Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Merangkul Penderita Narkoba." Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, sering kali remaja atau pemuda yang sudah kecanduan narkoba bukan dirangkul tapi justru diasingkan seperti orang yang berpenyakitan, tapi keadaannya malah lebih parah Pak Paul.
PG : Saya mengerti bahwa sampai suatu titik orangtua itu bisa sangat-sangat letih sehingga rasanya tidak mau tahu lagi tentang anaknya dan sebagainya. Saya memahami itu, memang berat beban yangharus dipikul oleh keluaga tatkala anak terlibat narkoba.
Namun sedapatnya orangtua tetap mengkomunikasikan kepada anak bahwa, "Kalau engkau bertobat, kalau engkau mengakui engkau mempunyai masalah dan engkau ingin ditolong, kami akan selalu menolong dan pintu rumah akan selalu terbuka." Jadi saya kira pesan ini harus tetap disampaikan kepada anak, sehingga anak tahu bahwa mereka tetap bagian keluarga ini dan orangtua tetap mau menerima mereka asalkan mereka bersedia untuk berubah atau bertobat.
GS : Sering kali orangtua berpegang, "Bukankah dulu saya sudah beritahukan....," dilarang dan sebagainya tapi mereka tetap sembunyi-sembunyi menggunakan obat-obatan ini sehingga orangtua, untuk menarik kembali kata-katanya itu sangat berat.
PG : Betul, dan pemakaian narkoba pada anak kita itu seperti mimpi buruk. Tiba-tiba hidup kita yang tadinya tenang sekarang tidak akan tenang lagi. Sekali narkoba memasuki rumah kita, hidup kit tidak akan sama, kita itu akan sangat dipusingkan oleh anak, apalagi pada masa-masa si anak itu belum bersedia menjalani perawatan, dia masih main kucing-kucingan dengan kita, masih membohong-bohongi kita, itu memang penderitaan yang amat besar yang harus ditanggung oleh satu keluarga.
Dan tidak jarang akhirnya menimbulkan krisis dalam relasi orangtua. Orangtua bisa lebih sering bertengkar antara suami-istri dan tidak jarang akan juga menimbulkan gangguan pada adik atau kakaknya sehingga mereka pun akan susah berkonsentrasi dalam pelajaran. Susah untuk pergi-pergi dan bersosialisasi dengan teman-teman mereka. Karena sekarang ada masalah di rumah yaitu saudara mereka terlibat narkoba, jadi saya mengerti bahwa masalah narkoba itu bukan hanya menimpa satu individu tapi akan benar-benar menghantam satu keluarga.
GS : Dan ini bisa menghantam keluarga mana saja, termasuk keluarga orang Kristen?
PG : Tepat sekali, tidak tertutup kemungkinan keluarga kita pun bisa terkena.
GS : Lalu bagaimana upaya kita untuk dekat dengan penderita yang kecanduan narkoba ini?
PG : Sudah tentu kita mesti menyadarkan anak-anak kita bahwa mereka itu perlu pertolongan, mereka harus menerima perawatan dan dengan hanya di rumah saja mereka tak akan bisa melepaskan diri dai jeratan narkoba ini.
Korbankan waktu sekolah, orangtua kadang-kadang lebih mementingkan sekolah, nanti bagaimana sekolahnya. Nah sekarang pertanyaannya, mau anak kita terus-menerus terjerat narkoba atau mementingkan sekolah. Bukankah yang paling penting adalah lepaskan terlebih dulu anak kita dari jeratan narkoba. Biarkan dia mengulang pelajarannya tahun depan, tidak apa-apa; satu tahun memang akan terbuang, tapi akan lebih baik daripada anak kita makin terhisap oleh narkoba dan tidak bisa lepas lagi. Jadi rawatlah sampai sembuh. Apa yang harus kita lakukan setelah anak kita kembali dari perawatan. Sekurang-kurangnya ada dua hal yang mesti menjadi fokus perhatian kita, yang pertama adalah pertobatan dan yang kedua adalah pergumulannya. Kita melihat yang pertama yaitu pertobatan, kita mesti memastikan anak kita sungguh-sungguh sudah bertobat. Nah salah satu tanda pertobatannya adalah kesediaannya untuk mengakui perbuatannya tanpa upaya untuk menutupi. Nah program rehabilitasi yang baik akan mewajibkan si anak untuk mengakui perbuatan, ia harus menuliskan apa-apa yang pernah dilakukan serinci dan seterbuka mungkin. Dan ini nanti bisa diberitahukan kepada orangtua dan orangtua bisa melihat. Nah semakin terbuka, semakin kita bisa yakin bahwa anak kita sudah bertobat.
GS : Pertobatan ini memang sulit dikenali, kadang-kadang dalam kondisi yang terpepet dia akan melakukan itu semua, tapi bagaimana meyakinkan kita sebagai orangtua bahwa anak kita memang sudah bertobat.
PG : Salah satunya lagi adalah tanggung jawab, apakah dia siap untuk memikul tanggung jawab atas perbuatan dan konsekuensi perbuatannya itu. Artinya semakin sering anak kita itu menyalahkan orag lain, semakin sepatutnyalah kita meragukan pertobatannya.
Kalau si anak menyalahkan lingkungan sebagai penyebab dia memakai narkoba dan sama sekali dia tidak mau memikul andil, ini bagi saya merupakan pertanyaan apakah anak kita sungguh-sungguh telah bertobat. Memang adakalanya kita sebagai orangtua terlibat dalam masalah anak kita, tapi tetap pilihan memakai narkoba adalah pilihannya, tanggung jawabnya. Pada waktu dia memakai, tidak ada yang menodongkan pistol di kepalanya untuk dia menggunakannya, itu pilihan dia. Nah pilihan itu tetap ada di tangannya dan itulah yang mesti dia pikul. Pemakaian kedua, ketiga, keempat dan seterusnya pilihannya pula dan seyogianyalah dia memikul tanggung jawab atas pilihan-pilihannya itu. Meskipun orangtua atau keluarga bisa saja terlibat dalam masalah si anak namun seharusnya si anak memikul tanggung jawab itu.
GS : Ya tetapi kadang-kadang memang pertanyaan orangtua itu agak memojokkan anak atau memotivasi anak untuk menyalahkan lingkungan ini.
PG : Betul, adakalanya orangtua memang tidak bijak akhirnya menyulitkan si anak sehingga si anak kalang kabut lari, akhirnya menyalahkan semua orang di dunia ini kecuali dirinya sendiri. Nah meang itu kita mesti jaga, tapi saya kira tetap anak yang sungguh-sungguh telah bertobat bisa memikul tanggung jawab atas perbuatan dan konsekuensi perbuatannya itu.
Yang lainnya lagi untuk memastikan bahwa anak kita telah bertobat adalah kerelaannya untuk bekerja sama. Jadi kalau dia sudah pulang dari rumah perawatan, namun sikapnya terus melawan, kita harus bertanya apa yang sungguh-sungguh terjadi pada diri anak kita, apakah dia sudah berubah atau belum, sebab kalau dia memang sudah bertobat dan sungguh-sungguh telah berubah seharusnya dia lebih menunjukkan sikap bekerja sama, kooperatif tapi kalau sudah pulang dari rumah perawatan tetap memberontak, melawan, tidak bisa diatur, saya kira itu pertanda bahwa anak kita itu kemungkinan besar masih memakai dan belum bertobat.
GS : Tetapi kadang-kadang sifat-sifat seperti itu sudah dibawa walaupun dia belum menggunakan narkoba, Pak Paul?
PG : Adakalanya sifat-sifat itu sudah dibawa dari awalnya, namun sesungguhnya setelah narkoba memasuki hidupnya dan setelah dia mengalami perawatan, seyogianya sifat-sifat lama itu pun mengalam perubahan dan berkurang.
Karena bukankah sifat-sifat lama itu jugalah yang memasukkan anak kita ke lembah narkoba. Karena sifatnya yang memberontak, tidak mau peduli, memang mungkin kita juga ada bagiannya tapi sifat si anak yang seperti itu yang lebih membuka kesempatan si anak masuk ke dalam lembah narkoba. Kalau sifat-sifat lama itu tidak berubah apa artinya? Artinya adalah anak kita sangat rentan sekali untuk bisa lagi masuk ke dalam lembah narkoba yang sama. Jadi memang kita mau melihat adanya perubahan, sifat lama yang buruk itu seharusnya sekarang sudah berkurang banyak.
GS : Selain perubahan sifat mungkin akan nampak lebih jelas itu perubahan perilakunya.
PG : Betul sekali Pak Gunawan, misalkan perilakunya dalam berteman atau berkawan. Apakah dia masih berteman dengan teman-teman yang dulu memakai narkoba bersama dia, apakah dia berkata: "Tidak pa-apa, saya tahu sekarang saya tidak boleh memakai, saya tahu saya tidak bisa lagi dibohongi mereka, saya hanya pergi dengan mereka, kenapa memangnya, salahnya apa?" Wah itu justru sangat berbahaya, sebab seorang teman yang masih narkoba sekarang ini kalau berteman dengan anak kita itu pengaruhnya sangat besar.
Justru salah satu tanda bahwa anak kita telah bertobat adalah dia meninggalkan teman-teman lama yang menjadi pemakai narkoba. Atau apakah dia kembali mengurung diri di kamar, terus diam-diam tidak mau keluar. Kalau dia kembali lagi pada perilaku lama yang seperti itu seharusnyalah kita bertanya-tanya. Atau apakah dia bersedia mengikuti program pasca perawatan, nah rumah perawatan yang baik atau panti rehalibitasi yang baik mewajibkan anak-anak yang sudah keluar dari rumah perawatan untuk datang kembali secara teratur misalkan seminggu sekali, seminggu dua kali untuk mengikuti program pasca perawatan. Sebab panti rehabilitasi menyadari bahwa anak-anak ini perlu dukungan dan peringatan dan pengawasan dan saling bertanggung jawab kepada satu sama lain dan itu didapati dalam kelompok-kelompok yang diadakan pasca perawatan. Nah apakah anak kita bersedia pergi atau tidak, kalau anak kita setelah pulang ke rumah akhirnya berkata tidak mau lagi pergi kembali untuk mengikuti program pasca perawatan, nah ini pertanda buruk, mungkin sekali dia tidak sungguh-sungguh bertobat. Atau yang lainnya apakah anak kita sekarang lebih dapat berdisiplin, kehidupan yang tak berdisiplin adalah kehidupan yang memang membuka peluang besar masuknya narkoba ke dalam hidup. Jadi apakah dia sekarang sudah berubah menjadi anak yang lebih berdisiplin. Atau yang lainnya lagi adalah pemakaian uang, apakah dia tetap memakai uang dalam jumlah yang besar. Sering kali anak-anak yang memakai narkoba menghabiskan uang yang sangat besar, nah apakah dia tetap memakai uang itu. Meskipun alasannya ada saja untuk ini, untuk itu, tapi hati-hati kalau anak kita sudah pulang dan meminta uang yang banyak, kemungkinan dia belum sungguh-sungguh bertobat. Pemakaian waktunya bagaimana, apakah dia tetap menggunakan waktu dengan bijaksana, dia belajar dan sebagainya. Atau inginnya keluyuran saja setelah pulang dari panti rehabilitasi, kalau maunya keluyuran dengan teman-temannya, kemungkinan besar memang anak kita belum sungguh-sungguh bertobat.
GS : Berarti sebenarnya pertobatan ini bukan hanya dituntut pada anak yang terkena kecanduan narkoba, orang-orang sekelilingnya juga harus bertobat dari tingkah lakunya yang lama, yaitu dengan lebih memperhatikan anak ini.
PG : Betul sekali, kalau dulu orangtua tidak memberikan perhatian sebesar ini, sekarang harus memberikan perhatian sebesar ini.
GS : Dan itu kalau seandainya ketahuan lagi bahwa ternyata anak kita belum betul-betul terbebas dari pengaruh narkoba apakah itu kita kembalikan lagi ke panti rehabilitasi?
PG : Seharusnya ya, jadi waktu kita melihat anak kita belum sungguh-sungguh bertobat dan masih memakai lagi kita harus memasukkan kembali ke panti rehabilitasi. Cukup sering Pak Gunawan, anak-aak ini harus bolak-balik beberapa kali akhirnya sebelum sembuh dari ketergantungan narkoba.
GS : Mungkin itu juga tergantung pada tingkat keparahannya.
PG : Betul, tergantung pada tingkat keparahan dan tergantung juga pada dampak pemakaian narkoba pada kehidupannya. Misalnya dia memakai narkoba sampai 3 tahun sehingga dia tidak pernah sekolah MA, tidak pernah ada ijazah SMA, hanya ada ijazah SMP tapi sekarang umurnya sudah 22 tahun, nah dia mau kerja apa, tidak ada pekerjaan, tidak bisa sekolah lagi, itu benar-benar kondisi yang buruk buat si anak.
Kalau pun dia sungguh-sungguh ingin berubah namun waktu dia sudah sembuh dia menghadapi fakta kehidupan, dia sudah umur 22 tahun, tidak ada ijazah SMA, tidak pernah sekolah, tidak bisa apa-apa, nah ini bisa mengecilkan semangatnya. Dan dalam kepanikannya, godaan untuk kembali ke narkoba sangat besar sekali.
GS : Berarti di dalam diri pemuda atau anak remaja, walaupun sudah dibebaskan dari pengaruh narkoba itu terjadi sesuatu pergumulan yang besar.
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, jadi orangtua itu mesti melihat dua hal setelah anak-anak pulang dari rumah perawatan. Pertama adalah pertobatannya, apakah anak kita sungguh-sungguh telah bertobt.
Yang kedua, yang mesti diperhatikan adalah pergumulan si anak. Jangan sampai orangtua luput melihat pergumulan, meskipun anak telah bertobat, dia tetap harus bergumul dengan godaan. Ketergantungan fisik pada obat sudah berakhir setelah beberapa hari melewati sakau dan sebagainya dia tidak lagi bergantung pada narkoba itu. Tapi ketergantungan psikologis pada obat-obat itu, ini akan berlangsung terus-menerus, pikiran itu yang sekarang ini sudah terjerat pada narkoba, dan pikiran itu yang terus-menerus membutuhkan narkoba, kalau tidak ada narkoba tidak bisa berjalan lagi. Pikiran ini berubahnya sangat lambat, maka program narkoba yang baik biasanya mensyaratkan seseorang untuk diam dalam panti itu untuk waktu yang panjang. Misalkan selama setahun atau lebih karena memang memerlukan waktu yang lama untuk bisa melepaskan pikiran kita dari ketergantungannya pada narkoba. Jadi orangtua tidak boleh lengah terhadap fakta ini, kita harus senantiasa waspada terhadap setiap perubahan yang terjadi pada dirinya. Meski anak telah bertobat dia akan terus diserang oleh godaan dan tugas kitalah untuk mengawasi pergumulan ini.
GS : Selain mengawasi mungkin juga membantu dia mengalihkan perhatiannya pada kegiatan-kegiatan yang lain?
PG : Tepat sekali, sebab kalau anak-anak kita pulang ke rumah dalam kehampaan, tidak ada aktifitas yang bisa dilakukannya godaan itu makin membesar. Jadi memang waktu harus diisi, tidak boleh mnganggur.
Menganggur benar-benar adalah lahan yang subur untuk dia tergoda kembali memakai narkoba. Yang lainnya juga yang perlu orangtua lakukan adalah mengkomunikasikan pengertian dan kasih, bukan kritikan. Kadang kala orangtua karena sudah cukup lama memendam kemarahan pada anak ini, mereka telah disusahkan oleh anak yang memakai narkoba, nah waktu anak pulang dihujani terus-menerus oleh kritikan, kemarahan, disalahkan, nah ini tidak baik. Sebab kalau kita hanya mengungkit-ungkit masa lalu dan kegagalannya ini akan menambahkan rasa putus asa, patah semangat pada dirinya. Akhirnya dia berkata, "Ya, memang saya sudah rusak, sampai sekarang pun orangtua masih mengatakan saya rusak seperti itu. Ya sudah buat apa saya memperbaiki hidup saya tetap saja saya dianggap rusak seperti dulu, ya sudah sekalian." Nah benar-benar dia akhirnya terjun kembali ke dunia narkoba. Jadi jagalah emosi, jagalah lidah kita, jangan mengkritik atau memarahi anak terus-menerus, mereka sudah kembali ke rumah cobalah sambut dengan pengertian dan cinta kasih.
GS : Berarti segenap keluarga itu harus menunjukkan cinta kasihnya bahwa sekalipun dia mantan pecandu narkoba, dia masih diterima di tengah-tengah keluarga itu.
PG : Tepat sekali, dan sering kali ikatan kasih inilah yang menambah kekuatan si anak untuk melawan godaan. Dia akan berkata, "Orangtua saya, keluarga saya telah berkorban sedemikian besarnya, erus mendampingi saya dalam masa yang sulit ini, dan ini semua menunjukkan mereka sangat mengasihi saya."
Nah bekal ini akan menolong si anak menguatkan si anak melawan godaan, jangan saya merusakkan kepercayaan orangtua saya, jangan saya menyia-nyiakan pengorbanan mereka, jangan saya mengkhianati kepercayaan mereka dan jangan saya menodai kasih sayang mereka kepada saya. Jadi sekali lagi kasih sayang dan pengertian justru akan menambah kekuatan si anak untuk melawan godaan narkoba.
GS : Tapi perhatian atau kasih yang berlebihan apakah justru tidak membawa dampak yang nagatif terhadap anak itu?
PG : Ini poin yang bagus Pak Gunawan, kadang-kadang orangtua karena memang sangat mengasihi anak dan senang anak sudah kembali akhirnya melindungi anak, tidak membiarkan anak sedikitpun menanggng konsekuensi perbuatannya.
Seolah-olah mau melindungi anak dari reaksi buruk orang. Sampai titik tertentu kita boleh menjaga anak, tapi setelah itu biarkan. Biarkan anak juga menghadapi misalkan reaksi orang yang tidak positif terhadapnya. Sebab memang perbuatannya yang dulu itu tidak lagi teruji. Jadi jangan sampai kita memerisaikan anak dari kenyataan hidup, biarlah anak juga berhadapan dengan kenyataan hidup dan pahitnya reaksi orang gara-gara perbuatannya yang dulu itu. Ada orang yang tidak bisa menerimanya kembali, ada orang yang kecewanya sangat dalam pada dirinya, ada orang-orang yang tidak mau lagi berhubungan dengan dia, itu hal yang harus dia terima. Jangan sampai ada orangtua yang menutupi anak-anak dari fakta atau kenyataan hidup ini.
GS : Apalagi kalau dia sempat ditahan atau dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan karena dia pengguna narkoba, itu pergumulannya makin besar lagi.
PG : Betul, orangtua tetap mengkomunikasikan kasih sayang dan pengertian namun orangtua tidak bisa memisahkan anak dari realitas ini. Akan ada orang-orang yang melihat anak kita dengan negatif an itulah fakta kehidupan, dan anak itu harus belajar menerima konsekuensi pula.
GS : Mungkin ada hal lain yang bisa kita lakukan sebagai orangtua, Pak Paul?
PG : yang lainnya adalah tekankan kepada anak bahwa kepercayaan tidak diberikan dengan cuma-cuma. Untuk mereka bisa dipercayai kembali baik oleh kita ataupun oleh orang-orang lain di luar rumah Mereka harus membuktikan dirinya, mereka tidak bisa berkata: "Lihat, saya sudah berkata tidak lagi, makanya harus percaya dong."
Tidak, kepercayaan yang sudah mereka rusakkan tidak akan muncul dengan tiba-tiba, mereka harus menanam kembali kepercayaan itu dan ini akan makan waktu bertahun-tahun. Dan kita mesti mendorong anak kita jangan putus asa. "Sewaktu orang tidak percaya, justru engkau harus buktikan, jangan justru engkau lari kembali ke narkoba." Ini adalah hal yang perlu kita selalu ingatkan kepada anak.
GS : Itu berarti suatu hal yang sulit buat anak ini karena selain dia harus membangun kepercayaan dirinya sendiri, dia harus membangun kepercayaan orang lain terhadap dirinya.
PG : Betul sekali Pak Gunawan, memang jadinya dua sisi. Dia sendiri harus mempercayai dirinya bahwa dia sekarang sudah berubah, bahwa dia sekarang tidak lagi terjerat narkoba, bahwa dia juga akn mempunyai masa depan, nah dia harus percaya itu.
Sering kali bisikan dari dalam dirinya itu begitu kuat, bisikan yang juga saya percaya disusupi oleh iblis yang berkata, "Kamu tidak ada lagi pengharapan, kamu tidak ada lagi masa depan, sudah tanggung pakai saja." Nah itu bisikan yang harus kita buang jauh-jauh, nah itu kepercayaan diri. Dan yang kedua memang harus membangun kepercayaan diri orang terhadap diri kita.
GS : Berarti ada pergumulan rohani yang terjadi pada diri pemuda ini?
PG : Pasti Pak Gunawan, pergumulan rohani tak bisa dipisahkan dari proses penyembuhan pemakaian narkoba.
GS : Pergumulan itu dalam bentuk seperti apa Pak Paul?
PG : Sering kali pergumulan rohaninya adalah bahwa Tuhan sudah meninggalkan saya, sering kali mereka akan berkata, "Tuhan pun sudah terlalu kecewa, Tuhan pun sudah tidak lagi berkenan mendengardoa saya, karena saya sudah terlalu buruk, saya sudah terlalu sering merusakkan kepercayaan dan cinta kasih Tuhan.
Tidak ada lagi pengampunan buat saya, Tuhan sudah nyerah dengan saya." Tidak demikian, ini adalah bisikan iblis dan kita harus melawannya, kita harus percaya bahwa Tuhan akan mendampingi kita dan tidak meninggalkan kita dan tersedia masa depan untuk diri kita pula.
GS : Dalam hal ini Pak Paul, tentu firman Tuhan yang akan menguatkan dia untuk tetap bergumul di dalam pergumulan rohaninya. Nah firman Tuhan apa yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Si anak harus mempunyai satu target bahwa dia harus menang, tidak boleh kalah. Namun dia tidak bisa menang dengan kekuatannya sendiri, dia dapat menang hanya dengan kekuatan Tuhan. Firman uhan yang akan saya bagikan adalah Matius 6:33, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
Cari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, ini tugas si anak yang telah terjerat narkoba dan sekarang sudah lepas. Cari terus kerajaan Allah, utamakan terus Allah dan kebenarannya, nah Tuhan berkata yang lainnya itu (kekurangan-kekurangan, kehilangan-kehilangan dulu) itu nanti Tuhan akan tambahkan, Tuhan nanti akan tolong. Yang penting kita cari Tuhan dulu, kalau kita sudah cari Tuhan dan kita sudah temukan dia yang lainnya akan nanti Dia bereskan.
GS : Secara konkret apa yang harus dilakukan oleh pemuda atau anak ini?
PG : Dia tidak boleh meninggalkan persekutuan, dia kemungkinan besar akan malu kembali ke persekutuan, kalau tidak mau kembali kepada persekutuan semula, silakan hadiri persekutuan teman yang lin yang mungkin tidak mengenal dia, yang mungkin juga mempunyai program untuk orang-orang yang pernah terlibat dalam narkoba.
Dan kita tahu ada hamba Tuhan di sana yang bisa mengerti kita, silakan pergi beribadah di sana, biarlah kita mendapatkan rumah iman yang baru sehingga kita bisa diterima di sana. Jangan lupa untuk setiap hari datang kepada Tuhan, ingatlah kemenangan ini diperoleh, dicapai hari lepas hari. Kita tak bisa berkata ini hari menang, selama-lamanya saya akan menang. Tidak demikian, setiap hari merupakan hari pergumulan dan setiap hari harus kita menangkan. Jadi awali hari dengan datang kepada Tuhan, membaca firmanNya untuk menambahkan kekuatan dan berdoa agar Dia menyertai kita selalu.
GS : Ya terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini, dan para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Merangkul Penderita Narkoba". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.