Tantangan Berat Di Hari Tua

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T511A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kebanyakan kita berharap bahwa setelah berjerih payah pada masa muda, kita akan dapat menikmati hidup pada masa tua. Namun kadang harapan tidak kunjung menjadi kenyataan, sebaliknya, kita malah harus memikul beban yang justru lebih berat daripada beban yang kita pikul di masa muda. Beban ekonomi dan masalah anak turut menjadi beban bagi orangtua di masa tuanya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kebanyakan kita berharap bahwa setelah berjerih payah pada masa muda, kita akan dapat menikmati hidup pada masa tua. Mungkin kita membayangkan bahwa kita akan hidup secara lebih santai dan tenteram, tidak banyak persoalan lagi yang mesti dihadapi. Namun kadang harapan tidak kunjung menjadi kenyataan, sebaliknya, kita malah harus memikul beban yang justru lebih berat daripada beban yang kita pikul di masa muda. Pada kesempatan ini kita akan melihat beban seperti apakah yang kadang mengunjungi kita di hari tua. Sudah tentu untuk mendapatkan panduan yang kita butuhkan, kita akan melihat Firman Tuhan.

Beban hidup pertama yang kadang datang mengunjungi kita di hari tua adalah KESULITAN EKONOMI. Bagi kita yang memunyai penghasilan yang baik, kita akan dapat menabung untuk hari tua. Namun, bagi kita yang hidup pas-pas-an, kita tidak bisa menabung sebab untuk mencukupi hidup sehari-hari saja sudah sulit. Nah, bila kita berada dalam situasi ini—dan anak-anak pun hidup secara pas-pas-an—maka di masa tua kita akan mengalami kesulitan. Kita sudah tidak bekerja, jadi, tidak berpenghasilan, sedang pengeluaran tetap berjalan.

Saya tidak memunyai solusi untuk masalah ini; saya mengerti betapa peliknya masalah ini. Saya bersyukur kepada Tuhan karena sekarang sudah ada BPJS sehingga biaya perawatan medis sedikit banyak tertutupi. Namun, saya pun mafhum bahwa kita tetap memerlukan uang ekstra untuk kesehatan, berhubung pada hari tua penyakit datang silih berganti. Dalam kondisi seperti ini kita hanya dapat berdoa, meminta Tuhan terus memelihara kita. Sebagaimana Ia telah memelihara kita di masa lampau melalui penghasilan dari pekerjaan, kita bersandar kepada-Nya untuk memelihara kita di masa tua melalui cara-Nya yang tak terbayangkan.

Peganglah perkataan Yesus Putra Allah, "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? . . . . Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok sebab hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:26,34)

Beban kedua yang mungkin mengunjungi kita adalah MASALAH ANAK. Ada anak yang sudah menyimpan masalah sejak kecil atau muda. Setelah dewasa—pada masa kita tua—masalahnya bertambah dan menjadi beban buat kita. Ada pula anak yang pada masa kecil dan muda tidak bermasalah; sekolah dan pergaulan baik, kerohanian juga baik. Setelah menikah barulah ia mulai bermasalah. Alhasil pernikahannya hancur dan kehancuran pernikahan disusul dengan kehancuran hidup. Kita pun terpaksa mengulurkan tangan dan menolong sedapatnya. Kita tidak dapat memastikan masa depan anak. Sebaik apa pun kita berusaha dalam membesarkannya, pada akhirnya kita tidak tahu akan seperti apakah ia kelak. Hidup penuh dengan keputusan dan anak harus mengambil keputusan dengan bijak. Adakalanya anak mengambil keputusan yang salah—bukan sekali, tetapi berulang kali. Tidak bisa tidak, kita pun terseret dan terkena getah perbuatannya. Ada anak yang meninggalkan cucu, ada anak yang meninggalkan utang. Masa tua pun jauh dari tenteram; justru yang datang adalah kecemasan. Raja Daud mencintai Tuhan dan keluarganya, namun di hari tua ia justru dirundung masalah oleh anak. Pertama, Amnon, putra sulungnya menodai Tamar, putrinya—satu ayah berlainan ibu. Berikut, Absalom, putra ketiganya berusaha menggulingkan pemerintahannya. Sebelum ia melakukan itu, ia membunuh Amnon, karena menodai Tamar, adik seayah dan seibu. Akhirnya Absalom mati dalam peperangan. Setelah wafat, masalah Daud berlanjut. Adonia, salah seorang putranya, berusaha merebut takhta dari tangan Salomo, pewaris mahkota. Ia mati di tangan Salomo. Daud tidak menikmati hari tua yang tenteram karena ulah anak-anaknya. Adakalanya kita tergoda untuk mengambil jalan pintas yaitu menikah kembali. Mungkin ini adalah jalan yang baik dan mungkin ini adalah kehendak Tuhan bagi kita. Sungguhpun demikian kita harus berhati-hati dan tidak gegabah memilih pasangan hidup. Salah pilih bisa membuat hari tua kita bukan bertambah tenteram tetapi malah bertambah kacau. Juga, jangan sampai kita meninggalkan masalah kepada anak sepeninggalnya kita. Oleh karena ketidakjelasan dan ketidaktegasan kita, akhirnya anak dan pasangan baru kita bersengketa warisan.

Biarlah janji Tuhan melalui Nabi Yesaya (46:4) menghantar kita memasuki hari tua dengan iman, "Sampai masa tuamu dan sampai putih rambutmu, Akulah Dia, Akulah Dia yang akan memeliharamu. Akulah yang menciptakanmu dan Aku akan menggendongmu. Aku akan memeliharamu dan Aku akan menyelamatkanmu." Walau beban berdatangan di hari tua, yakinlah bahwa Tuhan sudah datang terlebih dahulu. Ia akan memelihara kita !