Terus Mencintai

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T172B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Jika kita menengok ke sekeliling kita, kita akan melihat betapa banyaknya pernikahan yang telah kehilangan napas kasih. Dan mungkinkah kita terus mengasihi pasangan kita dengan cinta yang terus membara?

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Jika kita menengok ke sekeliling kita, kita akan melihat betapa banyaknya pernikahan yang telah kehilangan napas kasih. Relasi nikah menjadi relasi kemitraan seperti dalam perusahaan. Mungkinkah kita terus mengasihi pasangan kita dengan cinta yang terus membara? Jawabannya adalah mungkin dan berikut ini adalah masukannya.

  1. Cinta muncul secara langsung dan alamiah namun cinta hidup melalui pemeliharaan. Salah satu bentuk pemeliharaan cinta adalah melindunginya dari serangan hama orang ketiga. Jadi, janganlah kita membuka kesempatan masuknya orang ketiga ke dalam pernikahan. Cinta bertahan dan bertumbuh hanya jika fokusnya tunggal.
  2. Orang ketiga dapat pula berbentuk pekerjaan, orangtua, kerabat, atau anak. Jangan biarkan mereka masuk dan berdiri di antara kita berdua. Selain dengan Tuhan, prioritaskanlah relasi nikah di atas relasi kekerabatan lainnya. Yakinkan pasangan bahwa ia terlebih penting dari orangtua dan bahkan anak sekalipun.
  3. Kita memelihara cinta dengan cara merawatnya yakni memberinya pupuk perbuatan yang menyenangkan hati pasangan. Ini adalah nasihat kuno yang tetap berlaku hingga kapan pun: Hati yang bahagia adalah ladang yang subur untuk cinta bertumbuh!
  4. Kita memelihara cinta dengan cara memisahkannya dari tanaman atau duri konflik yang menghambat pertumbuhannya. Konflik yang berkepanjangan akan merusak tanaman cinta.
  5. Cinta bukanlah bara, melainkan api yang keluar dari bara. Kita tidak dapat menciptakan api tanpa bara, demikian pulalah dengan cinta. Kita tidak dapat mengada-adakan cinta; seperti api, cinta pun muncul dari perbuatan-perbuatan yang membara. Itu sebabnya dalam 1 Korintus 13 cinta dijabarkan dalam bentuk perbuatan konkret:
    • Sabar, tidak pemarah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
    • Murah hati dan tidak mencari keuntungan sendiri.
    • Tidak cemburu dan percaya segala sesuatu.
    • Tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
    • Tidak melakukan yang tidak sopan atau tidak kasar.
    • Tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran.
    • Selalu melindungi.
    • Tetap menaruh pengharapan.
    • Tetap bertahan.
Pada akhirnya Firman Tuhan berkata, "Kasih tidak berkesudahan." (1 Korintus 13:8) Ini berarti kasih dalam pernikahan pun dapat terus membara dan berkobar tanpa akhir.