Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Bp. Heman Elia, M.Psi. akan bersama-sama membahas masalah yaitu "Waktu buat Anak". Kami percaya perbincangan kami saat ini akan bermanfaat bagi Anda sekalian dan juga dengan keluarga Anda khususnya, dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Heman, kalau kita berbicara tentang waktu buat anak memang harus diakui makin jarang saja kita mempunyai waktu dengan anak. Tetapi kalaupun kita bisa sempatkan meluangkan waktu buat anak, sebenarnya apa pengaruhnya kepada anak itu, Pak?
HE : Saya kira pengaruhnya cukup besar, jadi kalau orang tua bisa menyediakan waktu secara khusus buat anaknya, itu menunjukkan bahwa orang tua hadir di dalam kehidupan anak. Kehadiran orang tu sangat berarti bagi anak, karena kehadiran itu sendiri mengandung beberapa arti pemberian orang tua yang sangat berarti bagi anak.
Misalnya tentang perlindungan dari orang tua, perhatian. Orang tua juga berfungsi sebagai seseorang yang mengisi hidup anak sehingga anak tumbuh dewasa dan tidak merasa kosong, kesepian di dalam kehidupannya. Kemudian juga orang tua memberi arah hidup dan penanaman nilai-nilai. Selain itu orang tua juga berfungsi untuk mempermudah anak melepaskan diri dari orang tua ketika dewasa kelak. Dalam arti memang pertumbuhan seorang anak pada mulanya itu bergantung kepada orang tua tetapi kalau orang tua hadir, anak akan lebih mudah menjadi mandiri di kemudian hari. Dan hubungan keluarga akan lebih baik kalau orang tua mempunyai waktu yang cukup bagi anak-anaknya.
GS : Sebelum kita lebih jauh Pak Heman, anak ini dalam pengertian usia berapa?
HE : Anak yang sangat membutuhkan waktu dari orang tua tentu saja pada usia balita dan semakin berkurang ketika menjelang remaja. Dan pada waktu remaja meskipun orang tua masih dibutuhkan oleh nak remajanya, kebutuhan anak remaja untuk waktu orang tua semakin berkurang.
GS : Jadi kalau memang waktu itu ditujukan kepada anak, tapi tadi Pak Heman katakan di bagian terakhir salah satu maknanya yaitu hubungan keluarga menjadi lebih baik. Maksudnya bagaimana Pak?
HE : Kalau misalnya orang tua jarang hadir di dalam kehidupan anak, anak mungkin tidak akan protes pada waktu mereka masih terlalu kecil. Tetapi semakin besar semakin anak itu mengerti bahwa orng tua sebetulnya "Lebih memperhatikan diri mereka sendiri daripada memperhatikan anak-anak", anak-anak ini akan menjadi pemberontak-pemberontak dan ada kemungkinan hal ini akan mempengaruhi hubungan suami-istri maupun orang tua dengan anak.
(2) GS : Pada dasarnya memang saya percaya banyak orang tua yang ingin meluangkan waktunya untuk anak, tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Kalau ditanyakan selalu ada saja alasannya, tapi sebenarnya alasan yang timbul dalam diri orang tua ketika dia dituntut katakan harus meluangkan waktu untuk anak-anaknya.
HE: Kalau diamati orang tua kebanyakan mempunyai alasan, misalnya orang tua sibuk karena mencari nafkah dan memang kalau kita melihat sebagian betul juga bahwa keadaan ekonomi sekarang kurang mnguntungkan, sehingga banyak suami-istri yang harus bekerja.
Tetapi saya pikir ini tidak khas pada zaman krismon seperti sekarang ini, karena pada waktu keadaan ekonomi lebih baikpun banyak orang tua yang sangat sibuk untuk mencari kebutuhan materi yang lebih baik. Selain itu juga banyak orang tua saat ini berpendapat bahwa kehadiran orang tua bisa digantikan oleh baby sitter, pembantu, sopir atau mereka hidup bersama opa, oma, om, tante. Bahkan sebagian orang tua merasa cukup memberikan anak-anaknya televisi, playstation dan sebagainya. Sebetulnya ini anggapan keliru yang akan membuat banyak orang tua merasa tidak terlalu perlu untuk meluangkan waktu bagi anak-anak. Sebagian orang tua juga ada yang beranggapan bahwa mereka sudah cukup menyediakan banyak waktu bagi anak-anak mereka, padahal sebetulnya tidak demikian. Jadi ini memang seharusnya dilihat dari sudut pandang anak, bukan dari sudut pandang orang tua. Kemudian ada lagi orang tua yang sebagian lagi tidak merasa berminat terhadap anak-anak, jadi masalah anak-anak didorong tanggung jawabnya dan diserahkan kepada orang lain atau pasangannya. Nah ini masih sedikit lebih baik atau ke orang lain yang bukan orang tua dari anak-anak ini. Ini beberapa alasan yang umumnya dikemukakan oleh orang tua.
GS : Ada juga yang mengatakan kalau anaknya masih 1, anak saya ini sudah 3 dan kecil-kecil sehingga merasa kesulitan untuk mengatur waktunya, Pak Heman?
HE : Ya betul, ini memang suatu masalah yang memang tidak bisa selesai, tapi kita harus mengupayakan semampu kita, sebisa kita.
GS : Ada juga yang mengirim anaknya sekolah sedini mungkin, umur 2 tahun bahkan, setengahnya itu penitipan anak-anak, saya pikir karena tidak ada pendidikan apa-apa di sana. Tetapi sementara orang tuanya bekerja, anaknya dititipkan di situ, apa mempunyai dampak yang negatif, Pak?
HE : Kalau di dalam perkembangan anak, sebetulnya kalau seorang anak itu lebih baik waktu balita jangan diasuh oleh terlalu banyak orang, paling banyak 2 orang atau 3 orang. Kalau seorang anak erlalu banyak berganti-ganti pengasuh, anak juga akan kurang sehat tingkat perkembangannya.
Kalau misalnya anak dititipkan di tempat pengasuhan anak yang tidak ada pendidikannya sama sekali, yang saya khawatirkan adalah anak-anak ini tumbuh dengan kurang perhatian maupun kurang kasih sayang dari seseorang yang bisa diandalkan. Kita bisa bayangkan tempat penitipan anak, tentu 1 pengasuh dengan berapa anak sekaligus.
(3) GS : Pak Heman, kalau begitu pasti ada dampak negatif yang bukan cuma sekadar sering kita lihat kalau kita itu kekurangan waktu untuk anak sebagai orang tua, nah dampak-dampak negatifnya apa saja, Pak?
HE : Cukup banyak, misalnya saja anak tumbuh dewasa dan dia menjadi kurang bisa mengontrol diri mereka, karena mereka tidak dikontrol sewaktu mereka masih kecil. Mereka tumbuh tanpa pengawasan,didikan, dan arahan.
Kemudian juga seharusnya seorang anak yang tumbuh berkembang dengan sehat itu mempunyai identitas diri yang mantap dan memadai. Kalau tanpa orang tua di samping mereka, mereka menjadi bertanya-tanya mungkin sepanjang hidup mereka akan merasa kurang aman dengan diri mereka sendiri, mereka kekurangan kemantapan terhadap identitas diri mereka sendiri. Selain itu juga misalnya lagi hal yang lain yang bisa mempengaruhi, menghambat perkembangan anak adalah perasaan kesepian dan haus akan perhatian orang lain. Ada suatu hasil dari survey yang menunjukkan bahwa anak-anak yang pada masa kecilnya kurang perhatian dari orang tua, pada waktu dewasa akan terus haus dan mencari perhatian orang lain. Biasanya dengan tingkah laku yang menjengkelkan, kemudian juga dampak yang lain adalah komunikasi anak dengan orang tua terhambat dan ini dampaknya panjang sekali. Kalau kita melihat nanti di dalam kehidupan anak pada masa dewasanya dan sebagainya, anak akan kurang hormat kepada orang tua dan orang tua pun akan kehilangan kontrol terhadap anak-anaknya. Anak juga kehilangan pegangan nantinya dan kekurangan tokoh yang dapat memberi arah hidup bagi mereka. Apalagi sekarang dengan pengaruh media massa, kemudian pengaruh-pengaruh lain yang lebih besar dari teman-teman dan sebagainya, berakibat anak akan dikhawatirkan menyimpang jalannya daripada yang diharapkan oleh orang tua. Kira-kira itu dampak yang bisa disebutkan bagi perkembangan jiwa anak, kalau misalnya orang tua kurang meluangkan waktu bagi anak-anaknya.
GS : Ya, jadi cukup banyak dan saya rasa itu sangat serius karena dampaknya sampai anak ini menjadi orang dewasa pun masih terasa seperti tadi yang Pak Heman katakan itu.
(4) GS : Mungkin Pak Heman mempunyai saran kepada orang tua khususnya, supaya bisa meluangkan waktunya di tengah-tengah segala kesibukannya untuk anak-anak mereka?
HE : Ini memang tidak mudah apalagi bagi orang tua yang sangat sibuk, tapi bagi orang tua yang mempunyai komitmen ini harus diusahakan. Saya menyarankan seperti ini untuk mengatur waktu orang ta bersama anak itu mirip-mirip dengan pengolahan jadwal kerja di kantor.
Yang pertama kita perlu mencatat seluruh kegiatan dan waktu yang kita habiskan selama ± dua minggu, kemudian yang kedua kita menentukan tujuan umum dan tujuan khusus penggunaan waktu kita bersama anak selama seminggu dan sehari yang akan datang, jadi hari ini kemudian besok. Tujuan umum misalnya itu menciptakan hubungan yang lebih baik dengan anak, tentu saja bisa dikembangkan lebih lanjut. Contoh tujuan khusus adalah misalnya mengobrol dengan anak mengenai berbagai hal, apa saja tidak usah ditentukan saya kira untuk ini. Kemudian yang ketiga kita prioritaskan dulu hal-hal yang kita anggap lebih penting, misalnya kita mau menyelesaikan tugas apa, tetapi juga tidak meninggalkan prioritas waktu untuk anak. Keempat, catatlah hal-hal yang terlaksana sesuai rencana kalau itu sudah dilakukan, ini akan memberikan kepuasan karena kita mengetahui bahwa kita telah melakukan sesuatu yang benar-benar produktif. Dan kelima amati kapan saatnya Anda merasa paling produktif berdasarkan catatan-catatan tadi dan kemudian jadwalkan kegiatan Anda yang terpenting pada masa produktif tersebut. Sebagian orang merasa paling produktif mengobrol dengan anak dan sebagainya itu pada saat pagi, sebagian lagi pada waktu malam, yaitu misalnya saja sebelum anak-anak pergi tidur. Keenam, nilai kembali jadwal Anda apakah terlalu banyak hal yang ingin dikerjakan sekaligus, sering kali karena terlalu bernafsu kegiatan yang direncanakan menjadi berlebihan. Akibatnya bukan saja banyak hal yang dilakukan setengah-setengah, kita pun menjadi stres karena merasa diburu-buru. Dalam hal ini lebih baik sedikit hal yang kita lakukan namun dilakukan dengan baik, untuk itu kita kembali perlu melakukan prioritas. Dan untuk menciptakan waktu yang berkwalitas, perencanaan waktu ini merupakan hal yang sangat penting, meskipun demikian harus cepat ditambahkan bahwa kita pun perlu fleksibel, luwes, tidak setiap kali penggunaan waktu dapat direncanakan atau terlaksana sesuai rencana. Misalnya saja pada anak-anak di bawah usia 12 bulan banyak waktu yang tidak bisa direncanakan dengan baik dan juga pada saat-saat misalnya anak menderita sakit atau mempunyai masalah tertentu di sekolah yang perlu kita selesaikan. Ada saatnya kita perlu menjadi sahabat yang siap mendengar dan menghibur anak-anak kita. Kadang-kadang mereka datang tepat pada saat yang sebenarnya tidak kita harapkan, misalnya waktu kita lagi capek atau kita sendiri menghadapi masalah, nah dalam hal ini kepekaan kita sebagai orang tua diperlukan. Kalau misalnya mau menyediakan waktu dalam kondisi demikian, boleh jadi ini merupakan waktu yang sangat berkwalitas, dengan kata lain kita tidak sekadar pasif di dalam menjalankan tugas kita sebagai orang tua, tetapi sebagai orang tua yang juga penuh dengan perhatian.
GS : Ya memang intinya itu mengelola waktu tadi Pak Heman, bagaimana kita bisa mengelola waktu. Tapi kadang-kadang kenyataannya ada orang yang begitu pandai mengatur waktunya di kantor atau di tempat kerja, tapi justru di rumah dia tidak mampu melakukan itu Pak Heman, sebenarnya apa yang menyebabkan?
HE : Saya pikir ada beberapa hal yang pertama yaitu prioritas, biasanya karena kita menganggap bahwa kita cenderung meremehkan waktu kita bersama dengan keluarga. Kita berpikir tiap hari masih isa bertemu, masih ada hari esok, tidak ada target dan sebagainya.
Sehingga kita tidak betul-betul menyusun jadwal bersama dengan anak-anak kita. Dan kemudian hal yang lain adalah adakalanya orang tua terlalu tegang, karena merasa sudah mengatur jadwal, harus bermain bersama anak atau meluangkan waktu bersama anak sehingga kelihatannya pekerjaan yang serius. Padahal kalau saya pikir orang tua juga perlu mengadakan waktu secara rileks bersama dengan anak-anaknya.
GS : Jadi kalaupun seseorang itu orang tua yang sudah mampu mengatur waktunya sedemikian rupa dan dia punya waktu untuk anaknya, apa yang bisa dilakukan untuk anak itu?
HE : Nah sehubungan dengan tadi jangan terlalu tegang, orang tua bisa saja melakukan banyak hal dan banyak cara. Misalnya kalau anak-anak lagi banyak ulangan, lagi bersekolah bisa belajar bersaa-sama dengan anak, orang tua mungkin belajar atau membaca sendiri, anak juga belajar sendiri atau orang tua mengajar anaknya.
Bisa juga bermain bersama, bernyanyi bersama, jalan-jalan bersama, mungkin sekadar ngobrol atau tertawa bersama, berdoa bersekutu bersama. Selain itu orang tua juga harus sering memberikan nasihat dan mendidik atau bahkan membantu anak pada waktu memerlukan pertolongan. Dia perlu bantuan kita untuk menggergaji tripleks misalnya atau mengikat atau mengajar dia mengikat tali sepatu, menyemir sepatu dan sebagainya dan juga mungkin sekadar menghibur dia sewaktu kita melihat dia lagi sedih.
GS : Kebanyakan waktu-waktu seperti itu digunakan orang tua untuk menasihati anaknya itu Pak, sehingga anaknya itu juga merasa kurang senang, setiap kali ketemu orang tua khususnya ayahnya yang dia dengarkan itu cuma nasihat-nasihat saja.
HE : Ya betul dan itu yang menyebabkan hubungan orang tua dan anak menjadi tegang, orang tua sendiri tegang karena merasa bahwa waktu yang dia sediakan buat anak-anak menjadi terasa sia-sia karna anak-anak ini menolak orang tua, tampaknya seperti itu.
GS : Dan kebanyakan orang tua punya prinsip Pak, jadi tidak perlu terlalu lama meluangkan waktu untuk anak, tapi yang penting dia katakan asal dalam waktu yang sedikit itu dia bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Jadi kwalitasnya itu yang dia tekankan, bagaimana pendapat yang demikian, Pak?
HE : Saya kalau boleh mengutip kata-kata doktor Dobson, dia seorang psikolog yang terpandang di Amerika. Dia pernah mengatakan bahwa waktu berkwalitas itu tidak ada, kalau misalnya kita tidak bsa menyediakan jumlah waktu yang cukup banyak.
Ini masuk akal karena bagaimana kalau kita mau bicara dengan seseorang yang selalu terburu-buru misalnya. Jadi itu harus diupayakan di dalam waktu yang banyak, di dalam waktu yang banyak itu ada waktu yang kemudian bisa ditemukan waktu yang berkwalitas.
GS : Kalau tadi Pak Heman katakan waktu yang banyak, seberapa banyakkah waktu yang cukup untuk bisa dekat dengan anak kita?
HE : Nah ini memang agak sulit dijawab, tetapi sebaiknya yang lebih baik adalah kalau bisa suami-istri bergantian hadir bersama-sama dengan anak sebanyak mungkin dalam kehidupan anak. Yang tadisaya katakan adalah balita perlu waktu yang jauh lebih banyak dan ketika anak-anak masuk sekolah kalau bisa waktu anak pulang dari sekolah mereka melihat salah satu orang tuanya di rumah.
Sehingga pada saat-saat mereka memerlukan pertolongan kita dan ingin bertanya sesuatu, ingin perlindungan orang tua mereka menemukan ada seseorang di situ. Dan tentu saja waktu anak memasuki usia yang semakin besar dan memasuki usia remaja nantinya, mereka dengan sendirinya tidak terlalu membutuhkan lagi kehadiran kita dan waktu itu kita sudah boleh mengurangi lebih banyak lagi waktu bersama-sama dengan anak-anak.
GS : Apakah kita bisa tahu kira-kira, apakah hasil pertemuan kita dengan anak kita itu membawa hasil yang positif atau tidak, Pak?
HE : Kira-kira kita bisa bertanya dengan jujur kepada diri kita sendiri, jadi ada beberapa pertanyaan yang bisa menjadi petunjuk bagi kita apakah sebetulnya kita telah banyak menyediakan waktu agi anak-anak.
Pertanyaan-pertanyaan itu misalnya begini, apakah kita tahu apa yang paling disukai dan yang tidak disukai oleh anak kita. Kadang-kadang orang tua tidak tahu apa yang disukainya, kalau begini dia tersinggung, kalau begitu dia merasa senang dan sebagainya. Apakah makanan kesukaannya atau makanan yang tidak disukainya, ada orang tua yang tidak tahu, nah ini berarti orang tua kurang mengenal anaknya, berarti waktu yang dia sediakan mungkin kurang atau kurang berkwalitas. Apakah bakat dan keterampilan anak kita yang paling menonjol juga harus kita ketahui, apa sifat positif dan apa sifat negatifnya. Apa yang paling suka dilakukannya bersama dengan kita sebagai orang tua, apa hal yang paling sering dilakukannya, siapa nama gurunya, siapa teman terbaiknya, nah kalau kita sudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, besar kemungkinan kita sudah lumayanlah bersama dengan anak-anak kita. Tetapi di samping itu kita juga bisa melanjutkan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan yang lain misalnya saja, apakah anak kita cukup terbuka dan tidak takut mengungkapkan isi hatinya kepada kita. Kalau misalnya kita melihat anak itu canggung-canggung kemudian lebih suka berbicara kepada orang lain rahasia pribadinya, ada kemungkinan kita kurang dekat dengan anak-anak kita. Apakah ada rasa saling berbagi perasaan bisa kita berbicara dengan anak kita. Apakah anak kita mau cerita perasaannya yang terdalam dan apakah kita juga merasa nyaman mendengar perasaan dan mengemukakan perasaan kita. Apakah kita cukup bisa menangkap perasaan-perasaan anak kita, kadang-kadang orang tua tidak tahu apa yang dirasakan anak. Apakah anak kita cukup menghormati kita sebagai orang tua mereka, apakah kita mampu bergurau dengan anak-anak kita, pada saat-saat tertentu, nah ini semua adalah pertanyaan-pertanyaan yang penting untuk menguji apakah kita cukup menginvestasikan waktu kita untuk anak kita. Pasti investasi itu tidak sia-sia dan itu perlu untuk mengajar mereka dalam kebenaran firman Tuhan.
GS : Ya memang itu membutuhkan suatu perhatian khusus terhadap anak-anak sementara kita meluangkan waktu dan sebagainya. Padahal memang cukup banyak lagi yang kita harus ingat, sehingga kadang-kadang hal-hal yang detail sekalipun bisa kita ingat di kantor tetapi yang di rumah yang tadi Pak Heman sebutkan itu terluputkan juga. Jadi kita tidak tahu nama gurunya, barangkali anak kita sudah kelas 3 sudah ganti guru tapi kita ingatnya dengan guru yang kelas 1 dulu dan seterusnya. Nah saya melihat kedekatan Tuhan Yesus dengan murid-muridnya karena Tuhan Yesus sendiri meluangkan waktu begitu banyak terhadap murid-muridnya, mungkin mereka tiap-tiap hari berkumpul. Apakah ada suatu peristiwa yang bisa kita pelajari yang menunjukkan kedekatan antara Tuhan Yesus dengan muridnya itu, Pak Heman?
HE : Kedekatan Tuhan Yesus dengan para murid itu sudah demikian erat sehingga kalau kita lihat teguran-teguran Yesus itu begitu keras terhadap murid-muridnya. Misalnya terhadap Petrus dan sebaginya, begitu tidak sampai membuat Petrus itu mundur dari hadapan Tuhan Yesus.
Di samping itu kita melihat dampak dari pengalaman pribadi murid-murid bersama Tuhan Yesus sedemikian erat, sehingga murid-murid itu membawa pengalaman bersama Tuhan Yesus dan mereka begitu mengasihi Tuhan.
GS : Tetapi sejak di Perjanjian Lama Tuhan itu memperingatkan orang tua, bangsa Israel ini khususnya untuk dekat dengan anaknya ya Pak? Nah mungkin Pak Heman bisa singgung hal itu.
HE : Saya akan bacakan dari Ulangan 6:4-9 dan ini menunjukkan perintah Tuhan kepada kita umat Tuhan tentang bagaimana kita harus bersama dengan anak kita dan mengajar mereka. "Dengarlah hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu."
GS : Saya rasa perintah Tuhan ini masih sangat relevan untuk kita saat ini Pak Heman, dan terima kasih untuk kesempatan perbincangan kali ini. Saudara-saudara pendengar demikian tadi perbincangan kami dengan tema "Waktu buat Anak". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.