Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama dengan ibu Ester Tjahja. Kami akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pekerjaan yang Cocok". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, harapan dan kebutuhan, itu tentu menjadi idaman hampir semua orang. Ada seorang pendengar setia acara Telaga yang menanyakan apa dan bagaimana mendapatkan pekerjaan yang cocok itu Pak Paul.
PG : Saya setuju dengan pengamatan yang Pak Gunawan kemukakan, saya kira semua mengharapkan bisa memperoleh pekerjaan yang cocok. Masalahnya adalah pertama-tama bagaimana kita mengetahui pekeraan yang cocok itu apa.
Saya kira ada baiknya sekarang kita memulai dengan melihat tentang konsep karier itu sendiri. Karier itu sebetulnya bukanlah pekerjaan atau jabatan. Karier adalah sebuah rumpun, sebuah kelompok; di dalamnya itu terkumpul pekerjaan-pekerjaan yang sejenis. Biasanya kita dikaruniakan Tuhan satu jalur karier, namun adakalanya kita juga dianugerahkan Tuhan lebih dari satu jalur karier. Penting bagi kita untuk mengetahui jalur karier kita sehingga pada waktunya kita bisa memilih bidang yang sesuai dengan jalur karier yang kita sudah miliki. Untuk bisa mengetahui jalur karier itu ada hal-hal yang mesti kita lakukan dan terutama saya ingin mengingatkan kepada orangtua betapa pentingnya peran orangtua nantinya dalam perkembangan karier si anak.
GS : Jadi pekerjaan dan karier itu beda Pak Paul?
PG : Dibedakan, karena pekerjaan itu lebih merupakan sebuah satuan kerja, misalkan kita bisa mempunyai jalur karier yang disebut konvensional, di mana di dalam jalur-jalur konvensional itu kitamengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih bersifat sekretariat; sekretaris, yang menyusun, menata, mengorganisir dan sebagainya.
Nah dalam kelompok itu atau dalam jalur karier itu ada banyak sekali jenis pekerjaan yang bisa termasuk di dalamnya. Atau misalnya jalur karier intelektual atau science, di dalam kelompok itu ada begitu banyak jenis pekerjaan; misalkan kedokteran, farmasi dan sebagainya. Jadi pekerjaan-pekerjaan itu adalah manifestasi dari karier itu sendiri. Dan memang bisa sangat berjumlah banyak, maka di dalam ilmu karier ada yang membagi dalam 6 atau ada yang membagi juga dalam 8 kelompok karier. Tadi saya sudah sebutkan dua yaitu yang konvensional, ada science, sosial-berarti kita enak bergaul dengan orang dan menikmati pekerjaan yang melibatkan manusia, menolong manusia, memberikan jasa kepada manusia. Ada juga kelompok bisnis; kita senang entrepreneur, mengambil risiko, mengatasi tantangan, membuka sebuah peluang baru, menjual ide, menawarkan barang, memasarkan. Kelompok organisasi, di mana kita belajar untuk mengatur, mengelola, menata baik itu benda maupun manusia; ada juga jalur teknologi-kita senang dengan tangan mengotak-atik mesin, hal-hal yang lebih bersifat keterampilan praktis. Ada juga jalur alam terbuka; kita senang bekerja di ruang terbuka misalnya di perhutanan, biologi, itu bagian-bagian yang lebih bersifat alam terbuka. Ada lagi bagian science, ada lagi bagian general culture atau kebudayaan umum misalkan mengajar atau menjadi pendeta-rohaniwan dan yang terakhir adalah jenis seni dan kreatifitas. Misalkan seniman atau bidang-bidang yang memang memerlukan kemampuan imajinasi yang tinggi.
GS : Karena begitu banyaknya jenis pilihan ini lalu orang menjadi bingung untuk menentukannya atau bagaimana Pak Paul?
PG : Sering kali begitu Pak Gunawan, sebab memang adakalanya kita itu bisa kuat dalam satu, cukup kuat dalam bidang yang lain dan lumayan kuat dalam bidang yang satunya lagi. Nah itu yang kadag-kadang membuat kita sedikit bingung, namun kita perlu menyadari kelompok pekerjaan tersebut atau kariernya.
Nanti dalam karier itu kita bisa melihat kesempatan yang Tuhan bukakan dan barulah kita masuk ke satuan-satuan pekerjaan itu sendiri.
GS : Sebenarnya itu sejak kapan seseorang itu bisa mulai dibimbing atau menentukan kariernya Pak?
PG : Sesungguhnya karier itu berkembang sejak anak sangat kecil yaitu usia sekitar 2 tahunan. Pada masa itu biasanya anak-anak mulai mengeksplorasi lingkungan; dia merangkak, dia memasukkan beda ke mulutnya, dia mau tahu apa itu dia merasakan lewat mulutnya.
Dan mengeksplorasi kemampuannya, menguji kemampuannya misalnya dengan memanjat. Atau mulai menggambar-gambar di tembok atau di kertas; dia ingin melihat kemampuan atau menguji kemampuannya. Kalau orangtua memberikan kebebasan, sudah tentu ada pengawasan tapi kalau diberikan kebebasan kepada si anak, ini akan memberikan ruang gerak pada si anak untuk mengembangkan rasa percaya dirinya, karena ia dia merasa dipercaya, dia boleh mengeksplorasi semua itu. Kebalikannya, kalau orangtua sedikit-sedikit melarang, "Ini tidak boleh, nanti kamu jatuh, itu tidak boleh." Akhirnya si anak tidak mempunyai kepercayaan, diri untuk berani mengeksplorasi lingkungannya. Nah ini menjadi tahap yang penting untuk menumbuhkan inisiatif dan kemandirian. Dan kita tahu inisiatif dan kemandirian, pada akhirnya dua komponen yang berpengaruh besar dalam etos kerja, dalam nantinya mencari pekerjaan dan sebagainya. Dengan kata lain disinilah sebetulnya dimulai proses perkembangan karier si anak; dimulai dengan pengembangan inisiatif dan kemandiriannya.
ET : Apakah itu juga berarti dari usia bayi sampai 2 tahun itu orangtua sudah mulai mendeteksi nanti ke depan minatnya apa, begitu Pak Paul?
PG : Belum, pada usia-usia awal memang kita itu tidak masuk langsung ke bidang karier yang spesifik. Kita pada dasarnya menumbuhkan prasarananya si anak untuk nanti mengembangkan kariernya. Dngan kata lain si anak perlu mempunyai kerangka-kerangkanya dulu, nanti di atas kerangka itulah dibangun informasi yang lebih jelas lagi, bahwa ini kariernya.
Tapi untuk sampai ke sana harus melewati anak tangga yang di bawah dulu, anak tangga yang di bawah itu adalah keberanian, kepercayaan diri untuk mengeksplorasi lingkungan-ini yang akan menumbuhkan inisiatif dan kemandiriannya. Dengan kata lain, kalau si anak tidak mendapatkan atau tidak mengembangkan inisiatif atau kemandirian di masa kecil ini, ini nanti akan mengganggu proses perkembangan dirinya dan juga perkembangan kariernya. Tidak bisa tidak ini akan mempengaruhi. Hal-hal yang seharusnya dia coba untuk dia ketahui, dia tidak berani coba; padahal itulah bagiannya atau bidangnya. Tapi karena dia tidak pernah berani, dia selalu ketakutan, dia tidak pernah tahu. Disuruh ini atau diberi kesempatan itu tidak mau, akhirnya tidak tahu apa-apa-nah ini akan menghambat sekali. Atau dia tahu dia mempunyai kemampuan ini, tapi tidak pernah berani untuk memakainya sehingga dia diam, dia simpan, tidak pernah dia gunakan-akhirnya kariernya atau diri yang nanti mengetahui karier tersebut akhirnya tidak pernah bertumbuh juga. Jadi penting sekali anak tangga yang di bawah ini supaya nanti di atasnya si anak bisa membangun konsep yang lebih jelas akan kariernya itu.
ET : Soalnya kadang-kadang banyak orang beranggapan, "Ah........2 tahun bisa apa, tahu apa," begitu Pak Paul. Tidak sedikit orangtua yang berharap anaknya tidak macam-macam, tidak mengeksplor acam-macam tapi lebih yang tenang, yang baik-baik, kadang-kadang berharapnya seperti itu.
PG : Kalau memang anak itu bawaannya diam, tenang, ya tidak apa-apa tapi kalau anak itu bawaannya lebih aktif, mau mengeksplorasi; di saat itulah orangtua memang sebaiknya memberikan pengawasansekaligus kebebasan sehingga dia bisa mengembangkan kemampuannya, dan juga apa-apa yang dia telah peroleh itu pada masa dua tahun nantinya akan sangat mengokohkan dirinya.
ET : Jadi bukannya dibatasi untuk menjadi diam itu ya?
ET : Saya menjadi ingat akan hal ini, kalau budaya atau tradisi Jawa waktu anak mulai bisa berjalan ada upacaranya. Disediakan banyak barang, kemudian anak disuruh milih. Misalnya anak itu miih buku-wah....anak
ini nanti akan menjadi apa, pendidikannya baik; jadi sepertinya sebuah prediksi ke depannya.
PG : Dan saya kira di sana memang terkandung harapan orangtua, yang sudah tentu barang-barang yang ditaruh adalah barang-barang yang nantinya anak akan pilih. Di sana terkandung harapan orangta terhadap anaknya, dan tidak apa-apa.
Nanti kita juga akan membahas pengaruh orangtua yang lebih langsung dalam perkembangan karier anak. Tapi apakah dengan memilih itu pasti si anak akan menjadi misalnya pelajar atau ilmuwan, bukankah belum tentu.
GS : Memang pilihan anak itu belum berdasarkan pilihan yang sesungguhnya, artinya yang dia pikirkan. Itu mungkin hanya kebetulan dia meraih benda yang terdekat dengan dia. Tetapi sering kali juga itu berpengaruh pada orangtua sehingga orangtua akan mencoba mengarahkannya ke sana ke cita-cita yang baik. Tetapi tadi Pak Paul katakan orangtua harus memberikan rangsangan supaya anak itu bisa menggali sebanyak mungkin. Nah itu hal-hal apa yang bisa dilakukan oleh orangtua Pak Paul?
PG : Misalkan, mainan. Sebaiknya mainan itu bukan mainan yang sempit atau yang monoton, sebaiknya mainan yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan tangannya. Daripda hanya melihat saja, silakan gunakan tangan, kakinya dan sebagainya.
Tuhan itu sudah mendisain kita untuk bisa hidup dengan sehat dalam lingkungan yang apa adanya. Tuhan tidak pernah mendisain manusia hanya seolah-olah bisa berkembang dengan baik kalau disediakan alat-alat atau barang-barang yang mutakhir. Tidak demikian, bahkan dalam alam yang sangat bersahaja kalau saja anak itu diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungannya dia akan tetap mengalami pertumbuhan. Akan terjadi rangsangan pada otaknya dan tidak harus dengan barang-barang yang mahal atau mutakhir. Barang-barang yang biasa atau hal-hal yang bersifat alamiah, itu pun sudah sangat cukup untuk bisa mengembangkan diri si anak. Sebab yang si anak perlukan bukannya barang-barang yang berteknologi tinggi atau yang mahal itu, yang dia perlukan adalah dia bisa menggunakan tangannya, matanya, kakinya, telinganya, dia bisa mencium, itulah yang sangat dia perlukan. Dan dia memerlukan ruang untuk bisa mengeksplorasi lingkungannya itu.
GS : Saya juga ingat dulu waktu masih kecil juga main dari kulit jeruk itu juga sudah puas sekali.
PG : Betul, dan memang tidak harus membeli mobil-mobilan yang harganya satu juta. Buat si anak, mobil-mobilan yang satu juta dan kulit jeruk itu dampaknya pada si anak itu sama.
GS : Tetapi masalahnya bagaimana orangtua itu mendampingi dan membimbing anak untuk bisa mengerti menggunakan itu semua.
PG : Betul, dan itu sebetulnya yang terlebih penting daripada benda, mainan, yaitu pembimbingan dari orangtua itu sendiri.
GS : Nah bagaimana kalau anak ini mulai masuk sekolah?
PG : Pada masa sekolah, anak-anak sudah mulai berusia 5 tahunan; main menjadi bagian yang penting dalam perkembangan kariernya. Tipe permainan atau aktifitas yang disukai anak sering kali mencrminkan karier si anak di masa dewasa.
Maksud saya begini, pada waktu anak usia sekitar 5 tahun-10 tahun, 11 tahun, dia akan mengeksplorasi berbagai jenis permainan. Jarang anak itu tiba-tiba satu saja dan langsung suka, kebanyakan anak-anak sesuai dengan perkembangan usianya akan memilih berbagai jenis permainan. Pada usia 5 tahun main apa, 6 tahun main apa, 7 tahun main apa dan sebagainya. Sebetulnya nanti kita bisa mulai melihat anak-anak itu akan memilih permainan yang mempunyai tema yang sama. Tanpa dia sadari sebetulnya dia sudah mulai mengarahkan diri ke karier yang memang Tuhan telah sediakan untuk dia. Misalkan ada anak yang sangat senang dari kecil main petak umpet-mencari orang yang bersembunyi. Misalkan setelah anak itu berusia 11, 12 tahun yang dia sukai adalah permainan game yang mengandung unsur misterinya. Sebetulnya pada usia 5 sampai 12 tahun, tema permainannya akan sama. Di samping tema yang sama sudah tentu ada hal-hal yang lain yang dia mainkan yang dia bisa juga, tapi yang benar-benar dia sukai kalau dipikir-pikir dia akan temukan temanya. "O...ya saya suka tema misteri", dengan kata lain anak ini akan memasuki bidang yang sangat memerlukan aktifitas intelektual untuk mencari tahu penyebab, dan tidak nyaman dengan sesuatu yang langsung dicekoki; dia mau berpikir. Nanti bidang-bidang yang dia geluti adalah bidang-bidang yang memang menuntutnya untuk berpikir. Kalau rutin, sama, manual hari lepas hari begitu-begitu saja, dia paling tidak bisa. Tapi ada juga anak yang memang dari kecil kelihatan dia senang dengan permainan yang banyak sekali tantangannya yang menggunakan kekuatan fisik. Bisa jadi dari permainan-permainan itu kita akan bisa melihat bahwa pekerjaan yang dia sukai adalah pekerjaan yang penuh dengan tantangan. Dan yang juga nanti memerlukan mobilitas yang tinggi. Dia harus sering pergi ke sana - sini, menghadapi masalah di sini-selesaikan, menghadapi masalah di sana-selesaikan, nah kita akan mulai melihat tema-tema itu. Jadi masa bermain atau permainan apa yang dimainkan anak memang sangat penting.
ET : Tapi kadang-kadang itu mengikuti trend juga Pak Paul, maksudnya kalau anak-anak sekarang lagi trendnya main apa. Misalnya sekarang berkaitan dengan yang sifatnya elektronik; playstation, omputer game, rasanya semua anak mainnya ke sana.
Ini bagaimana Pak Paul?
PG : Memang ada pengaruh trend, sudah tentu. Jadinya kalau sekarang permainan video game yang lagi populer, memang main video game. Tapi tidak semua anak senang main video game jenis yang sama. Kadang-kadang kita melihat ada anak-anak yang senang gamenya bersifat misteri, mencari, menemukan, tapi ada juga yang senang tembak-menembak, kejar-mengejar, action dan sebagainya. Dan kalau misalkan temanya itu sama, nanti akan terulang dalam jenis aktifitas yang berbeda. Pada usia ini dia senang main video game, mungkin pada usia yang berikutnya dia senang dengan permainan yang lain tapi kira-kira temanya akan sama juga. Jadi memang kita bisa melihat tema itu sering kali dipertahankan, walaupun ada masanya dia main-mainan tertentu tapi biasanya mainannya tidak akan bertahan lama dan akan memilih mainan yang lain tapi jenisnya akan sama. Kalau dia tidak suka lari-larian, tidak suka cape'-cape'an dia akan lebih senang mainan yang diam. Nantinya misalkan dia lebih senang mejadi sekretaris, dia lebih senang menjadi akuntan, tidak suka yang berkeringat, jadi memang kita akan mulai melihat tema-tema pada permainan anak itu.
GS : Setelah masa anak-anak itu dilewati dan ketika dia memasuki usia remaja, itu biasanya ada pergantian jenis permainan, apakah itu berpengaruh?
PG : Pada masa-masa remaja, anak ini mulai benar-benar terjun hidup dengan teman-temannya yang biasanya sebaya. Di sini keterampilan menjalin dan mempertahankan relasi diasah. Kenapa ini pentng sebab inilah benar-benar tali yang akan mengikat perkerabatan atau yang mengikat kerja sama.
Karena kita tahu bahwa ini penting dalam nanti bekerja sama. Nah ini dipupuk pada masa-masa remaja, mungkin dia mulai konflik, dia mulai menyelesaikannya, dia tidak suka dengan yang ini dia ngomong ke orang tersebut, dia merasa dia takut dia cerita dengan temannya. Nah dinamika pertemanan inilah yang nanti akan menjadi fondasi yang sangat penting dalam perkembangan karier si anak. Karena nanti dia akan harus bekerja sama dengan orang-orang lain. Nah kalau si anak kehilangan kesempatan bergaul seperti ini, tidak ada sosialisasi, ini akan berakibat buruk pada perkembangan karier si anak. Misalnya nanti dia akan susah bekerja sama dengan orang, kehendaknya harus selalu dituruti, dia tidak bisa megalah, dia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain; dia melihatnya hanya dari kacamatanya sendiri, ini hal-hal yang nanti akan menghancurkan perkembangan kariernya. Misalkan lagi, mempunyai kemampuan di satu bidang tapi gara-gara keterampilannya atau sosialisasinya sangat buruk akhirnya dia tidak bisa masuk ke bidang tersebut. Karena nantinya kita masuk atau keluar dalam sebuah bidang kerja itu tergantung pada penerimaan rekan-rekan kita; kalau rekan-rekan kita menolak kita meskipun kita mau maka kita tidak bisa masuk juga.
ET : Berbicara soal kehilangan, kalau misalkan kehilangan kesempatan untuk bermain di masa sebelumnya apakah itu juga bisa berdampak pada tahapan berikutnya?
PG : Sangat berdampak, karena bermain pada dasarnya akan menumbuhkan juga keterampilan si anak untuk bekerja. Maka ada teori dalam ilmu konseling karier yang mengatakan bahwa sebetulnya main aalah prototipe kerja-cikal bakalnya kerja.
Jadi orang yang memang bisa bermain dengan baik; bisa kerja sama, bisa tenggang rasa, bisa menyatukan visi sehingga bisa mencapai target secara bersama-sama; itu sebetulnya adalah keterampilan-keterampilan yang diperlukan sekali dalam bekerja. Jadi orang yang bisa bermain dengan baik disimpulkan nantinya juga akan lebih bisa bekerja dengan lebih baik pula. Tolong menolong untuk bisa mencapai tujuan yang sama, kreatifitas, mengembangkan permainan, memecahkan problem dalam permainan; itu semua keterampilan yang mutlak diperlukan dalam bekerja. Jadi sampai sekarang kita belum membicarakan bidang karier yang secara spesifik. Kita masih membicarakan kerangka-kerangkanya yang nantinya mendukung perkembangan karier selanjutnya.
GS : Apa yang dirintis sejak usia dua tahun atau sebelum itu, pada saat-saat remaja karena sudah mulai bersosialisasi, itu bisa berubah Pak Paul?
PG : Betul, maksudnya permainannya akan berubah tapi sebetulnya kita akan melihat nanti bidang karier itu akan mulai menampakkan diri di usia remaja. Karena biasanya si anak mulai mengenali miat dan kemampuannya dari pendidikan sekolah; dia mulai tahu apa yang tidak dia suka.
Misalkan mulainya dengan mengetahui apa yang tidak disukainya, perlahan-lahan waktu dia mulai tahu apa yang tidak disukainya dia juga mulai menemukan apa yang disukainya. Tapi jangan takut kalau anak remaja belum tahu pasti apa yang disukainya; sering kali anak remaja itu lebih tahu apa yang tidak disukainya. Kenapa tidak tahu apa yang disukainya, sebab pada masa-masa SLTA atau SMA atau SMU, belum semua bidang pekerjaan itu diperkenalkan sehingga ada waktu-waktu anak-anak tidak tahu. Sebab bukannya dia tidak tahu tapi memang belum ada pengenalan terhadap bidang pekerjaan tersebut. Mata pelajaran hanya sekitar 15, 16 ; jenis pekerjaan yang ada di luar ada berapa ratus, tidak mungkin sekolah bisa memperkenalkan semuanya. Jadi ada kalanya anak tidak tahu tapi itu wajar; yang penting dia mulai tahu jelas apa yang tidak dia sukai, apa yang tidak mampu dia lakukan. Nah ini menjadi dasar untuk dia nanti mengetahui apa yang disukainya dan apa yang mampu dia lakukan dengan baik pula.
GS : Di situ juga biasanya timbul konflik dengan orangtua, bahwa apa yang disukai itu tidak disukai oleh orangtuanya.
PG : Orangtua memang pada tahap-tahap ini memberikan bimbingannya, jangan terlalu keras, otoriter; berikanlah pengarahan kepada anak; jangan sampai langsung memutuskan, kamu tidak boleh ini, kaier ini jelek dan sebagainya.
Tidak demikian, kita awasi dulu, kita lihat dulu perkembangannya, karena ini belumlah tahap akhir. Si anak biasanya pada masa-masa remaja mulai mengenal 3 jenis karier yang kira-kira dia mau geluti, tapi dia sendiri belum tahu pasti. Biarkan dia memastikan bidang apa yang memang sungguh-sungguh dia sukai, jadi orangtua juga jangan terlalu bereaksi. Kasihan si anak, karena yang sebetulnya dia bisa kembangkan tapi akhirnya dia tidak bisa kembangkan.
GS : Tapi memang tadi Pak Paul sudah singgung bahwa sistem pendidikan kita dan kurikulumnya itu tidak mendukung atau kurang menolong anak-anak ini untuk mampu menemukan karier apa yang akan dia geluti nanti.
PG : Di sini peranan sekolah atau guru sangat penting, jadi sebaiknya sekolah atau guru pada masa-masa ini memperkenalkan kepada anak-anak jenis-jenis pekerjaan yang ada di luar. Misalkan, pangil orangtua murid yang mempunyai keahlian tertentu, pekerjaan tertentu, untuk datang bercerita tentang pekerjaannya.
Sehingga siswa belajar dan tahu, apa saja yang ada dan tuntutannya apa, jenis pekerjaannya apa saja. Jadi anak-anak disiapkan mengenal apa yang tersedia di luar. Karena dalam perkembangan karier, mengetahui apa yang diri bisa lakukan dan mengetahui pekerjaan apa yang tersedia di luar, dua-dua sama pentingnya.
GS : Karena itu sering kali anak ketika ditanya oleh orang yang lebih tua, baik orangtuanya maupun orangtua yang lain. Kamu nanti kalau besar mau jadi apa? Mereka juga bingung mau menjawab atau asal menjawab.
PG : Memang kurikulum ini masih perlu dikembangkan Pak Gunawan, saya harap perlahan-lahan hal-hal ini akan lebih dikomunikasikan kepada para siswa.
GS : Pembicaraan kita ini tadi Pak Paul katakan baru menentukan kerangkanya saja, jadi kita belum masuk ke bagian yang lebih detail, yang lebih praktis. Karena keterbatasan waktu, kita harus akhiri dulu perbincangan kita ini dan kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. Jadi kita berharap pendengar kita akan mengikutinya, namun sebelumnya mungkin ada firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Amsal 27:17 berkata, "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Tadi kita telah belajar tentang peranan orangtua yang ternyata sangat penting sekali. Apa peranan orangtua? Kalauboleh saya simpulkan, ini yang firman Tuhan katakan; besi menajamkan besi.
Orangtua yang bergaul dengan anak, berinteraksi dengan anak, mengkonfermasi, mengarahkan anak, memberikan kebebasan tapi memberikan pengawasan, ini ibarat besi menajamkan besi. Jadi akhirnya si anak pun akhirnya tambah tajam, tambah tajam dan tambah tajam, tapi diperlukan peranan orangtua. Jadi sekali lagi kita mau memanggil orangtua pulanglah ke rumah, terlibatlah dalam kehidupan anak sehingga kita bisa menajamkan besi yang Tuhan telah titipkan kepada kita.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini, juga Ibu Ester terima kasih. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pekerjaan yang Cocok". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.