Pria Dan Konflik Rumah Tangga

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T383A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Ada banyak soal yang membuat pria terlibat konflik dengan istrinya. Sudah tentu penyelesaian konflik beragam dan tidak dapat diseragamkan secara sederhana. Namun pada akhirnya bagaimanakah kita berkonflik dan apakah kita dapat menyelesaikannya bergantung pada diri kita sendiri, yaitu apakah kita bisa mengendalikan diri. Langkah menuju pengendalian diri bertahap dan melewati proses namun langkah awalnya adalah sama yaitu mengenali diri terlebih dahulu. Berikut akan dipaparkan beberapa hal yang pada umumnya dialami oleh pria sebelum dan pada waktu konflik.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada banyak soal yang dapat membuat kita terlibat konflik dengan istri. Sudah tentu penyelesaian konflik beragam dan tidak dapat diseragamkan secara sederhana. Namun pada akhirnya bagaimanakah kita berkonflik dan apakah kita akan dapat menyelesaikannya bergantung pada diri kita sendiri, yaitu apakah kita bisa mengendalikan diri. Langkah menuju pengendalian diri bertahap dan melewati proses namun langkah awalnya adalah sama yaitu mengenali diri terlebih dahulu. Berikut akan dipaparkan beberapa hal yang pada umumnya dialami oleh pria sebelum dan pada waktu konflik.

  • Pada umumnya KITA TIDAK BEGITU CAKAP MENGHADAPI KEJUTAN YANG BERSIFAT EMOSIONAL,
    seperti letupan kemarahan, kebingungan, tuduhan dan sebagainya. Kecenderungan kita sewaktu istri tiba-tiba meletup adalah melihatnya sebagai sebuah krisis yang mesti dikendalikan. Tidak heran dalam kondisi "terkejut" kita lebih memfokuskan energi untuk mengendalikan emosi istri ketimbang membereskan masalah yang diangkatnya.
  • Mungkin kita bertanya-tanya, mengapakah kita tidak begitu cakap menghadapi kejutan emosional? Jawabannya adalah, untuk dapat menghadapi masalah kita membutuhkan ketenangan. Singkat kata, sebagai laki-laki kita memunyai kebutuhan akan ketenangan yang besar. Itu sebab kita tidak begitu mudah menghadapi gangguan yang mengusik ketenangan.
  • Hal kedua yang perlu kita ketahui adalah PADA UMUMNYA KITA TIDAK FASIH LIDAH MENGUTARAKAN SEGALA HAL YANG BERMUATAN EMOSI.
    Sewaktu sedih dan kecewa, kita sukar mengatakannya. Pada saat takut, kita sulit mengakuinya. Dan tatkala marah, kita tidak mudah mengungkapkannya lewat kata-kata.
  • Masalahnya adalah kita cenderung diam ketika merasa sedih, kecewa, dan takut tetapi cenderung bertindak agresif sewaktu marah. Singkat kata oleh karena kita tidak dapat mengutarakan kemarahan dengan tertata lewat perkataan, kemarahan itu cenderung meletup secara fisik. Itu sebabnya penting bagi kita untuk dapat mengenali dorongan adrenalin sewaktu mengalir dengan lebih cepat di dalam tubuh dan berbuat sesuatu supaya tidak berakhir dengan ledakan.
  • Hal ketiga yang penting kita sadari adalah PADA DASARNYA KITA MEMBUTUHKAN INSTRUKSI ATAU PENJELASAN KONKRET DARI ISTRI UNTUK DAPAT MEMAHAMI APA YANG DIPIKIRKAN DAN DIHARAPKANNYA.
    Kata-kata seperti, "butuh disayangi" atau "butuh dimengerti" tidaklah bermakna terlalu jelas buat kita. Jadi, janganlah ragu untuk bertanya dan meminta contoh konkret akan apa yang diharapkannya.
  • Hal keempat yang perlu kita ketahui adalah SEBENARNYA KITA ADALAH ORANG YANG SENSITIF JIKA TOPIK KONFLIK MENYANGKUT TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN KITA.
    Besar kemungkinan ini berkaitan dengan dunia kita sebagai laki-laki yang dinilai berdasarkan prestasi kerja. Tampaknya kita membawa konsep kerja ini ke dalam pernikahan sehingga keluhan istri menjadi tidak beda dengan evaluasi kerja yang tidak memuaskan. Tidak heran mendengar keluhan istri, reaksi kita biasanya adalah menarik atau menyalahkan diri ("tidak berguna" dan "tidak cukup baik") atau bersikap defensif alias membenarkan diri. Itu sebab penting buat kita menyampaikan kepada istri bahwa dalam menyampaikan keluhan atau tuntutan, tolong katakan pula hal lain yang telah kita lakukan dengan baik. Jangan sampai perhatiannya hanya terfokus pada yang "kurang" saja.
  • Hal kelima yang perlu kita sadari adalah PADA HAKIKINYA KITA ADALAH MANUSIA YANG LEBIH RASIONAL DARIPADA SPIRITUAL.
    Jauh lebih mudah buat kita berpikir daripada berdoa; mencari jalan keluar daripada mencari Tuhan; memecahkan masalah daripada menyerahkan masalah kepada Tuhan. Itu sebabnya acap kali Tuhan memakai konflik rumah tangga untuk menumbuhkan iman dan buah roh di dalam hidup kita.
  • Lewat konflik, Tuhan mengingatkan kita bahwa kita terbatas, bahwa kita bisa salah, bahwa kita telah gagal, dan bahwa kita membutuhkan Tuhan—dan istri kita—untuk mengarungi lautan kehidupan ini. Itu sebab Firman Tuhan di I Petrus 3:7 haruslah kita ingat selalu: "Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."