Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Seks Terus Mengetuk Pintu". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Ada banyak orang, khususnya laki-laki, yang tahan untuk tidak mencuri atau membunuh. Tetapi ketika diperhadapkan dengan masalah seks, seolah-olah dia tidak punya kekuatan dan akhirnya terlibat di dalam dosa seksual ini. Kenapa dosa ini begitu kuat, Pak Paul ?
PG : Pak Gunawan, dewasa ini tidak ada dosa yang lebih berbahaya daripada dosa seksual. Begitu banyak anak-anak Tuhan yang jatuh ke dalam dosa seksual dan begitu banyak anak-anak Tuhan yang menjauh bahkan meninggalkan Tuhan karena jatuh ke dalam dosa seksual. Masalah utama dengan dosa seksual adalah ia tidak pernah berhenti mengetuk pintu hati kita, Pak Gunawan. Kendati kita telah mengusirnya dan membentengi pintu pertahanan setebal mungkin, dosa seksual terus mengetuk dan kita terus dapat mendengar ketukan itu. Akhirnya ada yang bertahan, adapula yang tidak. Pintu dibuka, dosa pun masuk. Itu sebabnya penting bagi kita pada kesempatan ini untuk membahas beberapa pintu yang kerap digunakan oleh dosa seksual untuk masuk. Kita juga akan membahas beberapa saran untuk bertahan, Pak Gunawan.
GS : Kalau Pak Paul umpamakan itu seperti pintu, ada jalan di dalam diri kita yang memang bisa dilalui oleh dosa itu ? Tidak ada seorangpun yang kebal terhadap dosa ini.
PG : Betul, Pak Gunawan. Kadang kita berpikir, "Kalau saya sudah dekat dengan Tuhan, pintu itu tentu tertutup." Masalahnya adalah meskipun pintu sudah tertutup, ketukan dosa itu masih dapat kita dengar. Kita juga mesti ingat, kita tidak selalu kuat. Ada waktu-waktu kita kuat, ada waktu-waktu kita lemah. Jadi, menyangkut dosa seksual ini, kita harus terus waspada.
GS : Memang ada orang yang menyesal setelah terjatuh dalam dosa seksual ini. Misalnya Daud yang kemudian bertobat kepada Tuhan. Tapi ada juga yang malah menikmati. Bagaimana ini, Pak Paul ?
PG : Betul, Pak Gunawan. Ada yang hancur, mengaku dosa, meminta pengampunan dari Tuhan, dan rela membayar harga untuk menjalani perawatan, pemulihan dan sebagainya. Tapi ada orang yang berkebalikannya, Pak Gunawan. Dia sama sekali tidak mau melihatnya sebagai kejatuhan atau dosa. Dia menjalankan hidup seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dengan kata lain, dia dengan sengaja membutakan matanya supaya dia tidak usah melihat perbuatannya itu.
GS : Iya. Biasanya itu masuk lewat pintu apa saja, Pak Paul ?
PG : Ada beberapa pintu, Pak Gunawan. Yang pertama adalah pornografi. Internet telah menjadi wadah berkat tetapi pada saat yang sama, internet telah menjadi sarana penyebaran pornografi yang paling efektif dalam sejarah manusia. Sekarang ini anak pada usia berapa pun dapat mengakses pornografi. Masalahnya bukan hanya anak yang menyelinap masuk ke dunia pornografi, orang dewasa pun turut masuk. Kita perlu mengerti bahwa bahaya terbesar pornografi terletak pada apa yang terjadi setelah kita mengkonsumsinya, bukan pada saat kita tengah mengkonsumsinya. Setelah kita mengkonsumsinya, pornografi menjadi bagian tak terlepaskan dari hidup kita. Gambar yang kita lihat dan rangsangan yang kita rasakan terus memanggil-manggil. Dari sekadar melihat akhirnya kita menjadi kecanduan. Pikiran dan nafsu pun menjadi bagian diri yang terlepas dan tidak terkendali. Seks berkembang dari sekadar bagian kehidupan menjadi pusat kehidupan. Begitu kuatnya pengaruh pornografi di dalam kehidupan kita, Pak Gunawan.
GS : Itu berarti sekali kita membukakan pintu untuk dosa seksual ini, kita langsung diikat atau dikuasai oleh pengaruhnya ya ?
PG : Betul, Pak Gunawan. Seperti orang yang pernah menjadi pecandu narkoba atau minuman keras. Misalnya mereka telah berhenti memakai narkoba atau berhenti minum minuman keras selama bertahun-tahun. Sekali saja mereka jatuh kembali, roda itu kembali berputar, Pak Gunawan. Tidak bisa lepas lagi, kecanduan itu langsung kembali. Kita mungkin bingung, ‘kan sudah tidak memakainya misal selama 10 tahun, seharusnya lebih kuat ? Tidak, Pak Gunawan. Yang namanya kecanduan, begitu terulang maka ia akan kembali seperti semula, tidak ada bedanya seperti dulu.
GS : Iya. Kalau narkoba, pertama kali mungkin orang merasa tidak suka misalkan karena pengaruhnya. Tapi dosa seksual, sekali dicoba, orang bisa terus melakukan hal yang sama ya, Pak Paul ?
PG : Betu, Pak Gunawan. Karena memang seks adalah bagian dari hidup kita. Dalam rencana Tuhan, Dia menghendaki seks menjadi bagian hidup kita dan dalam bagian hidup pernikahan kita. namun pornografi mengubah seks bukan sekadar bagian dari hidup kita malah menjadi pusat hidup kita. Orang yang kecanduan pornografi tidak bisa mikir yang lain-lain, yang dipikirkan adalah kapan bisa mengkonsumsinya lagi. Malam tidak bisa, pagi mesti bisa lihat. Terus akan diikat seperti itu sehingga pornografi seolah-olah menjadi poros kehidupannya.
GS : Iya. Kalau Pak Paul tadi katakan sekarang jaman internet sehingga sangat mudah mengakses pornografi. Namun jaman dulu pun orang cenderung melihat gambar-gambar yang tidak senonoh itu, Pak Paul ?
PG : Bedanya adalah di masa lampau orang harus mengusahakan untuk mendapatkannya dan tidak terlalu mudah untuk mendapatkannya. Sekarang orang tidak usah beranjak dari tempat duduknya, di dalam kamar pun dia bisa mengkonsumsi pornografi karena memang bisa diakses dengan begitu mudahnya.
GS : Dengan kemajuan komunikasi jarak jauh, sekarang bukan lagi lewat gambar-gambar, lewat suara pun orang bisa terangsang.
PG : Betul. Kita tahu sekarang ada yang menawarkan jasa-jasa seperti itu, melayani nafsu seks orang lewat telepon, lewat suara-suara. Belum lagi, kita juga tahu di kalangan anak-anak muda yang dengan sukarela menawarkan tubuhnya untuk difoto, untuk diabadikandan disebarkan. Mereka tidak merasa malu. Mereka merasa ini tubuhnya ya silakan orang mengkonsumsinya. Jadi, sekarang kita menyaksikan sesuatu yang belum pernah kita saksikan sebelumnya.
GS : Pintu masuk lainnya apa, Pak Paul ?
PG : Pintu masuk kedua adalah pelacuran. Jarak antara pornografi dan pelacuran sangat dekat. Banyak orang memulai dengan pornografi dan mengakhirinya dengan pelacuran. Mulai dengan melihat, sekarang ingin mencobanya. Selain dari cengkramannya yang kuat, pelacuran juga menjadi wadah penularan penyakit kelamin dan HIV AIDS. Pelacuran juga mendekatkan kita dengan kehidupan malam, gaya hidup yang tidak sehat dan bermuatan dosa. Jika kita sudah menikah, pelacuran bukan saja menghancurkan kekudusan nikah, pelacuran juga menghancurkan keintiman nikah, Pak Gunawan. Sebab orang yang sudah bergaul dengan pelacur biasanya tidak mau lagi mau intim dengan pasangannya. Jadi, pelacuran bukan saja menghancurkan kekudusan seseorang di mata Tuhan dan pasangannya tetapi juga menghancurkan keintiman. Singkat kata, pelacuran menghancurkan pernikahan itu sendiri.
GS : Pak Paul, walaupun banyak tempat pelacuran yang ditutup, namun sekarang pelacuran itu bisa berkembang kemana-mana, bisa di mall, di depan sekolah, dan lain-lain.
PG : Betul. Dimudahkan oleh teknologi, hampir dapat dipastikan bahwa tempat khusus pelacuran itu tidak terlalu diperlukan lagi. Sama seperti dulu kita harus ke toko untuk membeli barang, sekarang kita bisa membeli barang lewat internet, tinggal bayar dan barang diantar. Pelacuran juga sama. Sekarang semua bisa diatur lewat internet dan tidak usah datang ke suatu tempat.
GS : Iya. Walaupun orang mengerti bahwa itu mengandung resiko, seperti resiko penyakit dan sebagainya. Tapi kenapa orang tetap mau melakukan itu, Pak Paul ?
PG : Pada mulanya biasanya pengaruh teman, Pak Gunawan. Diajak-ajak akhirnya melakukan. Dan tadi saya sudah singgung juga, jarak antara pornografi dan pelacuran sangatlah dekat. Kalau kita tidak bisa lagi terkendali dalam mengkonsumsi pornografi, tinggal tunggu waktu kita akan melakukan jasa pelacur. Selain itu ada juga orang-orang yang memang memunyai kehidupan yang buruk. Misalnya dari kecil dia sudah melihat, misalnya pamannya atau bahkan ayahnya, pergi ke tempat-tempat mesum, kadang dia juga diajak. Ada anak-anak yang sejak dini sudah terekspose dengan kehidupan yang tidak sehat ini. Akhirnya sewaktu dia remaja, dia mengikuti jejak orang tua itu.
GS : Iya. Ada orang yang mengatakan pelacuran adalah tempat pelarian buat dia. Karena dia merasa tidak nyaman di rumah, akhirnya dia pergi ke tempat pelacuran. Bagaimana, Pak Paul ?
PG : Betul. Ini juga salah satu alasan mengapa orang juga menggunakan jasa pelacuran sebab ada yang memunyai kehidupan dengan tingkat stres yang begitu tinggi. Dia ingin bisa dipuaskan dan mungkin dia berpikir dia tidak akan mendapatkan kepuasan seperti itu dari pasangannya, sehingga dia pergi ke tempat pelacuran. Dalam konteks itu, betul bahwa pelacuran menjadi tempat pelarian.
GS : Iya. Mobilitas manusia yang begitu tinggi sehingga seringkali seseorang berpisah dengan pasangannya. Ini memungkinkan orang itu untuk jatuh di dalam pelacuran.
PG : Betul. Kita juga tidak mau menutup mata mengakui kenyataan di lapangan yaitu budaya kehidupan malam, budaya menggunakan jasa pelacur itu adalah bagian dari sebagian budaya orang-orang di dunia ini, Pak Gunawan. Misalnya sekelompok orang pergi - sekarang bukan hanya pria, wanita juga bisa – merayakan ulang tahun seseorang. Kemudian dalam acara itu dipanggillah seoang pelacur, atau mereka pergi ke tempat pelacuran untuk merayakan sesuatu. Jadi, memang dalam kelompok masyarakat tertentu, hal-hal seperti ini menjadi budaya mereka. Akhirnya orang-orang yang tadinya tidak melakukannya, karena masuk ke dalam budaya tersebut, dibawa-bawalah oleh teman-teman mereka.
GS : Pintu ketiga apa, Pak Paul ?
PG : Pintu masuk yang ketiga adalah relasi romantis. Begitu kita menjalin relasi yang romantis, kita pun mulai bergerak menuju keintiman. Seyogyanya kita berjalan perlahan sehingga dapat memertahankan jarak. Namun tidak selalu kita berhasil. Ada kalanya kita bergerak terlalu cepat sehingga gagal menjaga jarak, hubungan seksual pun terjadi. Masalahnya adalah sekali terjadi, kesanggupan kita untuk mencegah hubungan justru melemah. Akhirnya kita terus tersandung dan tidak kuasa membendung nafsu. Relasi berpacaran yang seharusnya dibangun di atas fondasi pengenalan dan penerimaan menyeluruh, akhirnya dibangun di atas ketertarikan dan kepuasan saja.
GS : Yang Pak Paul maksud dengan relasi romantis itu yang seperti apa ?
PG : Yang saya maksud adalah relasi berpacaran sebelum menikah, Pak Gunawan. Saya tahu ini menjadi masalah besar di kalangan pemuda – pemudi. Sebab memang banyak pemuda – pemudi bahkan pada masa yang lebih dini sudah terkontaminasi oleh pornografi. Jadi, waktu mereka berpacaran, menjaga jarak menjadi sebuah tantangan yang sangat besar. Sehingga akhirnya mudah sekali mereka jatuh ke dalam dosa seksual.
GS : Selain itu masyarakat pun sepertinya mengijinkan hal-hal seperti itu terjadi sebelum pernikahan. Hubungan seksual sebelum pernikahan dianggap sudah lumrah. Jadi, karena lingkungan seolah-olah mendukung apa yang dilakukan orang berpacaran, maka mereka melakukan itu.
PG : Betul, Pak Gunawan. Tidak bisa kita sangkal sekarang telah terjadi pergeseran nilai. Dulu orang masih bisa berkata, "Saya jatuh. Saya tidak seharusnya melakukan hubungan itu." Tapi sekarang makin banyak orang yang tidak melihatnya sebagai sebuah kesalahan. Jadi, dia tidak melihat bahwa dia telah berdosa kepada Tuhan dan dia butuh pengampunan dan pertobatan. Saya kira inilah beda utama antara dulu dan sekarang. Itu sebabnya memang makin banyak orang yang melakukan hubungan seksual pada masa berpacaran.
GS : Disamping itu mereka melakukannya dengan dalih pokoknya tidak sampai hamil. Padahal sekarang alat kontrasepsi begitu mudah diperoleh, Pak Paul.
PG : Betul. Sekarang mereka sudah lebih mengerti tentang kontrasepsi akhirnya mereka menggunakan alat-alat kontrasepsi sehingga mereka bisa menutupinya. Orang mungkin juga tidak berpikir bahwa mereka telah melakukannya.
GS : Sebenarnya dosa seksual ini bukan hanya dosa masalah tubuh, tetapi juga masalah emosi dan kejiwaan orang itu ?
PG : Betul, Pak Gunawan. Pada akhirnya kalau kita terus menerus memikirkan hal-hal seksual, itu akan sangat menguasai pikiran dan emosi kita. Yang bahaya adalah kalau dosa seksual telah begitu mencengkeram relasi kita dengan pacar kita, kita sebetulnya tengah merugikan diri sendiri. Kenapa ? Sebab nanti setelah kita menikah, kita tiba-tiba sadar, "Kok saya begitu berbeda dengan dia ya ? Kok dia begini ?" Kenapa kita tidak kenal, kenapa kita tidak tahu ? Karena pada masa berpacaran kita tidak bisa melihat semua perbedaan itu sebab mata kita tertutup oleh kepuasan seksual.
GS : Iya. Tapi relasi romantis ini ‘kan bukan hanya masalah muda-mudi yang belum menikah, Pak Paul. Orang yang sudah menikah juga sering terjebak dalam relasi romantis.
PG : Betul. Ini adalah pintu masuk yang keempat, yaitu perselingkuhan, Pak Gunawan. Pada umumnya perselingkuhan dimulai dengan persahabatan. Yang membedakan persahabatan ini dari persahabatn lainnya adalah persahabatan yang berakhir dengan perselingkuhan biasanya memunyai muatan ketertarikan dan ketergantungan. Dua unsur ini menyedot kita kepada satu sama lain dan dalam waktu singkat kita pun jatuh ke dalam dosa seksual. Di bawah bayang-bayang rasa takut dan rasa bersalah, hubungan seksual dalam selingkuh bahkan menjadi begitu berdaya membuat kita makin tak terpisahkan, Pak Gunawan. Sekali lagi kita mesti mewaspadai persahabatan kita dengan lawan jenis. Jika kita menyadari ada ketertarikan, langsung kita harus menjaga jarak. Jika kita menyadari kita mulai bergantung kepadanya, kita ingin dia dekat dengan kita, kita ingin bicara dengan dia, kita membutuhkan dukungannya, nah kalau demikian, kita juga mesti menjaga jarak.
GS : Tapi biasanya kesadaran itu tidak timbul dari dirinya sendiri, Pak Paul. Menunggu ada orang lain yang memberitahukan atau mencelikkan matanya baru dia tersadar. Kalau diri sendiri rasanya tidak demikian karena dia menikmati relasi itu.
PG : Betul sekali. Tidak mudah untuk menyangkal diri, Pak Gunawan. Biasanya yang terjadi adalah kebalikannya. Kita terus merasionalisasi, "Tidak, dia hanya sahabat saya. Kami hanya saling berbagi. Tidak ada yang namanya ikatan romantis." Memang diperlukan kejujuran dan kekuatan untuk melihat realitas.
GS : Iya. Sebenarnya begitu banyak pintu dimana dosa seksual bisa masuk dan menguasai seseorang. Bagaimana kita bisa menangkal atau menepis supaya ketukannya tidak lagi terdengar, Pak Paul ?
PG : Yang pertama, kita harus berjalan dengan Tuhan. Firman Tuhan di Mazmur 119:9 mengingatkan, "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih ? Dengan menjaganya sesuai firman-Mu." Jadi, kita mesti datang kepada Tuhan setiap hari. Kita musti berdoa serta diisi dan dibasuh oleh firman Tuhan setiap hari. Sebab doa dan firman Tuhan adalah satu-satunya kekuatan yang dapat melindungi kita dari pencobaan seksual.
GS : Berarti dengan kita mendekatkan diri kepada Tuhan, kita menjauhkan diri kita dari godaan dosa seksual ini ?
PG : Betul. Sebab ketika kita membaca firman Tuhan, ketika kita berdoa, tidak bisa tidak, Tuhan akan bersuara memberi kita tuntunan-Nya.
GS : Yang terutama, dosa ini biasanya tidak diketahui orang lain karena dosa ini terjadi di dalam pikiran kita. Tetapi Tuhan tahu dan seringkali mengingatkan kita. masalahnya, orang mengeraskan hatinya terhadap firman Tuhan ini.
PG : Betul. Tadi kita sudah singgung, buat dia ini adalah sesuatu yang menghibur, sesuatu yang nikmat, sesuatu yang memberikan kepuasan, sesuatu yang mengisi kehidupannya dan sebagainya. Jadi tidak mudah buatnya untuk menyangkal diri dan berkata, "Tidak, saya tidak boleh melakukannya."
GS : Tetapi bagi orang yang memang tidak terbiasa membaca firman Tuhan secara teratur setiap hari atau berdoa setiap hari, memang agak sulit melakukan hal ini, Pak Paul.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi, saya sarankan nasehat yang kedua yaitu kita harus berjalan bersama anak-anak Tuhan. Firman Tuhan dalam Mazmur 119:63 berkata, "Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu dan dengan orang-orang yang berpegang pada titah-titah-Mu." Pergaulan berpotensi besar membawa kita dekat dengan atau jauh dari Tuhan. Itu sebabnya kita harus memilih teman yang dapat membawa kita dekat dengan Tuhan. Hindarilah teman yang dapat menjerumuskan kita ke perangkap dosa termasuk dosa seksual. Kalau kita dekat dengan teman yang takut akan Tuhan, dia juga akan dapat mengingatkan kita akan kehendak Tuhan dan juga firman Tuhan.
GS : Dengan dia bergabung di dalam sebuah persekutuan dengan orang-orang yang takut akan Tuhan berarti dia menghindarkan dirinya dari pergaulan yang tidak sehat ?
PG : Betul. Kalau kita kebetulan sedang jauh dari keluarga, jauh dari orang-orang yang mengenal kita, nah godaan ini akan membesar, Pak Gunawan. Justru dalam kondisi seperti itulah terlebih penting bagi kita untuk mencari teman-teman seiman, bersekutu dengan mereka dan tidak meninggalkan ibadah kita dan persekutuan kita dengan Tuhan.
GS : Jadi, memang sebenarnya Tuhan menempatkan kita di antara orang-orang yang seiman dimana kita bisa bersekutu dengan orang itu ya ? Kita tidak perlu berjuang sendirian. Mungkin lewat itu kita tahu ini bukan masalah kita sendiri, orang lain pun punya masalah yang sama.
PG : Betul. Dalam persekutuan, kita mendapatkan kekuatan. Ada yang mengingatkan kita dari kegagalannya, dia menceritakan penyesalannya serta konsekuensi dari perbuatannya. Semuanya itu memberi kita kekuatan tambahan.
GS : Yang ketiga, apa yang harus kita lakukan, Pak Paul ?
PG : Kita harus bersikap dan berperilaku sebagai anak-anak Tuhan. Pada masa berpacaran, datanglah kepada hamba Tuhan, mintalah kesediaannya untuk mendengar pertanggungjawaban kita dalam berelasi. Jangan mengaburkan batas, sebaliknya pertegas batas. Jangan merayu-rayu orang, sebaliknya hormati orang. Ingatlah akan suami, istri atau keluarganya. Inilah sikap dan perilaku kita sebagai anak-anak Tuhan. Untuk menutup, saya akan mengutip cerita Yusuf. Kita tahu sewaktu dia digoda oleh istri Potifar, majikannya, Yusuf memberi jawaban, "Dengan bantuanku, tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya daripadaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain daripada Engkau, sebab Engkau istrinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah ?" Kejadian 39: 8 dan 9. Disini kita melihat Yusuf menghormati kepercayaan yang diterimanya dan dia tidak mau menyalahgunakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Yusuf pun takut berdosa kepada Tuhan. Semua ini memegangnya dengan erat sehingga dia tidak jatuh ke dalam dosa seksual. Jadi, ingatlah, dosa seksual bukan saja merugikan orang, dosa ini pun menghancurkan orang.
GS : Iya. Sikap tegas atau sikap disiplin diri sendiri ini sangat dibutuhkan ya, Pak Paul, baik terhadap Tuhan maupun diri sendiri. Dengan bersikap tegas seperti Yusuf, kita bisa terhindar. Sekalipun dosa terus mengetuk pintu, kita tidak perlu atau tidak harus membukakannya.
PG : Betul, Pak Gunawan.
GS : Dan kekuatan itu hanya datang dari Tuhan sendiri.
PG : Amin.
GS : Terima kasih untuk perbincangan kali ini, Pak Paul. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Seks Terus Mengetuk Pintu". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.