Pengaruh Perlakuan Orang Tua pada Pernikahan Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T534B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Perlakuan apapun yang kita terima dari orang tua, akan melahirkan sikap tertentu pada diri kita terhadap pasangan nikah. Jika kita menerima kasih setia dari orang tua, kita pun cenderung member kasih setia pada pasangan. Jadi jika kita ingin agar anak memunyai relasi yang sehat dengan pasangannya, perlakukan anak dengan baik dan peliharalah relasi yang sehat dengannya. Inilah modal dan bekalnya untuk masuk dalam pernikahan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sering kali tanpa disadari, perlakuan kita pada pasangan dipengaruhi oleh perlakuan orang tua terhadap kita dulu. Itu sebab penting bagi kita untuk melihat dengan jelas perlakuan orang tua terhadap kita agar kita dapat mengendalikan perlakuan kita terhadap pasangan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa perlakuan orang tua yang berdampak pada pernikahan anak.

  1. MENYOROTI YANG NEGATIF DAN HEMAT PUJIAN.
    Bila orang tua cenderung menyoroti sisi negatif kita dan jarang sekali memuji kita, maka setelah menikah kita pun cenderung menyoroti kekurangan pasangan dan jarang memuji kelebihan pasangan. Tidak bisa tidak, relasi seperti ini rawan konflik dan mudah mengundang kemarahan. Pada akhirnya pasangan akan merasa tidak pernah cukup baik dan selalu kurang di hadapan kita. Ia menjadi haus akan pujian dan pengakuan, dan kalau tidak hati-hati, ia akan mencarinya di luar rumah—dari orang lain. Sebaliknya, jika orang tua menyoroti yang positif pada diri kita dan murah dengan pujian, kita pun cenderung menyoroti sisi baik pasangan dan murah dengan pujian kepadanya.
  2. TERUS BERHARAP DAN TIDAK BERPUTUS ASA.
    Mungkin kita pernah bermasalah dan menyusahkan orang tua, tetapi orang tua tidak menyerah. Mereka terus berharap bahwa suatu hari kelak kita akan bertobat; akhirnya kegigihan mereka meluluhkan hati kita yang keras. Kita pun bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Jika kita menerima perlakuan seperti ini dari orang tua, setelah menikah, kita pun cenderung terus berharap dan tidak mudah berputus asa terhadap pasangan. Sebaliknya, jika orang tua cepat putus asa terhadap kita, setelah menikah kita pun akan berbuat yang sama terhadap pasangan. Kita cepat putus asa dan tidak bersedia berharap berlama-lama.
  3. KESETIAAN MELAHIRKAN KESETIAAN.
    Jika orang tua hidup setia—tidak mengkhianati pasangan—maka kita pun cenderung setia kepada pasangan. Sebaliknya, jika orang tua tidak setia, maka kita pun cenderung mudah berlaku tidak setia terhadap pasangan. Walaupun kita terluka dan turut menjadi korban ketidaksetiaan orang tua, setelah menikah, kita menjadi lebih mudah jatuh ke dalam dosa ketidaksetiaan.
  4. KASAR DAN TIDAK HORMAT.
    Jika orang tua kasar dan tidak hormat kepada kita—berkata atau memarahi kita seenaknya—setelah menikah kita pun cenderung berbuat sama terhadap pasangan—kasar dan tidak menghormatinya. Kita mudah marah dan kalau marah, kita cenderung berkata dan berlaku buruk kepada pasangan. Sebaliknya, jika orang tua bersikap lembut dan hampir tidak pernah berkata atau berlaku kasar kepada kita, setelah menikah kita pun cenderung santun dan lembut kepada pasangan. Kita pun respek kepada pasangan sebagai sesama pewaris kerajaan Allah.
  5. BERTERIMA KASIH DAN MENGHARGAI.
    Jika orang tua tidak segan-segan berterima kasih kepada kita dan menghargai apa yang kita perbuat bagi mereka, setelah menikah kita pun cenderung berterima kasih kepada pasangan dan menghargai pengorbanannya buat kita. Sebaliknya, apabila orang tua sukar berterima kasih dan meremehkan kita, maka setelah menikah, kita pun cenderung seperti itu kepada pasangan—kita sukar berterima kasih dan menghargai pengorbanannya. Kita beranggapan semua kebaikan yang ditunjukkannya memang adalah suatu keharusan. Jadi, tidak perlu kita berterima kasih dan menghargainya.
  6. MENDORONG KITA DEKAT DAN TAKUT TUHAN.
    Apabila orang tua terus mendorong kita untuk dekat dan takut akan Tuhan, setelah menikah, kita pun cenderung mendorong pasangan untuk dekat dan takut akan Tuhan. Jika orang tua terus mendoakan kita dan memerhatikan kehidupan rohani kita, setelah menikah kita pun cenderung mendoakan pasangan dan memerhatikan kehidupan rohaninya. Sebaliknya, jika orang tua tidak mendorong kita dekat dan takut akan Tuhan, setelah menikah kita pun tidak begitu memerhatikan kerohanian pasangan.

Mazmur 90:14 berkata, "Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami." Firman Tuhan dengan jelas menjabarkan keterkaitan yang erat antara apa yang telah kita terima dan apa yang kita perbuat sebagai ungkapan syukur atas apa yang telah kita terima. Karena kita menerima kasih setia Tuhan di waktu pagi, sisa hari akan kita isi dengan sukacita. Perlakuan apa pun yang kita terima dari orang tua, akan melahirkan sikap tertentu pada diri kita terhadap pasangan nikah. Jika kita menerima kasih-setia dari orang tua, kita pun cenderung memberi kasih-setia kepada pasangan. Jadi, bila kita menginginkan anak memunyai relasi yang sehat dengan pasangannya, perlakukanlah anak dengan baik dan peliharalah relasi yang sehat dengannya. Inilah modal dan bekalnya masuk ke dalam pernikahan.