Sampai Hari Tuaku

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T196A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Kita melihat pernikahan bermasalah di hari tua dan kita pun bertanya, mengapa? Ada beberapa langkah yang dapat kita ambil untuk mempersiapkan diri melewati masa tua bersama pasangan: Hidup terbagi dalam beberapa fase, masa tua adalah masa mengingat dan menuai, masa tua adalah masa perubahan prioritas.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Berbeda dari pakaian atau kendaraan yang kita pakai hanya untuk sementara, pernikahan dimaksudkan Tuhan untuk berlangsung sepanjang hidup. Kadang kita melihat pernikahan bermasalah di hari tua dan kita pun bertanya, mengapa. Berikut ini akan dibahas beberapa prinsip atau langkah yang dapat kita ambil untuk mempersiapkan diri melewati masa tua bersama pasangan.

  1. Hidup terbagi dalam beberapa fase; adakalanya kita siap dan menikmati hidup bersama pasangan dalam fase tertentu, misalnya fase belum mempunyai anak, fase ketika anak-anak kecil, fase pengembangan diri. Namun belum tentu kita siap dan dapat menikmati kebersamaan melewati masa tua sebab masa tua adalah masa yang penuh dengan keterbatasan. Setidaknya kita mesti siap untuk menerima keterbatasan dalam keempat elemen berikut ini:
    1. jenis aktivitas
    2. berapa sering
    3. berapa memuaskan
    4. berapa lama
  2. Masa tua adalah masa mengingat dan menuai. Di masa tua kita tidak lagi memandang ke depan sebab secara alamiah kita tahu bahwa tidak banyak lagi waktu yang tersisa. Secara fisik pun ingatan jangka pendek kita makin memudar; yang masih melekat adalah memori jangka panjang. Itu sebabnya kita sering mengingat hal-hal yang terjadi dulu dan jika pengalaman di masa dulu penuh kepahitan, dapat diduga di hari tua kepahitanlah yang akan dirasakan terus. Oleh karena itu boleh kita simpulkan bahwa masa tua adalah masa menuai-kita menuai buah perbuatan kita. Jika kita menanam banyak pengalaman indah bersama, maka masa tua menjadi masa yang lebih indah lagi karena ingatan kita akan selalu dipenuhi oleh ingatan manis.
  3. Masa tua adalah masa perubahan prioritas. Berhubung sedikitnya waktu yang tersisa dan berkurangnya kesanggupan fisik, maka kita pun dipaksa untuk menetapkan ulang prioritas hidup. Kita harus dapat duduk bersama dan menyetujui hal-hal apa saja yang akan menjadi prioritas hidup kita.

Firman Tuhan: Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya . . . . Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam sergala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah. (Pengkhotbah 3:11, 13)

Relasi orangtua-anak dibangun di awal kehidupan anak. Di dalam penggalan 12 tahun inilah dasar relasi terbentuk dan menentukan corak relasi selanjutnya, termasuk di hari tua. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang mesti kita pahami guna menciptakan relasi orangtua-anak yang indah di hari tua.

  1. Di hari tua anak cenderung bersikap terhadap orangtua sesuai dengan kondisi relasi itu sekarang. Mungkin tatkala anak kecil, ia tidak mempunyai banyak pilihan selain mengikuti kehendak orangtuanya. Setelah dewasa ia lebih memiliki banyak pilihan dan besar kemungkinan ia lebih bebas untuk menyatakan kemerdekaannya. Jadi, bila ia tidak setuju atau menyukai gaya hidup orangtuanya, di masa tua ia akan lebih tidak mau berdekatan dengan orangtuanya. Penting bagi anak untuk menyadari bahwa tidak banyak yang dapat ia lakukan untuk mengubah orangtuanya. Sebaiknya anak menerima orangtua apa adanya sehingga relasi tidak terus menjadi tegang. Sebaliknya, anak pun perlu menjaga batas agar relasi dengan orangtua yang tidak harmonis ini tidak mempengaruhi kehidupan pribadi atau keluarganya. Jadi, lakukanlah sedapatnya dan sebanyaknya-tanpa merusakkan relasi itu sendiri atau relasi dengan keluarga sekarang.
  2. Orangtua kembali menjadi seperti anak dalam pengertian ia sekarang dibatasi oleh kelemahan fisiknya. Seperti seorang anak, ia pun harus bergantung pada orang lain-pada kesediaan waktu dan keinginan. Jika relasinya dengan anak tidak terlalu akrab, dapat dimengerti bila di masa tua relasi ini akan menjadi canggung karena ia tidak terbiasa meminta bantuan anak. Bila inilah corak relasinya, sebaiknya orangtua berinisiatif mengakui kurangnya keterlibatannya dalam kehidupan anak di masa lampau dan ungkapkan pengertian bahwa di masa tua ini, ia harus memulai relasi yang baru dengan anak. Jika ada kesalahan yang perlu diakui, akuilah dan mintalah maaf.
  3. Kalaupun relasi orangtua-anak baik, tetap saja akan ada ketegangan yang mesti dihadapi bersama. Orangtua dapat merasa bersalah menjadi beban buat anak dan sebaliknya, anak pun merasa bersalah karena tidak dapat berbuat lebih buat orangtuanya. Ia pun sibuk dengan keluarga dan tanggung jawab pribadinya sehingga tidak dapat meluangkan lebih banyak waktu. Itu sebabnya penting bagi orangtua dan anak untuk saling terbuka dengan pengharapan masing-masing agar relasi ini tidak menjadi relasi yang sarat rasa bersalah.
  4. Dalam melayani orangtua, anak-anak perlu membagi tugas supaya tidak membebani salah seorang anak secara berlebihan atau menimbulkan iri hati. Orangtua pun akan dapat melihat bahwa semua anak mengasihi mereka tanpa kecuali.

Firman Tuhan Hormatilah ayahmu dan ibumu-ini adalah suatubperintah yang penting seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi ini. (Efesus 6:2)