TELAGA
Dipublikasikan pada TELAGA (https://m.telaga.org)

Depan > Terluka, Mau Pulihkah? Mengenal Diri Sendiri atau Orang Lain yang Terluka Batinnya

Terluka, Mau Pulihkah? Mengenal Diri Sendiri atau Orang Lain yang Terluka Batinnya

Kode Kaset: 
T604A
Nara Sumber: 
pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo
Abstrak: 
Pengalaman masa lalu membuat orang terluka, tanda-tandanya ada yang marah, tersinggung, tubuh menjadi obesitas, pengalaman traumatis, kekerasan fisik, emosi, penelantaran.
Audio
MP3: 
4.3 MB [1]
Play Audio: 
Your browser does not support the audio element.


Transkrip
<p style="margin-bottom:1em;"><b>Mengenal Diri Sendiri atau Orang Lain yang Terluka Batinnya</b></p>
<p style="margin-bottom:1em;">oleh Pdt. Dr. Vivian A. Soesilo</p>

<p style="margin-bottom:1em;">Kata kunci: Pengalaman masa lalu membuat orang terluka, tanda-tandanya ada yang marah, tersinggung, tubuh menjadi obesitas, pengalaman traumatis, kekerasan fisik, emosi, penelantaran.</p>

<p style="margin-bottom:1em;"><b>TELAGA 2024</b></p>

<p style="margin-bottom:1em;">Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi dimana pun Anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yosie, akan berbincang-bincang dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian A. Soesilo, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga dan perbincangan kami kali ini tentang "Terluka, Mau Pulihkah?" bagian yang pertama. Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.</p>

<p style="margin-bottom:1em;">Y: Shalom, Bu Vivian.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Shalom, Yosie.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Ketemu lagi, ya Bu. Wah, satu tema yang menarik ini ya, Bu, tentang terluka, mengingat kita ada di dalam dunia yang tidak sempurna, yang sadar atau tidak sadar, senang atau tidak senang, kita pasti pernah terluka ya, Bu. Nah, dan yang mau pulihkah ini terkesan seperti tanggungjawab kita juga untuk pulih, ada bagian kita.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Betul.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Tentunya menarik, Bu. Apa yang Bu Vivian ingin bagikan untuk para pendengar sekalian?</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Saya mau jelaskan dulu bagian ini ada dua bagian, jadi yang pertama harus mengenal dirinya sendiri atau orang lain yang terluka itu, tanda-tandanya seperti apa, supaya mengerti diri sendiri, orang lain juga mengerti. Nanti bagian yang kedua, sudah tahu lalu apa yang dapat kita lakukan supaya dapat pulih? Jadi sekarang yang pertama. Seperti tadi disebutkan, kita tinggal di dunia yang tidak sempurna. Ada saja, ada orang mungkin dari perkataannya atau mungkin dari tingkah lakunya membuat kita terluka. Padahal orang itu tidak secara khusus, sengaja mau melukai kita, tapi karena kita memunyai pandangan atau pengalaman yang lama, yang melukai kita, jadi apa sedikit itu terus diri kita sudah terluka, padahal orang lain tidak, karena pengalaman kita yang terluka lebih mudah kena, karena itu kita perlu tahu apa. Ada orang yang karena tidak sengaja dan tidak mengerti, bingung, "Begini kok dia marah, ya?" Lalu apa yang terjadi seperti itu. Karena itu sekarang kita perlu tahu, itu apa? Kira-kira mengenal diri kita dan orang lain yang terluka itu, kira-kira apa tandanya? Kita perlu tahu orang itu sifatnya tidak sama, cara pandangnya juga tidak sama. Cara pandang seseorang itu seringkali dipengaruhi oleh masa lalunya seperti apa. Melihat saja botol ini kalau orang yang memang pandangannya positif, botol itu meskipun sudah terminum tinggal sedikit, dia masih berkata, "Oh, bersyukur, masih ada". Tapi orang yang pandangannya negatif seperti itu, "Wah, hampir habis, bagaimana?" Nah, itu contoh yang mudah. Sekarang kita memunyai pandangan yang seperti itu, ada cara orang sendiri, kita tidak apa-apa, tapi kita perlu melihat pernahkah orang, kita bingung, "Orang ini diam-diam marah, seperti itu tersinggung, mengapa?" Kita bingung. Saya ingin jelaskan ada seorang yang datang konseling kepada saya. Seorang bapak sudah beristri dan ada dua anak yang sangat dia cintai, baik istri dan anak-anak. Dia datang kepada saya, dia bingung karena istrinya dan anak-anaknya menyuruh dia konseling, kalau tidak mereka sudah keberatan hidup dengan dia seperti itu.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Padahal bapaknya tidak merasa ada yang salah, begitu ya, Bu.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Tidak merasa, dia sendiri bingung. Jadi istri dan anak-anaknya lalu memberitahu, "Lho, bapak ini suka marah". Itu dia mengatakan, "Aku sangat mencintai istri dan anak-anak", dia kalau pulang kerja selalu main-main, bantu dengan main bersama anak-anak, tapi di tengah bermain itu tiba-tiba seperti gunung meletus, marah-marah, dia tidak mengerti datangnya dari mana. Anaknya menjadi ketakutan dan bingung. Demikian juga dia bersama dengan istrinya, karena istrinya juga bekerja. Jadi pulang, dia membantu istrinya di dapur untuk memersiapkan makan malam. Baik-baik, tapi tiba-tiba dia bisa meledak, tiba-tiba meletus, jadi anak dan istrinya bingung! Bapak seperti ini, mengapa? Lama-kelamaan mereka tidak betah, "Kamu cari bantuan", supaya apa? Jadi, ternyata pada waktu kami bicara-bicara, jadi peristiwa masa lalunya apa? Dia pernah mengalami papa mamanya, ketika dia kelas 4 SD, papa mama tiba-tiba setiap hari harusnya pulang ke rumah, tapi hari itu pamannya datang ke sekolah, "Mulai hari ini kamu tidak pulang ke rumah, tapi pulang ke rumahnya paman". Anak ini bingung, mengapa? Karena papa mamamu sudah pergi, tidak kembali lagi. Dia merasa terkejut! Karena papa mamamu sudah memutuskan untuk bercerai dan mereka pergi sendiri kemana-mana, jadi berpisah. Anaknya merasa sakit hati dan dia merasa tidak diajak bicara.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Tidak dipamiti.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Tidak dipamiti, jadi dia merasa lalu marah, "Aku tidak diorangkan, aku tidak diperhatikan, katanya papa mama cinta aku, lho mengapa pergi begitu saja?" Memang sejak saat itu sudah tidak ada hubungan lagi. Jadi dia terluka, tapi dia tidak mengerti hal itu memengaruhi hubungan dia dengan keluarganya sendiri, yaitu istri dan anak-anaknya. Saya tanya kepadanya, "Lho, kalau kamu bicara-bicara dengan orang lain di tempat kerjamu, kamu juga marah-marah?" "Tidak!" Bila di masyarakat, kamu marah-marah?" "Tidak, dimana-mana tidak", tapi kalau di rumah, hanya dengan istri dan anaknya, padahal dia sangat mencintai. Dia sangat bingung, keluarganya juga bingung.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Menarik, ya Bu.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Hanya dengan istri dan anaknya, padahal dia sangat mencintai, dia bingung. Keluarganya juga bingung. Ternyata keluarga terdekat, dia memikirkan orang yang terdekat pada waktu kecil, yang sangat dia hormati dan cintai, itulah yang sudah melukai dia. Itu ada hubungannya, itu tidak terpikirkan sampai di konseling. Itu salah satu contoh. Terluka hati seringkali marah, ada juga orang, ini contoh yang lain, orang yang marah dengan semua orang, termasuk suaminya sendiri, di tempat bekerja, di sekeliling rumahnya, persekutuan gereja, dia marah. Ini seorang ibu yang pemarah, ibu ini juga sudah menikah tapi tidak ada anak. Dia orang yang begitu suka marah dan lain sebagainya, juga bingung, mengapa dia seperti ini? Orang-orang tidak suka kepadanya, dia orang yang rajin di gereja, cinta Tuhan, cinta pelayanan, tapi orang-orang tidak suka, takut, karena bisa dimarahi. Ini ternyata dia bingung, bingung dijauhi orang, merasa kesepian, merasa sakit hatinya apa? Obatnya makan.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Jadi pelarian, ya Bu.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Dengan itu tubuhnya menjadi obesitas. Karena obesitas, banyak orang yang melihat sebelah mata, ada orang-orang yang pada waktu dia kecil sudah mulai begitu. Jadi anak-anak kecil mengolok-olok dia, tambah marah-marah. Ini apa yang terjadi? Setelah bertemu, ternyata dia marah kepada papanya yang pada waktu itu dia berangkat ke sekolah, berangkat sama-sama dengan papanya, ternyata papanya yang mengatakan, "nanti sore ketemu ya" papa pulang kerja. Hari itu juga tidak pernah ketemu lagi, sampai dia sudah besar, sudah menikah, tidak pernah ketemu papanya, ternyata papanya lari dengan perempuan lain, jadi dia merasa ditipu.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Ditinggalkan begitu saja.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Bukan itu saja, ibunya juga pontang-panting menghidupi anak yang masih kecil ini dan juga orang-orang di kampungnya suka menertawakan, punya keluarga yang semacam itu. Hal itu membuatnya sakit hati, jadi karena pengalaman itu membuat dia lalu marah dengan semua orang. Mudah marah, sedikit-sedikit tersinggung, itu membuat dia susah.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Menarik, ya Bu. Kalau dari kasus pertama, bapak ini marah hanya spesifik kepada keluarga inti, orang dekatnya, karena yang menyakiti dia orang terdekat tadi.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Betul.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Tapi kalau kasus kedua, ibu ini lebih marah-marah, "membuang sampah" kemana-mana, karena dia juga banyak menerima luka dari banyak sumber, tidak hanya papanya mamanya, tapi anak-anak di kampungnya, lalu di "bully", jadi sumber itu tadi benar-benar memberi pengaruh terhadap luka-luka kita dan akhirnya ekspresi kemarahan kita.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Betul, betul.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Wah, menarik. Silakan diteruskan.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Sekarang kita mau melihat dari "Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder" atau DSM-5, kita mau melihat tanda-tanda orang yang terluka seperti apa? Karena pengalamannya dia trauma, mengalami trauma dengan pengalaman hidup kira-kira tanda yang bisa dilihat orang yang mengalami trauma yang berat dan stres, antara lain karena apa? Orang mengalami terluka bisa karena kematian orang yang kita kasihi, memang kehilangan orang yang kita kasihi atau kita diancam, ada orang yang dalam bahaya mau diancam, mau dibunuh. Itu orang bisa mengalami luka-luka seperti itu. Bisa juga dia, orang yang mengalami pengalaman yang menyakitkan ini, ada seorang ibu yang pernah saya bantu, karena dipukuli oleh suaminya luar biasa, jadi dia salah satu gejala itu selalu teringat meskipun tidak dipikir, teringat. Ibu ini menceritakan, melihat sesuatu dia teringat bagaimana dipukuli oleh suaminya, karena dia luar biasa dipukuli, sampai lebih dari 30 tulang di tubuhnya patah! Jadi menurut dia, ada bau-bau tertentu membuat dia lalu teringat.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Pengalaman yang traumatis.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Ya, begitu. Juga dia bisa memunyai mimpi buruk, menurut DSM-5 mimpi buruk, sedang enak tidur lalu mimpi buruk apa yang terjadi, yang dahulu kembali sendiri, bukan diingat tapi kembali sendiri. Ada serangan trauma, tiba-tiba datang, serangan seperti ada serangan dari orang yang menyakiti dia.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Padahal tidak ada.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Tidak ada. Jadi karena pengalaman itu, lalu juga ada ‘flashbacks’ yaitu pengalaman yang menyakitkan tiba-tiba datang, seperti film datang sendiri. Pengalamannya dulu, seperti ibu ini juga dia menghindari tempat tertentu dimana dia pernah disakiti. Dan bau tertentu, dia juga sakit. Kalau bau, terutama bau amis.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Darah.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Ya, ‘kan dia dipukuli berdarah-darah. Suaminya juga luar biasa, selain dipukuli, dia mengalami kekerasan fisik, emosi juga seksual, penelantaran. Jadi kalau bau darah, wah ia langsung bingung, pengalaman yang dahulu. Juga bunyi-bunyi tertentu mengingatkan peristiwa-peristiwa yang menyakitkan semua. Aktifitas tertentu, situasi tertentu, barang tertentu membuat bisa mengalami ketakutan, padahal tidak ada. Tapi melihat saja bisa begitu, itu beberapa orang yang mengalami trauma. Perasaan dan pikirannya yang selalu negatif, ini ada orang yang biasa kita melihat keadaan dari pandangan positif, tapi orang yang mengalami terluka selalu negatif.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Tidak bisa berpikir yang positif, begitu ya, Bu.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Lalu juga pikiran dan perasaannya berlebihan, wah dibesar-besarkan padahal itu salah. Bukan seperti itu, karena dia pengalaman terluka; semua dibesar-besarkan, wah ini bahaya, padahal tidak! Selalu melihat juga bukan hanya situasi yang negatif, tapi melihat dirinya sendiri negatif, melihat orang lain juga negatif. Menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain. Pernah ada seorang pemudi, pengalaman seorang pemudi, dia punya pengalaman yang buruk dengan mamanya sendiri. Ia mulai berpacaran dengan seorang pemuda, dia menganggap semua mama seperti mamanya.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Yang menyakiti dia.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Pemuda yang diajak pacaran merasa bingung. "Mamamu begini-begini seperti mamaku". "Tidak mama saya tidak seperti itu". Tapi pikirannya langsung semua mama seperti mamanya. Suatu hari pemuda ini bingung, karena apa? "Sekarang kamu pilih, nanti lain kali kamu sungguh-sungguh mau menikah dengan aku? Kalau memang mau menikah dengan aku, sekarang juga putus hubungan dengan mamamu".</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Sebegitu ekstrem ya, Bu.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Pandangannya begitu negatif, sesuatu yang tidak betul tapi diyakini dengan pikirannya yang negatif. Mamaku baik-baik, mengapa disuruh putus hubungan. Mereka serius mau memikirkan mengenai pernikahan. Itu karena pengalaman yang buruk.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Begitu besar dampaknya terluka, ya Bu.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Ya, itu karena dampaknya dengan mamanya sendiri belum dibereskan. Orang yang terluka bisa tidak berminat terhadap beberapa hal. Dia sudah mungkin depresi, jadi ada hal-hal yang tidak disukai. Dia bisa memunyai kemarahan yang agresif, yang berlebihan seperti bapak tadi yang saya ceritakan, marah, agresif terhadap istri dan anak-anak, tiba-tiba meletus dan berlebihan sehingga bingung. Lalu tindakan merusak diri sendiri dan orang lain, jadi menganggap karena ini tidak senang jadi mau melukai diri sendiri dan juga melukai orang lain. Orang yang disenangi seperti pemudi tadi yang saya ceritakan, mengalami seperti itu, merusak orang lain. Lalu juga pikiran mengalami sulit tidur dan selalu waswas. Ibu tadi yang dipukuli oleh suaminya, dia waswas, apakah ada orang yang menyakiti aku? Suka terkejut yang berlebihan, wah ini bahaya datang dan sulit fokus. Itu beberapa dengan DSM-5. Ada orang yang penakut sekali, ini anak kecil, yang saya pernah temui. Takut sekali, penakutnya sampai ketika istirahat mau keluar dari kelas saja tidak berani, berlebihan, tidak berani keluar hanya bisa berdiri di pintu. Penakutnya luar biasa.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Ternyata pengalaman masa lalu juga.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Pengalaman masa lalu dan masalah dengan mamanya, dari bangun tidur sampai mau tidur selalu dimarahi.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Kasihan, serba salah.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Bergerak saja sudah salah, dibawai bekal oleh mamanya, kalau dimakan salah, bila tidak dimakan juga salah. Semuanya salah, dia takut sekali. Ternyata setelah kami berbincang, mamanya belum siap punya anak, ini anak pertama. Suaminya ingin memunyai anak, padahal istrinya masih mau berkarier, itulah masalahnya. Pengalaman mamanya, karierku habis, hilang oleh karena memunyai anak ini.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Sebetulnya mamanya juga terluka, karena tidak sepakat dengan suami dan luka itu diturunkan kepada anaknya.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Betul. Juga ada lagi ibu yang selalu curiga berlebihan. Pulang kerja jam 5 harus tepat waktu, kalau lebih 5 menit karena jalan macet, "Wah, kamu selingkuh dengan siapa?" Kasusnya suaminya menceritakan, dia terlambat bangun, tidak sempat sarapan, hanya membawa cereal (yang disiram air) untuk di kantor. Istrinya sudah marah-marah, "Berarti kamu mau selingkuh dengan orang di kantor, tidak mau makan dengan aku". Berlebihan padahal suaminya tidak selingkuh dengan siapa pun. Ternyata istrinya mengalami terluka, dia berkarier tapi hamil diluar nikah. Sudah bekerja tapi harus berhenti, supaya menikah melahirkan anak. Kariernya hilang, mestinya anak sudah lahir, sudah ada anak dua. Bingung, jadi bagaimana? Suamiku masih bisa bekerja, aku tidak bisa bekerja. Keadaan rumah tangganya berantakan, itu gejala-gejala orang yang bisa dilihat, bingung.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Ternyata memang banyak ciri-cirinya ya, Bu. Oleh karena itu kita harus belajar supaya kita sadar dan nanti mau dipulihkan. Apalagi tanda-tanda yang lebih jelas yang bisa kita sadari?</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Ini kalau tanda-tanda orang yang mengalami kekerasan, fisik atau emosi. Yang fisik misalnya yang dipukuli, yang emosi dimarah-marahi, juga orang yang mengalami kekerasan seksual, juga penelantaran. Kira-kira secara garis besar, kalau kita melihat tanda-tanda yang fisik, kita bisa mengetahui. Orang yang dipukuli ada tanda-tanda di tubuhnya, luka, lebam hitam dan lain sebagainya. Kita melihat seperti itu, lalu mungkin ada pendarahan pada salah satu bagian tubuhnya, ada patah tulang, ada yang bengkak, ada luka bakar, ada yang lensa matanya terlepas tiba-tiba karena dipukuli, ditinju. Ada juga yang tubuhnya tidak terurus, kotor, terlantar, anak kecil. Pernah saya melihat ada anak Sekolah Minggu yang kotor, tidak terurus. Penelantaran dari orang tuanya, juga secara emosi melihat anak ini, melihat harga dirinya sangat rendah. Ada orang yang sangat agresif, pemarah, tapi ada orang yang kebalikannya, supaya tidak kelihatan, dia sembunyi, menarik diri. Ada anak yang penakut sekali, dimarahi orang tuanya. Ada yang pemalu berlebihan, ada juga anak yang kurang sopan santun. Saya pernah datang ke rumahnya berkunjung, langsung diserang. Barang-barang di meja dilemparkan, termasuk sepatunya dilempar kepada saya. Ini berarti anak ini ditelantarkan, tidak diajari sopan santun oleh orang tuanya, dengan orang dewasa harus bagaimana? Perkembangan emosinya tidak dewasa, ada orang yang sudah dewasa, emosinya masih seperti anak-anak. Juga orang yang sering depresi, sering stres, sedikit-sedikit patah semangat, putus asa. Mudah tidak bersemangat untuk bangkit dan mau berjuang, tidak ada! Sedikit-sedikit kecewa, orang bisa mengalami kemunduran secara akademis. Juga berbahasanya kurang, jadi mundur. Kalau kita melihat orang yang mengalami, perempuan khususnya yang mengalami kekerasan oleh suaminya, ini riset oleh Lenore E. Walker, ia mewawancarai para istri mulai usia 17 tahun sampai 76 tahun, mengalami kekerasan mulai 2 bulan sampai 53 tahun dalam kehidupannya, kekerasan oleh suaminya kira-kira tandanya apa? Perempuan ini memiliki harga diri rendah, menganggap dirinya tidak berharga, selalu ragu-ragu tentang kemampuannya, sebagai ibu rumah tangga apakah aku ini pandai masak dan lain sebagainya. Lalu dia tahu tanggungjawab keluarga, dia berusaha sebaik mungkin sebagai juru masak yang baik, mengatur rumah yang baik, karena apa? Kalau tidak, suami bisa marah. Meja kurang lurus, wah suaminya sudah marah, jadi suami sebelum datang, semua beres, sampai anjing-anjing tidak boleh menggonggong.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Luar biasa.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">VS: Semua anak harus diam, semuanya teratur. Saya diceritai seorang ibu, dia memunyai beberapa ekor anjing, kalau suami mau datang, anjingnya menggonggong, suaminya marah. Diberi makanan yang banyak supaya anjingnya tidak ribet. Dia selalu merasa bersalah, tapi dia bisa menolak rasa marah dan rasa takut. Dia bisa merasa bersalah, semua kesalahanku! Tidak berani marah, di depan suami tidak berani. Di dunia dia selalu pasif, tidak berani, di rumah terutama pasif karena apa? Tapi dia bisa aktif di dunia luar yang dia bisa. Dia stres dan merasa takut, sering kesakitan macam-macam, karena gangguan psikologis, sosiologis, jadi punggungnya sakit, kepalanya sakit, tidak bisa tidur, depresi, cepat lelah, khawatir, tambah suaminya tambah marah. Lalu dia berusaha menyenangkan suami dalam segala hal termasuk sebagai teman seksual yang baik, dia menganggap tidak ada yang dapat membantunya kecuali dia sendiri, tapi dia sendiri tidak memunyai kekuatan itu karena dia lemah. Dia juga percaya tradisi, wanita harus di rumah, tidak boleh keluar, jadi kalau dia mau bekerja, suaminya bertambah marah. Tapi kalau dia tidak bisa menghasilkan uang, suaminya juga marah, "kamu di rumah seperti parasit", jadi dia merasa bingung. Dia sebetulnya sebelum menikah, seorang wanita yang dikasihi, yang baik, tapi setelah menikah jadi kebalikannya karena perubahan dalam hubungan suami istri. Dia juga diam, kalau bisa damai dalam keluarga supaya suami tidak marah, semuanya harus beres, semua damai, anak-anak tidak boleh ribut, anjing-anjing tidak boleh ribut. Inilah kira-kira kita perlu mengetahui, oh orang yang terluka seperti itu.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Y: Dengan kita mengenal berbagai gejala dan tanda orang-orang yang terluka, harapannya kita bisa atau mau menyembuhkan. Nanti kita akan lanjutkan di bagian kedua, ya Bu Vivian. Terima kasih banyak untuk perbincangan kita kali ini dan kita akan segera lanjutkan.</p>
<p style="margin-bottom:1em;">Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian A. Soesilo dalam acara Telaga (TEgur sapa gembaLA keluarGA), kami baru saja berbincang-bincang tentang "Terluka, Mau pulihkah?" bagian pertama. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 56 Malang atau Anda juga dapat mengirimkan email ke <a target="_blank" href="mailto:telaga@telaga.org [2]">telaga@telaga.org [2]</a> ; kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di <a target="_blank" href="http://www.telaga.org [3]">www.telaga.org</a>; [4] saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.</p>

Ringkasan
Saya ingin membagi bagian ini menjadi dua bagian:
  1. Mengenal diri sendiri atau orang lain yang terluka batinnya.
  2. Apa yang dapat dilakukan supaya dapat pulih?

Mengenal Diri Sendiri atau Orang Lain yang Terluka Batinnya

Dalam dunia yang tidak sempurna ini, merupakan bagian kehidupan kalau ada orang yang merasa tidak senang hati terhadap perlakuan atau perkataan orang lain. Dengan kata lain, pengalaman yang dialami dirinya sendiri atau keluarganya atau orang dekatnya dapat menyebabkan hatinya terluka. Ada orang yang melukai orang lain dengan sengaja karena orang itu mementingkan dirinya sendiri, atau keluarganya sendiri, apa pun bentuknya. Ada orang yang secara tidak sengaja melukai orang lain. Namun, sangat sayang sekali ada orang yang tidak mengerti mengapa dirinya bertindak atau mengatakan seperti itu, yang menyebabkan orang lain di sekitarnya tidak nyaman, bahkan terluka. Perlu bagi kita untuk mengenal diri kita sendiri, bahkan orang lain yang terluka batinnya, supaya kita dapat dibantu dan membantu orang lain sehingga dapat pulih. Kita tahu semua orang sifatnya tidak sama. Ada orang yang cenderung memiliki sifat yang positif, tetapi ada juga orang yang cenderung memiliki sifat yang negatif. Setiap orang juga memunyai pandangan yang tidak sama. Ada yang pandangannya cenderung positif, namun ada orang yang pandangannya cenderung negatif. Sifat-sifat yang negatif dan pandangannya yang negatif tentunya tidak sehat dan dapat melukai diri sendiri dan orang-orang di sekelilingnya. Ternyata gejala-gejala negatif itu dapat merupakan dampak dari pengalaman yang terluka sebelumnya. Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang membingungkan bagi Anda? Anda tidak mengerti apa yang terjadi. Namun orang itu bawaannya sedikit-sedikit tersinggung, bahkan sedikit-sedikit dapat marah besar. Hal itu membingungkan orang-orang terdekat di sekelilingnya, bahkan dirinya sendiri. Misalnya, seorang Bapak dua anak tidak mengerti mengapa dia sering marah kepada istri dan kedua anaknya, padahal dia sangat mencintai mereka. Bapak itu mengatakan sering kali tanpa sebab-penyebab yang jelas, dia dapat tiba-tiba seperti gunung meletus, marah sekali terhadap istri dan anak-anaknya. Hal itu tidak dapat diprediksi kapan terjadinya sehingga istri dan anak-anaknya tidak tahan dengan perlakuannya seperti itu. Bapak itu bertindak seperti itu hanya di rumahnya saja, tidak di tempat kerja atau di tempat lainnya. Sewaktu bermain dengan anak-anaknya, tiba-tiba bapak itu dapat marah sekali. Atau sepulang kerja dia bermaksud mau membantu istrinya di dapur karena dia sangat mengasihi istrinya yang juga sudah lelah bekerja seharian. Tetapi dia dapat tiba-tiba marah besar sehingga istri dan anak-anaknya sangat terluka dan ketakutan. Ternyata bapak pemarah itu mengalami suatu peristiwa yang sangat menyakiti hatinya dan sangat memengaruhi kehidupannya. Papa & Mamanya memutuskan untuk bercerai sewaktu dia berusia 10 tahun. Kedua orang tuanya dengan tanpa pamit kepadanya, seorang anak tunggal, pergi meninggalkannya begitu saja. Suatu hari sepulang sekolah, pamannya menjemputnya dan mengatakan Papa Mamanya tadi pagi pergi meninggalkan rumah karena mereka memutuskan untuk bercerai. Dan sejak hari itu, anak itu tidak dapat pulang ke rumahnya lagi, tetapi pulang ke rumah pamannya dan tinggal bersama keluarga pamannya. Perubahan yang sangat dahsyat, tanpa dipersiapkan dahulu atau dibicarakan dahulu, membuatnya sangat terluka. Tanpa dia sadari, tindakan Papa Mamanya yang pergi tanpa mengatakan "good-bye" dan menceritakan sebab kepergian mereka, membuatnya sangat sakit hati. Dia merasa ditelantarkan, tidak "diorangkan," tidak diperhatikan, tidak dianggap sebagai anak karena kedua orang tuanya pergi begitu saja. Hal itu membuatnya sangat marah sekali. Bagaimana mungkin orang-orang yang sangat dia cintai dan mengatakan mencintainya bisa berbuat seperti itu kepadanya? Tetapi celakanya tanpa dia sadari bapak itu melampiaskan kemarahan terhadap Papa Mamanya yang sudah sekian lama tidak berada di sampingnya, kepada orang-orang yang sangat dia cintai, yaitu istri dan anak-anaknya. Namun, dia tidak sadar akan hal itu sampai dia mau menghadapi kemarahannya itu bersama seorang konselor. Lain halnya dengan seorang istri yang sering kali marah dengan semua orang, termasuk suaminya sendiri, orang-orang di tempat dia bekerja, di sekeliling rumahnya, di persekutuan gerejanya. Dia dijauhi orang karena sifatnya yang pemarah. Ini membuatnya makin marah pada orang lain. Untuk menghibur dirinya sendiri, dia makan dengan berlebihan, sehingga terjadi obesitas. Sejak kecil dia merasa ditipu oleh ayahnya sendiri, yang berjanji bertemu dengannya sepulang kerja, ternyata ayahnya tidak pernah pulang rumah. Ayahnya telah pergi dan menikah dengan perempuan lain. Keterpurukan keuangan membuatnya dan Mamanya lebih menderita. Belum lagi dicaci maki orang-orang karena perbuatannya ayahnya. Belum lagi setelah menikah pun ibu mertuanya memusuhinya, menyuruh suaminya menceraikannya. Syukur suaminya tetap setia mendampinginya. Namun dia tahu dia harus menghadapi dirinya sendiri, dia tidak tahu bagaimana caranya.

"Diagnostic dan Statistical Manual of Mental Disorders": DSM-5 menyebutkan orang-orang yang mengalami kelainan yang berhubungan dengan trauma dan stres antara lain dapat disebabkan karena pengalaman:

  • Kematian, diancam kematian, sesungguhnya atau diancam luka dan kekerasan yang serius, atau kekerasan seksual yang dialaminya sendiri atau orang dekatnya mengalaminya, baik sekali atau berulang kali.
  • Dia bisa berulang-ulang teringat akan pengalaman yang menyakitkan itu.
  • Mimpi buruk.
  • "Serangan" pengalaman trauma yang tiba-tiba datang.
  • "Flashbacks" yang tiba-tiba muncul dari pengalaman yang menyakitkan.
  • Menghindari tempat-tempat, bau, bunyi-bunyi, aktivitas, barang-barang, situasi tertentu.
  • Perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang negatif.
  • Pikiran dan perasaan yang berlebihan yang sering kali salah.
  • Melihat dirinya sendiri negatif.
  • Tak dapat mengalami perasaan positif.
  • Menyalahkan dirinya sendiri.
  • Menjauhkan diri dari orang lain.
  • Tidak berminat terhadap berbagai hal.
  • Kemarahan yang agresif dan berlebihan.
  • Tindakan merusak diri dan orang lain.
  • Sulit tidur.
  • Sangat was-was.
  • Sangat terkejut yang berlebihan.
  • Tidak dapat fokus dan sebagainya.

Lain halnya dengan anak yang sangat penakut sekali sehingga sewaktu istirahat dia tidak berani keluar kelas, bermain dengan teman-teman lainnya. Segala macam membuatnya sangat ketakutan yang berlebihan. Anak itu pendiam, tidak bersuara, tidak bergerak banyak, tidak bereaksi apa-apa. Dunia seakan siap menerkamnya kalau dia bersuara atau bergerak. Orang tuanya membawa anak itu untuk dikonseling karena ketakutannya yang sangat berlebihan itu. Ternyata setiap hari mulai anak ini bangun tidur pada pagi hari sampai dia kembali tidur pada malam hari, anak itu setiap bertemu dengan ibunya selalu dimarahi. Semua gerak-geriknya dalam rumahnya akan dimarahi ibunya, bahkan kalau bekal makanannya habis dimakan dimarahi, tidak habis dimakan dimarahi, belum lagi hal-hal lainnya yang berkaitan dengan apa saja dimarahi. Ternyata Mama belum siap akan kelahiran anak pertamanya. Mama ini masih ingin berkarier, tetapi suami minta cepat memunyai anak. Maka setiap kali Mama melihat anak pertamanya, Mama menganggap anaknya itu sebagai penghancur mimpi kariernya, dan penghalang tercapainya karier yang dia dambakan itu. Ada juga seorang istri yang selalu curiga secara berlebihan. Apa saja diartikannya suami lagi selingkuh dengan teman sekantornya. Misalnya suami pulang rumah pukul 5:05 sore, bukan pukul 5 sore tepat. Bagi istrinya itu sudah sebagai pertanda ketidaksetiaan suaminya. Apalagi kalau suaminya terlambat memersiapkan diri pergi kerja, mengejar waktu sehingga tidak sempat makan pagi, hanya bawa cereal untuk disiram air di tempat kerjanya untuk makan paginya. Bagi istrinya itu pertanda suaminya lagi ada "date" dengan teman sekantornya untuk makan pagi bersama. Suami istri itu sering sekali bertengkar karena kecurigaan yang berlebihan itu. Tanpa disadari istri itu memandang dirinya terlalu rendah sehingga khawatir suaminya akan pergi dengan perempuan lainnya yang lebih pandai, lebih terampil darinya. Istri itu dahulu pernah kerja sebelum menikah, tetapi kariernya terhenti secara mendadak sebelum dia siap. Dia hamil di luar nikah, dia harus cepat-cepat menikah dengan suaminya untuk menutupi aib mereka dalam keluarga mereka berdua. Setelah menikah mereka ada dua anak. Mereka berdua memilih ibu itu ‘full-time’ menjadi ibu rumah tangga. Namun, setelah kedua anaknya masuk sekolah, ibu ini "menyibukkan diri" dengan mencari perhatian suami yang lebih banyak, dengan mencari-cari berbagai kesalahan suami, yang tentunya membuat hubungan pernikahan mereka hampir kandas. Kita telah melihat ada orang-orang yang mengalami berbagai gejala yang membingungkan dirinya sendiri dan orang lain, karena mengalami berbagai kekerasan, seperti kekerasan fisik (dipukuli, dianiaya), kekerasan emosi (sering ditekan), kekerasan seksual dan penelantaran.

Tanda-tanda yang dapat terlihat secara fisik, antara lain:

  • Luka di salah satu atau lebih dari bagian tubuh, mulai dari kepala sampai dengan kaki
  • Pendarahan di salah satu atau lebih dari bagian tubuh
  • Patah tulang di salah satu atau lebih dari bagian tubuh
  • Bekas terbakar bukan karena kecelakaan
  • Lensa mata yang terlepas
  • Tubuh yang tidak terurus, kotor, bau dan terluka

Tanda-tanda yang dapat dilihat secara emosi, antara lain:

  • Harga diri rendah
  • Agresif atau menarik diri
  • Sangat takut sekali
  • Pemalu yang berlebihan
  • "Menyembunyikan diri" supaya tidak terlihat sehingga tidak dianiaya
  • Tidak ada "bimbingan" yang baik sehingga terlihat tanpa arahan, kacau
  • Kurang "sopan santun"
  • Perkembangan emosi yang tidak dewasa
  • Mengalami stres, bahkan depresi
  • Patah semangat, putus asa
  • Kekecewaan yang mendalam

Tanda-tanda secara akademis & kemampuan, antara lain:

  • Dapat mengalami kemunduran
  • Kemampuan bahasanya dapat mundur

Lenore E.Walker menyebutkan beberapa ciri dari wanita yang mengalami kekerasan di dalam kehidupan rumah tangga mereka. Lenore E.Walker mewawancarai para istri yang berumur antara 17 sampai dengan 76 tahun yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga mereka. Lama kekerasan yang dialami antara 2 bulan hingga 53 tahun, yaitu setelah suami meninggal.

  1. Dia memiliki harga diri rendah. Dia selalu ragu-ragu tentang kemampuannya sebagai ibu rumah tangga. Dia ragu-ragu apakah dia juru masak yang baik dan pandai bercinta. Kalau di rumah dia gagal dihargai oleh suami, dia dianggap sebagai orang gagal.
  2. Dia tahu tanggung jawab keluarga, tanggung jawab istri dan percaya akan kesatuan keluarga. Dia menerima tanggung jawab terhadap kelakuan penganiaya.
  3. Wanita menderita rasa bersalah, tetapi menolak rasa marah dan rasa takut.
  4. Sikapnya terhadap dunia pasif, tetapi terhadap diri sendiri dan keadaannya aktif supaya tidak dianiaya.
  5. Dia sangat stres dan ketakutan, sering sakit-sakitan karena gangguan psikologis sosiologis. Dia sering sakit punggung, kepala, tidak dapat tidur, depresi, cepat lelah dan khawatir.
  6. Istri berusaha menyenangkan suami secara seksual supaya dapat intim.
  7. Dia menganggap tidak ada yang dapat membantunya kecuali dirinya sendiri.
  8. Dia percaya tradisi, wanita harus berada di rumah, bagaimana pun juga dia akan meninggalkan karier demi menyenangkan suami. Seringkali laki-laki cemburu dengan lingkungan pekerjaannya. Kalau dia berhenti bekerja, keadaannya lebih parah lagi karena tidak ada waktu tenang dan kekurangan uang. Wanita yang dianiaya menganggap suami sebagai kepala keluarga meskipun sebenarnya dia yang aktif mengatur segala sesuatu.
  9. Sebelum menikah sering kali dia adalah seorang wanita yang dikasihi orang tuanya dan anak yang sangat baik.
  10. Dia berusaha menjadi penjaga perdamaian dalam keluarga, supaya suami tidak marah. Semuanya harus teratur dan baik, termasuk anak, orang tua, pembantu, suasana dan keadaan rumah, bahkan juga binatang peliharaan.

Berbagai hal di atas dapat membuat kita lebih mengenal diri sendiri dan orang lain yang terluka, gejala-gejala dari orang yang terluka hatinya. Lalu apa yang harus kita lakukan supaya dapat dipulihkan dan supaya hidup kita tidak menyakiti diri kita dan orang lain di sekitar kita lagi? Marilah kita mengikutinya di bagian kedua.

Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo [5]
Audio [6]
Masalah Hidup [7]
T604A [8]

URL sumber: https://m.telaga.org/audio/terluka_mau_pulihkah_mengenal_diri_sendiri_atau_orang_lain_yang_terluka_batinnya

Links
[1] https://media.sabda.org/telaga/mp3/T604A.mp3
[2] mailto:telaga@telaga.org
[3] http://www.telaga.org
[4] http://www.telaga.org&lt;/a&gt;;
[5] https://m.telaga.org/nara_sumber/pdt_dr_vivian_andriani_soesilo
[6] https://m.telaga.org/jenis_bahan/audio
[7] https://m.telaga.org/kategori/masalah_hidup0
[8] https://m.telaga.org/kode_kaset/t604a