi akhirnya kita atau keluarga terjangkit virus mematikan tersebut. Kira-kira bagaimana perasaan kita? Tentu saja kita bersedih atas sesuatu yang terjadi di luar apa yang kita harapkan. Namun sukacita yang ada dalam hati membuat kita tenang karena dapat menangis di kaki Bapa yang mengerti setiap keluh kesah kita dan tahu bagaimana menolong kita. Jadi sekali pun Tuhan tidak pernah menghendaki kita sakit namun kadangkala Tuhan izinkan ada penderitaan agar kemuliaan-Nya dinyatakan. Akhirnya lebih baik saya katakan kepada diri saya dan saudara "Jangan Lupa Sukacita."


"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi

kukatakan Bersukacitalah!" (Fil. 4:4).


Artikel dibuat oleh Pdt. Nancy R. Timisela, M.Th.
Salah seorang konselor dari
Pusat Konseling Telaga Kehidupan Sidoarjo
yang berdomisili di Malang

Bersyukur kita bisa mengakhiri bulan kedelapan tahun 2020, bulan Agustus 2020 mengingatkan kita akan 75 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Kali ini sebulan penuh bendera merah putih dipasang.
  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Shepherd of Your Soul (SYS) sejumlah US$ 2,000, sesuai penjelasan Bp. Paul Gunadi diberikan untuk Pusat Konseling Telaga Kehidupan di Sidoarjo US$ 1,000 dan pelayanan Telaga US$ 1,000.
  2. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 500.000,- .
  3. Bersyukur ada 20 orang konselor yang mengikuti kuliah intensif di STT SAAT (program M.K. menjadi M.Th.) telah berhasil lulus dan diwisuda secara daring pada hari Jumat, tanggal 28 Agustus 2020 sekaligus pergantian Ketua STT SAAT. Enam konselor di antaranya adalah Pdt. Esther J.Rey, M.Th., Shelfie Tjong, M.Th., Hendra, M.Th., Hanny Hernajanti Gandasasmita, M.Th., Stella Kurniawan, M.Th.(mantan pemandu acara rekaman Telaga yang kini berada di Singapura) dan Sri Wahyuni Tjokrodiredjo, M.Th. (Ketua PKTK Sidoarjo).
  4. Doakan untuk kelancaran pengiriman rekaman terbaru ke radio-radio yang telah menunggu.
  5. Doakan untuk pelayanan konseling online oleh tim kerja Telaga Kehidupan di Sidoarjo dan pengembangan Pusat Bina Iman Anak Telaga Kehidupan yang sedang digarap
  6. Kita doakan baik untuk para guru dan murid-murid dalam menghadapi penyesuaian cara belajar yang menuntut kesabaran dan pemahaman dari kedua belah pihak.
  7. Dari sumber IDI (Ikatan Dokter Indonesia) tgl.30 Agustus 2020, ada 100 orang dokter yang meninggal dunia akitbat COVID-19, kita doakan untuk keluarganya. Biarlah kita tetap mendoakan untuk kegigihan para dokter, perawat dan tenaga medis lainnya dalam mengatasi hal-hal yang tidak mudah, terutama di Rumah Sakit yang menyediakan ruang isolasi bagi para pasien yang terkena COVID-19, demikian pula masyarakat yang terkena PHK dan belum mendapatkan pekerjaan baru.
  8. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari donatur tetap di Malang dalam bulan ini, yaitu dari :
    001 – Rp 100.000,-
    006 – Rp 300.000,- untuk 2 bulan