Tren Remaja Berpacaran Online Tidak Sehat

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T547B
Nara Sumber: 
Ev. Carolina Soputri, MK.
Abstrak: 
Kasus yang sering marak dalam dunia berpacaran remaja sekarang ini adalah membuat foto bugil lalu dikirimkan ke pacar, kemampuan sosial seperti interaksi dan mengatasi konflik semakin menurun, dan kecanduan handphone atau media sosial. Jadilah teman dan masuki dunia anak remaja kita agar mereka mau mendengarkan nasehat atau didikan kita; mana yang benar dan salah untuk dilakukan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
dpo. Ev. Carolina Soputri, M.K.

Salah satu hal yang hangat diperbincangkan oleh remaja masa kini adalah tentang pacaran. Bahkan, tidak jarang remaja memulai relasi berpacaran hanya melalui aplikasi komunikasi media sosial tanpa pengenalan yang lebih dalam terhadap lawan jenis. Tentu saja, tidak semua pacaran secara online pasti bermasalah. Namun, rupanya cukup sering terjadi remaja berpacaran online yang berdampak tidak sehat terhadap kehidupan pribadi dan sosial remaja. Contoh, remaja yang sedang di mabuk asmara saling mengirimkan foto tanpa busana atau video vulgar yang menggiring kepada dorongan seks yang menuntut pemuasan. Dari beberapa peristiwa tentang remaja yang berpacaran secara online yang tidak sehat, ditemukan bahwa penyebabnya adalah hal berikut.

  1. Rasa ingin tahu , terutama hal-hal tentang seks menjadi minat remaja.
    Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar dan dengan adanya kemajuan teknologi yang bisa diakses dengan mudah oleh remaja, membuat remaja tidak terlalu bergantung kepada orangtua atau orang dewasa lainnya untuk menjawab rasa ingin tahu tersebut. Penjelajahan tentang seks kemudian dianggap wajar dan tidak perlu komitmen serta jauh lebih aman untuk dinikmati.
  2. Kurangnya relasi yang mendalam dengan orangtua.
    Hal ini disebabkan karena orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan orangtua, sehingga remaja merasa kurang diperhatikan dan dimengerti. Akibatnya, perasaan sepi itu menjadi besar dan berusaha diisi oleh remaja dengan kehadiran lawan jenis yang dianggap mengerti kebutuhan remaja.
  3. Kurangnya pendekatan dan kepedulian kepada remaja.
    Hidup dalam kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang adalah kebutuhan dasar manusia, termasuk remaja. Bila orangtua tidak cukup memenuhi kebutuhan ini, bahkan orang dewasa lainnya juga enggan untuk peduli maka semakin kosong kebutuhan tersebut dan menuntut pemenuhan untuk segera diisi. Dengan demikian, remaja dengan rela mengorbankan apa saja asal ia menemukan sesuatu yang bisa mengisi kekosongan tersebut. Hal inilah yang kerap menjadi sasaran empuk bagi remaja untuk saling mengisi kesepian yang dirasakan.
  4. Tren / gaya hidup masa kini.
    Pola meniru oleh remaja memang cukup sering terjadi ketika melihat teman di sekitarnya sudah berpacaran, maka dorongan untuk menjadi "sama" begitu cepat untuk direalisasikan. Bahkan, untuk menghindari penilaian "tidak laku", tanpa pertimbangan yang jelas, remaja pun segera menetapkan status berpacaran.
DAMPAK BERPACARAN ONLINE YANG TIDAK SEHAT

Berdasarkan berbagai kasus berpacaran online yang tidak sehat, maka dampak negatif yang kerap terjadi yakni:

  1. Fokus utama remaja terganggu, misal karena chat mengurangi waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas.
  2. Relasi sosial terhambat karena menjadi terlalu eksklusif dengan pacar.
  3. Cepat jadian, cepat bosan, cepat "move on", kurang rasa bersalah atau malu.
  4. Kurang mampu menghadapi konflik secara sehat
HAL YANG BOLEH DAN TIDAK BOLEH DILAKUKAN UNTUK MENDAMPINGI REMAJA BERPACARAN ONLINE YANG TIDAK SEHAT:
  1. Mendengarkan secara aktif dan jangan terlalu cepat menghakimi.
    Pahami apa yang remaja sedang pikirkan dan rasakan. Mengapa ia ingin atau telah melakukan hal tersebut. Dengan mendengarkan secara aktif kepada remaja, remaja merasa dipahami sehingga remaja pun dapat lebih terbuka dan nyaman dengan keterlibatan orang tua atau orang dewasa lainnya.
  2. Bersikap sabar dan tabah sehingga tidak gagal memahami konteks remaja masa kini.
    Perbedaan cara pandang dan pengaruh generasi yang berbeda menuntut orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memahami lebih. Sikap tulus dan tidak mudah menyerah terhadap remaja yang bergumul, menjadikan pengharapan bagi remaja untuk mengubah pola yang tidak sehat. Hal ini membuat remaja merasa bahwa ia tidak sendiri, tetapi ada pribadi yang peduli dan bersedia berjalan bersama dengannya.
  3. Menjadi "teman" dengan batasan yang jelas dan dapat dipercaya
    Ketika remaja merasa orang tua atau orang dewasa lainnya bersedia memberikan waktu yang ia butuhkan, maka tercipta hubungan yang remaja butuhkan yaitu seorang "teman" yang siap menjadi sandaran dan mendukungnya untuk lebih baik. Ketika remaja membagikan perasaannya, remaja membutuhkan orang dewasa yang tidak merendahkan atau menganggap sepele apa yang ia gumulkan. Peran sebagai "teman" dengan batasan yang jelas bahwa konsekuensi dapat mereka peroleh akibat keputusan yang salah. Dengan demikian, mereka belajar untuk bertanggungjawab atas tindakan mereka, sehingga remaja pun berproses menjadi pribadi yang lebih dewasa.

Sebuah prinsip penting bagi orangtua zaman now dalam menolong remaja agar terhindar atau lepas dari gaya berpacaran online yang tidak sehat, disingkat pada kata "NOW" , yakni N = Nerima tanpa menghakimi ; O = Oke dalam mengenal dan memahami ; W = Waktu untuk mendengar dan mendampingi. Seperti perkataan Amsal 29:15, "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya." Orangtua yang terus terlibat dalam kehidupan remaja, melakukan bagian mereka sebagai wakil Allah, dapat dipakai Tuhan untuk menjadi saksi yang hidup memberkati kehidupan remaja.