Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi,
di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur
Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen
dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang
dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang
konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan
kami kali ini tentang "Pergumulan Iman Remaja". Kami percaya acara ini
pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat
mengikuti.
GS : Pak Paul, pada kesempatan yang lalu kita bicarakan bahwa iman
tidak bisa diwariskan oleh orang tua tetapi itu adalah anugerah Tuhan kepada
anak-anak kita. Tatkala anak-anak ini beriman itu pun banyak gejolak terjadi di
dalam dirinya sehingga kita sebagai orang tua mendapat pertanyaan-pertanyaan
yang bagi kita aneh-aneh, sehingga kita juga merasa kesulitan untuk menjawabnya.
Kalau pun tidak dijawab maka anak akan merasa kecewa sehingga di sana terlihat
ada suatu pergumulan, bagaimana kita menyikapi hal ini, Pak Paul ?
PG : Kita mendasari pembahasan kita yang lampau atas firman Tuhan di
Ulangan 6:6 yang meminta kita untuk memerhatikan apa yang Tuhan telah ajarkan
kepada kita dan kita diminta Tuhan untuk mengajarkannya berulang-ulang kepada
anak-anak kita. Dari situ kita belajar bahwa tugas kita adalah mengajarkan
tetapi kita tidak bisa memastikan atau mewariskannya sehingga anak itu akan
menerimanya dengan begitu saja. Dalam prosesnya memang kadang-kadang usaha ini
terhambat, kenapa terhambat sebab ada kendala-kendala terjadi yang membuat anak
akhirnya berubah pikiran atau tawar hati sebab sekali lagi seorang guru waktu mengajarkan
sesuatu dia bukan saja harus mengajarkan sesuatu yang benar dan baik sehingga
mudah dan dapat diterima oleh muridnya tetapi dia juga harus menjadi seorang
guru yang baik, contoh yang baik, memunyai kehidupan yang baik juga sehingga
apa yang diajarkannya barulah nanti lebih gampang diterima oleh murid-muridnya.
Demikian pula dalam keluarga kalau anak hanya mendengarkan orang tua
mengajarkannya tetapi nanti anak tidak melihat dukungan-dukungan langsung dalam
kehidupan orang tua akhirnya anak mengalami kesulitan untuk menerima. Jadi
inilah kendala pertama yang seringkali harus diperhatikan oleh orang tua,
jangan sampai kehidupan orang tua tidak konsisten dengan pengakuan imannya
sebab kalau anak melihat yang dihidupi tidak sama dengan yang diajarkan akhirnya
anak melihat kita munafik, hanya bisanya bicara dan mengajarkan tetapi sendiri
tidak bisa menghidupinya.
GS : Contohnya seperti apa, Pak Paul ?
PG : Misalnya Pak Gunawan, kita terus berkata bahwa kita ini orang
Kristen haruslah pengampun, tidak boleh menyimpan dendam tetapi terus kita
cerita tentang perbuatan seseorang kepada kita dan kita berkata kita tidak akan
mengampuni orang itu, kita akan tetap mengingat kesalahannya. Anak mengingat
mama atau papa mengapa mengajarkan kami bahwa Tuhan itu pengampun tetapi papa
mama sendiri tidak bisa mengampuni orang. Atau misalnya kehidupan kita kurang
berintegritas, misalnya kita berhutang ke sana ke sini akhirnya dikejar dari
mana-mana tetapi kita pun melayani Tuhan, hari Minggu tampil begitu bersih dan
kudus, tetapi hari-hari lain kita tidak bertanggungjawab dalam keuangan
sehingga membuat anak-anak hidupnya malu dan tertekan. Anak-anak akan berkata
mengapa kehidupan papa mama seperti ini, tidak sesuai antara apa yang dilakukan
dengan apa yang dikatakan.
GS : Apalagi kalau itu mengenai anak itu sendiri, misalnya tadi yang
Pak Paul katakan mengenai mengampuni tetapi orang tua ini tidak bisa mengampuni
kesalahan anak-anaknya selalu mengulang-ulang, mengungkit-ungkit kesalahan itu
akan lebih berbekas dalam diri anak.
PG : Misalnya orang tua mengajarkan tentang Tuhan, tetapi jika sedang
marah benar-benar melumat si anak, menyakiti hati anak begitu dalam sehingga
anak akan berkata, "Buat apa berbicara tentang Tuhan kalau mulut papa atau mama
begitu jahat" akhirnya anak makin mau menjauh.
GS : Mungkin itu yang menjadi alasan mengapa orang tua justru
menghindar untuk mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anaknya, kuatir
dituntut untuk memberi contoh ini, Pak Paul.
PG : Itu salah satu penyebab kenapa kita enggan karena kita takut
kita tidak bisa hidup sesuai dengan apa yang kita ajarkan, tetapi ini yang
penting Pak Gunawan, anak itu sebetulnya tidak mengharapkan kesempurnaan. Anak
hanya mengharapkan kejujuran atau keotentikan. Ketika kita bersikap seolah-olah
kita sempurna sewaktu mengajarkan tentang Tuhan tetapi dalam hidup kita tidak
seperti itu, anak menjadi tawar hati. Sebagai orang tua kita mesti
berhati-hati, jangan menempatkan diri sebagai orang yang supersuci sebaliknya
bagikanlah pergumulan pribadi menjalankan perintah Tuhan bahwa kita tidak
selalu berhasil, kita kadang juga tersandung jadi anak waktu melihat
mengatakan, "Ya papa mama otentik, memang mengajarkan tentang Tuhan dan
bagaimana hidup sesuai dengan kehendak Tuhan tetapi juga mengakui kegagalannya,
dan juga menunjukkan usaha untuk bangkit kembali. Nah itulah pengajaran riil
yang dibutuhkan oleh anak.
DL : Tapi ada orang tua yang mengatakan kalau kita mengaku di hadapan
anak makin tidak ada harganya kita, berarti kita harus terbuka.
PG : Kita mesti bijaksana dalam pengertian seberapa mendetail kita
harus cerita atau apakah kita akan menceritakan kegagalan kita yang nantinya
mungkin membuat anak berkata, "Kalau papa mama seperti itu saya juga boleh
begitu", jadi harus hati-hati sebagai contoh, misalkan ada orang tua yang
menikah karena kehamilan, si wanita sudah terlanjur hamil akibat pergaulan
mereka dan dinikahkan. Mungkin orang tua ini setelah memunyai anak yang mulai
besar, merasa hal ini menjadi noda hitam dalam hidup saya. Perlu atau tidak cerita
kepada anak tentang hal ini, nah saya sarankan tidak harus langsung
menceritakannya kalau memang tidak perlu, tetapi misalkan anak melihat tanggal
pernikahan orang tuanya dan tanggal kelahirannya serta melihat antara tanggal pernikahan
dan tanggal kelahirannya hanya ada jarak 5 bulan, apakah saya dikandung hanya
dalam waktu 5 bulan, tidak mungkin ! Waktu anak melihat hal itu dan bertanya,
penting orang tua jujur dan berkata apa adanya, "Kami jatuh dalam dosa, kami
gagal menjaga kekudusan dan kami selalu mengingat itu dengan penyesalan dan
kami berharap kalian tidak mengulang kesalahan papa mama dulu", jadi silakan
mengakui jangan kita menutupinya. Atau misalnya kita melihat anak kita mulai
bergaul dengan bebas dan kita mulai khawatir, ada baiknya dalam kondisi seperti
itu kita juga berkata apa adanya kepada anak kita. "Nak, jangan ya. Kenapa
jangan ? Karena kami ini contoh, kami pernah jatuh dan kami sangat menyesalinya
kalau kami bisa menghapusnya dari kehidupan kami, kami mau tetapi tidak pernah
ada penghapus yang bisa menghapuskan noda itu dalam hidup kami, jadi jangan
melakukan itu". Pada waktu anak mendengar kata-kata seperti ini, itu pesannya
jauh lebih bisa diterima. Kekudusan adalah hal yang penting, tetapi papa mama
juga bukan orang yang sempurna dan tidak menempatkan diri seperti orang
munafik. Kesemuanya itu menjadi pas sehingga anak bisa menerima dengan baik.
GS : Faktor lain yang membuat remaja hidup dalam pergumulan imannya
apa, Pak Paul ?
PG : Yang berikut adalah kalau remaja melihat ketidakkonsistenan
antara kehidupan dan pengakuan iman orang Kristen pada umumnya, jadi bukan lagi
orang tua. Mungkin saya kira ini penyebab kedua terbesar kenapa anak remaja
kita ada yang menolak iman kristiani. Kita sendiri terlalu sering mendengar
berita buruk tentang orang yang terlibat dalam pelayanan, harus kita akui itu.
Mungkin sebagai orang dewasa kita masih bisa mengerti, manusia tidak sempurna
bisa jatuh dalam dosa dan sebagainya. Tetapi anak-anak pada usia remaja tidak
bisa menerima hal itu, ia akan memberontak dan menjadi tawar hati, mungkin
akhirnya ia berkata, "Ya saya tidak mau menjadi orang Kristen, tidak mau
menjadi orang yang hidupnya penuh dengan kemunafikan". Mungkin ia berkata,
"Hidup saya lebih baik daripada hidup orang-orang ini", kalau ini terjadi
respons kita memang harus tepat, kita jangan membela ketidakkonsistenan hidup.
Kadang-kadang itu yang kita lakukan, kita berkata, "Sudahlah kamu harus terima,
manusia semuanya berdosa tidak ada yang sempurna dan sebagainya". Kalau kita
berkata begitu, anak mungkin berkata dalam hatinya, "Ia benar semua berdosa,
kenapa saya harus hidup kudus, semua berdosa kalau begitu sekalian saja".
Jangan sampai kita membela, justru kita harus berkata kepada anak kita, "Ya
betul ini kenyataannya bahwa di dunia ada banyak orang yang hidup tidak sesuai
dengan iman kepercayaannya". Katakan kepadanya bahwa kita pun kadang dibuat
kecewa melihat perilaku orang Kristen yang tidak mencerminkan kehidupan Tuhan
kita Yesus Kristus namun kita ingatkan kepada anak bahwa di tengah-tengah
banyaknya orang yang hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, masih ada yang
hidup benar, masih ada orang yang tulus, masih ada orang yang sungguh mencintai
Tuhan kita Yesus Kristus.
GS : Mungkin menceritakan kisah-kisah nyata dari tokoh-tokoh atau
orang-orang tertentu yang hidupnya benar dan dipakai oleh Tuhan, itu penting
sekali bagi remaja, Pak Paul, karena remaja sering mengidolakan seseorang, ada
teladan walaupun bukan orang tuanya sendiri, tetapi orang lain.
PG : Betul, bisa itu tokoh yang terkenal dari buku tapi bisa juga
orang yang kita kenal dan kita gunakan sebagai contoh yang mungkin pernah saya
juga utarakan dalam acara ini bahwa seorang teman saya pernah berkata, "Di
dunia yang paling jujur adalah papa saya" sebab dia bercerita papanya sebagai ‘salesman’
disuruh menjual produk tetapi harus berbohong tentang produk itu, papanya
menolak dan karena menolak diberhentikan dari pekerjaannya. Hal itu
meninggalkan kesan yang sangat kuat pada si anak.
GS : Pak Paul, dalam hal ketidakkonsistenan antara hidup dan
pengakuan, ini bisa terjadi pada semua orang termasuk dalam diri anak remaja
itu sendiri, bagaimana hal ini bisa kita jelaskan kepada mereka, kalau pun itu
terjadi mereka tidak perlu mundur dari imannya, bisa mengakui di hadapan Tuhan
dan Tuhan akan mengampuni.
PG : Jadi kita bisa mengajarkan kepada anak-anak bahwa Tuhan memang
mengijinkan kita untuk berhadapan dengan ujian, karena ujian itu mendorong kita
untuk lebih kuat, tetapi dalam prosesnya adakalanya kita tersandung. Tidak
selalu kita berhasil melewati ujian itu, misalnya kita beri contoh kepada anak
kita, "Kamu sudah mengetahui bahwa jangan sampai kamu membalas kalau orang itu
berbuat hal yang tidak baik kepadamu". Kalau misalnya benar-benar terjadi di
sekolah ada orang yang berbuat tidak baik kepada anak kita dan karena emosi dia
marah dan langsung memukul anak itu. Inilah kesempatan kita berkata kepada anak
kita, "Ya, kamu gagal saat itu karena kamu emosional. Ini artinya apa, artinya
Tuhan akan mengajar kamu lain kali untuk bisa mengalahkan, untuk bisa
memenangkan pergumulan ini". Kegagalan sebetulnya adalah sebuah peringatan
bahwa Tuhan akan menghadirkan situasi yang serupa lain kali dan Tuhan akan
mengharapkan lain kali itu kita menang, meskipun sekarang kita kalah.
GS : Faktor yang lain apa, Pak Paul, yang membuat remaja bergumul didalam
imannya ?
PG : Yang lain adalah ketidakkonsistenan antara ajaran Alkitab dan
fakta kehidupan. Remaja berada di tahap dimana dia bisa mengevaluasi dengan
kritis ajaran firman Tuhan. Sebagaimana lazimnya kita pun, remaja akan
menggunakan fakta kehidupan sebagai lensa atau alat ukur untuk membuktikan kebenaran
firman Tuhan. Salah satu hal yang sering diangkat oleh remaja tentang "Mengapa
Tuhan tidak menjawab doa seperti yang diharapkan ?" Hal ini bisa terkait dengan
banyak hal misalnya musibah yang menimpa orang percaya, bencana alam di dunia
atau kemiskinan. Semua ini memunyai kesamaan yaitu "Mengapa Tuhan tidak
menjawab doa yang dipanjatkan ?" Pastilah orang-orang yang terkena musibah itu
berdoa meminta Tuhan melindunginya dari marabahaya ini tetapi tetap tertimpa
oleh semua ini, jadi kita harus mengakui bahwa Tuhan tidak selalu meluluskan
permohonan doa kita. Ini yang sulit diterima oleh remaja, mungkin ia bisa
mengerti mengapa Tuhan tidak meluluskan permohonan seorang penjahat yang mau
merampok rumah orang, dia bisa mengerti hal itu tetapi dia tidak akan bisa
mengerti mengapa Tuhan tidak meluluskan permohonan orang untuk sembuh dari
sakit penyakit, salahnya apa dengan permintaan doa seperti itu ? Dia tidak akan
terima mungkin juga tidak bisa terima mengapa Tuhan tidak meluluskan permohonan
seorang janda dengan tiga anak kecil supaya Tuhan tidak membiarkan suaminya
meninggal dunia. Anak remaja akan berkata, "Apa salahnya dengan doa seperti itu
dan mengapa tidak diluluskan. Bukankah Tuhan mengetahui mama akan kesulitan
mengurus ketiga anaknya yang masih kecil". Akhirnya anak remaja meragukan
kebenaran firman Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan itu penuh kasih dan rahmat,
mungkin dia juga akan meragukan apakah Tuhan sungguh-sungguh mendengarkan doa.
Dan akhirnya ada yang meragukan bahwa apakah Tuhan itu ada ?
DL : Karena mereka membandingkan dengan orang-orang yang hidup di
luar Tuhan mengapa hidupnya kelimpahan lalu mereka melihat orang yang dekat
Tuhan sakit-sakitan, mengalami masalah silih berganti jadi mereka merasa ragu
lalu pikirannya negatif terus, "Ah, Tuhan tidak akan mendengar doa, oh tidak
mungkin".
PG : Jadi akhirnya mereka melihat tidak konsisten, Alkitab
mengajarkan Tuhan itu Pengasih Penyayang, Tuhan nanti akan membantu kita,
menolong kita tetapi orang-orang ini meminta Tuhan menolong, tapi tidak ada
pertolongan. Meminta Tuhan mencukupi tapi hidup mereka penuh dengan kekurangan,
waktu anak-anak remaja melihat hal-hal seperti ini, besar kemungkinan akan
mengalami goncangan iman.
DL : Saya pernah mengatakan kepada mereka, "Oh ini saatnya kalian
merasa masih ada di bawah, hidup ini seperti bola berputar jadi pada satu saat
kalian mengalami di bawah ada banyak kotoran, tapi pada suatu saat kalian
merasa udara yang segar di atas, jadi nikmati saja. Pernah saya menasihati
begitu kepada para remaja, tapi kadang-kadang ada yang sulit, mereka tetap
dengan "negative thinking"nya.
PG : Jadi Ibu mencoba untuk mengajarkan kepada anak-anak bahwa inilah
hidup. Hidup itu tidak sempurna dan hidup tidak berarti kita selalu berada di
atas, kadang-kadang kita juga berada di bawah. Jadi kalau sampai terjadi pada
anak remaja kita langkah terbaik adalah kita harus berkata jujur, kita pun
tidak tahu jawabannya. Mengapa musibah ini menimpa si ini, si itu, tetapi
setelah kita akui hal itu kita tunjukkan bahwa bukan hanya dia yang bertanya-tanya,
sebab tokoh-tokoh di Alkitab pun bergumul dengan hal yang sama. Tidak semua
hidupnya mulus, mereka kadang-kadang meragukan Tuhan, sebagai contoh misalnya di
Alkitab tercatat bahwa Abraham akhirnya setuju menikah dengan Hagar karena
untuk waktu yang lama dia tidak melihat pemenuhan janji Tuhan, tidak ada
keturunan yang Tuhan berikan kepadanya lewat istrinya Sarah. Dalam Mazmur 44
dicatat juga pergumulan pemazmur yang tidak melihat pertolongan Tuhan, dia
membandingkan kondisinya sekarang dengan apa yang diketahuinya tentang Tuhan di
masa lampau. Kemudian dia menemukan ketidakcocokan, di masa lampau Tuhan
menolong umat-Nya tapi sekarang kami susah. Di Yeremia 15 kita juga bisa
membaca pergumulan nabi Yeremia yang berharap-harap dia tidak pernah dilahirkan
sama sekali, mengapa ? Dia kesal hidupnya penuh dengan derita karena melihat
Tuhan lambat bertindak dan membiarkannya menderita, jadi inilah contoh-contoh
yang bisa kita sajikan kepada anak-anak kita bahwa di Alkitab pun tercatat
anak-anak Tuhan bergumul karena tidak selalu melihat kekonsistenan antara apa
yang mereka pegang sebagai janji Tuhan dan kehidupan itu sendiri.
GS : Sebagai orang tua yang mengetahui lebih dahulu bahwa itulah
pergumulan hidup orang beriman, bahwa ada ketidakcocokan dengan kehendak hati
kita dan sebagainya. Bukankah lebih baik berbicara kepada anak-anak itu tatkala
mereka masih belum masuk dalam pergumulan itu, jadi "kamu akan menghadapi
seperti ini, seperti ini dan Tuhan itu tetap setia".
PG : Itu gagasan yang baik sekali, Pak Gunawan. Jadi jauh-jauh hari
sebelum dia mengalami hal seperti itu kita sudah mengatakan, "Inilah
kenyataannya" tapi justru lewat semua ini, waktu kita bergumul, janji Tuhan dan
kenyataan hidup tidak sama. Dari pergumulan inilah akan muncul iman pada kasih
setia Tuhan yang tidak berkesudahan, sebab lewat semuanya ini pada akhirnya
kita tetap akan melihat kasih setia Tuhan. Ini sudah pasti, mungkin kita tidak
melihat apa yang kita inginkan terjadi, tapi kita akan melihat kasih setia
Tuhan.
GS : Apakah masih ada faktor yang lain, Pak Paul ?
PG : Yang terakhir adalah remaja itu kadang-kadang bisa bingung dan
bisa bergumul dengan imannya waktu dia melihat ketidakkonsistenan antara ajaran
Alkitab dengan temuan ilmiah. Meskipun tidak seberat faktor lainnya, ini tetap
menjadi salah satu hal yang kadang menghalangi remaja percaya bahwa Alkitab
adalah firman Tuhan. Sebetulnya masalahnya seringkali bukan pada Alkitab atau
sains, acapkali masalahnya terletak pada penafsiran yang kurang tepat terhadap
Alkitab atau kesalahpahaman kita sendiri terhadap sains. Coba saya berikan
contoh, kadang kita mendebatkan usia alam semesta dan bagaimanakah terjadinya
alam semesta beserta semua isinya. Berdasarkan Kejadian pasal 1 kita
berkesimpulan bahwa semua diciptakan Tuhan dalam waktu 6 hari dan berdasarkan
perhitungan harfiah, usia alam semesta kalau kita memang runut dari Kejadian
pasal 1 berada di bawah kisaran 10.000 tahun tapi temuan sains memperlihatkan
bahwa alam semesta jauh lebih tua bahkan bukan hanya ribuan tahun melainkan
bermilyar tahun dan semua terjadi secara perlahan melewati proses. Sebetulnya
bagaimana kita mendamaikan dua hal ini ? Anak remaja mulai bertanya-tanya, mengapa
bisa berbeda ? Katanya enam hari tapi temuan sains memperlihatkan semua itu
terjadi lewat proses yang sangat panjang sekali, tidak begitu cepat. Kita bisa
berkata pada anak kita bahwa sebetulnya Alkitab hanya menyatakan bahwa Allah
adalah Pencipta alam semesta beserta semua isinya. Itulah memang yang ingin
dikatakan oleh firman Tuhan, Dia Pencipta. Tentang bagaimanakah secara
konkretnya terjadi semua itu memang Alkitab tidak mencatatnya karena Alkitab
bukanlah sebuah buku sains. Kendati ada penyebutan hari pertama, hari kedua dan
seterusnya di Kitab Kejadian dan kendati istilah hari yang digunakan dalam
Kejadian pasal 1 adalah istilah hari dalam hitungan waktu 24 jam, namun
sesungguhnya istilah hari dapat pula dipakai secara simbolis untuk menunjuk
pada kurun atau masa, bahwa hari pertama Tuhan menciptakan terang. Itu tidak
berarti satu hari yang kita mengerti 24 jam, tapi bisa jadi suatu masa yang
sangat panjang. Waktu kita menjelaskan kepada anak-anak remaja seperti ini,
anak remaja akan lebih bisa menerimanya atau kalau memang mereka masih ingin
mengetahuinya lagi kita bisa merujuk pada buku-buku yang ditulis oleh para
ilmuwan Kristen seperti oleh Dr. Francis Collins yang sekarang menjadi Kepala
Department of Health Services di Amerika Serikat atau Dr. Hugh Ross, seorang
astronomer, seorang astrophysicist yang dulu berkiprah di Caltex di Pasadena,
California. Orang-orang yang sangat cerdas dan seorang ilmuwan tapi mereka
tetap bisa memeluk iman kepercayaan kristianinya.
GS : Memang seringkali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para
remaja disamping keingintahuannya yang besar, juga didorong oleh ingin mencoba,
ingin tahu jawaban orang tuanya. Di sini orang tua harus betul-betul bijak,
berhikmat dalam menjawab. Karena kalau jawaban kita atau kita tidak mau
menjawab sama sekali, itu akan mengecewakan dia dan menganggap bahwa Alkitab
ini hanya dongeng saja, Pak Paul.
PG : Kalau kita terlalu merohanikan dalam pengertian kita berkata,
"Ya ini semuanya sudah tertulis seperti ini, kalau kamu tidak percaya berarti
kamu tidak menghormati Tuhan, kamu melawan Tuhan dan sebagainya", anak remaja
menjadi susah berdialog dengan kita sebab sesungguhnya dia sedang menanyakan
sesuatu yang penting untuk dia, dia tidak mengerti. Jadi kita berhutang
penjelasan kepada anak-anak remaja juga.
GS : Kita harus berani jujur mengatakan kalau memang tidak tahu ya
tidak tahu, tapi yang menjadi kesulitan kadang-kadang ketika anak remaja berada
di sekolah atau di gereja lain mengikuti temannya, yang didengarnya justru yang
keliru penafsirannya, Pak Paul, sehingga orang tua di rumah merasa kewalahan
karena anak lebih percaya kepada guru daripada kepada orang tua atau percaya
kepada pendeta. "Itu pendeta, papa ‘kan bukan pendeta". Bisa begitu, Pak Paul.
PG : Kalau kita memang tidak begitu yakin, kita sendiri bisa membaca
lebih banyak lagi mencari tahu sehingga kita lebih mengerti, tapi misalnya kita
tidak bisa menjawab juga coba kita carikan kesempatan agar dia bisa berbicara
dengan seseorang yang mungkin lebih bisa menjawabnya atau rujukkan dia kepada
buku-buku yang bisa dibacanya juga.
DL : Supaya dia tidak merasa kecewa.
PG : Betul, dan dia tidak merasa kita begitu sempit cara berpikirnya
sehingga akhirnya dia mengaitkan "Aduh, orang Kristen berpikiran sangat sempit
sekali" akhirnya mereka berkata, "Saya tidak mau menjadi orang Kristen karena
seperti itu" padahal yang keliru bukan firman Tuhan tetapi cara kita
mengertinya.
DL : Jadi orang tua harus sangat bijaksana terhadap anak-anak remaja
masa kini.
PG : Betul karena memang beda dulu dengan sekarang pendidikan dan
sebagainya sudah sangat berbeda, sudah sangat maju. Temuan-temuan sains
sekarang benar-benar dapat diakses oleh anak dalam waktu 1 detik, mereka
tinggal masuk ke internet, bisa mencari semua data itu. Berbeda dengan kita
dulu, kita menerima apa yang diajarkan tapi mereka sekarang bisa mengecek
ulang. Inilah waktunya kita berdialog dengan anak-anak.
GS : Tugas orang tua adalah bagaimana menjaga anak ini supaya
seimbang antara akalnya dengan imannya, begitu Pak Paul.
PG : Betul sekali.
GS : Sehubungan dengan hal ini apakah ada ayat firman Tuhan yang
ingin Pak Paul bacakan ?
PG : Saya akan bacakan dari Kitab Ibrani 12:2, "Marilah
kita melakukannya dengan mata yang tertuju pada Yesus, yang memimpin kita dalam
iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi
Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah". Jadi indah
sekali firman Tuhan yang berkata, "Marilah kita lakukan dengan mata yang
tertuju kepada Yesus yang memimpin kita dalam iman". Jadi Yesuslah yang
memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Jadi
siapa yang membawa ? Yesus juga, jadi kita selalu berdoa agar Tuhan Yesus
membawa iman anak-anak kita kepada kesempurnaan sehingga menjadi iman yang
matang.
GS : Terima kasih Pak Paul, untuk
perbincangan ini dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima
kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi,
dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang
tentang "Pergumulan Iman Remaja". Bagi Anda yang berminat untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat
surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk
56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org
kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org.
Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya
dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa
pada acara TELAGA yang akan datang.