Menyikapi Kekayaan dengan Benar 1

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T588A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tuhan tidak anti kekayaan dan tidak anti orang kaya; Tidak semua kekayaan berkat Tuhan; Tidak selalu Tuhan memberkati dengan kekayaan; Kekayaan punya daya yang kuat jadi ilah dalam hidup kita.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

dpo. Pdt. Dr. Paul Gunadi

Menyikapi kekayaan dari lensa Alkitabiah tidak mudah. Ada yang berpandangan bahwa kekayaan adalah dosa atau setidaknya mencobai kita untuk berdosa. Sebaliknya, ada yang beranggapan bahwa kekayaan adalah berkat, jadi, bukan saja mesti diterima dengan syukur tetapi juga dikumpulkan dengan sukacita. Bila pandangan yang pertama membuat kita merasa bersalah jika kebetulan kita memunyai kekayaan berlebih, maka pandangan yang kedua membuat kita merasa bersalah bila kebetulan kita tidak kaya. Mari kita menelaah Firman Tuhan agar dapat menyikapi hal kekayaan dengan benar.

PERTAMA, DARI FIRMAN TUHAN DAPAT KITA SIMPULKAN BAHWA TUHAN TIDAK ANTI KEKAYAAN DAN TIDAK JUGA ANTI ORANG KAYA.
Apabila Tuhan anti kekayaan dan anti orang kaya, maka Ia tidak akan memberkati dan memakai kekayaan dan orang kaya. Namun, sebagaimana kita ketahui Ia memberkati dan memakai Abraham dan Ayub, dua tokoh yang kaya raya. Dan, jikaTuhan anti kekayaan dan anti orang kaya, Ia pun tidak akan memberkati dan memakai para perempuan yang mengikut dan melayani Yesus Putra Allah. Merekalah yang membiayai hidup dan pelayananTuhan Kita Yesus bersama para murid. Dan, jikaTuhan anti kekayaan dan anti orang kaya, Ia pun tidak akan memanggil dan menyelamatkan orang kaya, seperti Kornelius di Kaisaria, Lidia di Filipi, dan Filemon di Kolose. Jadi, bilaTuhan tidak anti kekayaan dan tidak anti orang kaya, maka kita pun tidak seharusnya anti kekayaan dan anti orang kaya.

KEDUA, TIDAK SEMUA KEKAYAAN MERUPAKAN BERKAT DARI TUHAN.
Amsal 20:17 mengingatkan, "Roti hasil tipuan sedap rasanya, tetapi kemudian mulutnya penuh dengan kerikil." Istilah "roti" merujuk bukan saja kepada roti secara harfiah tetapi juga harta. Jadi, dari Firman Tuhan ini kita belajar, kekayaan dapat bersumber bukan dari Tuhan melainkan dari kecurangan atau dosa. Dengan kata lain, kita bisa menjadi kaya di luar jalan Tuhan namun pada akhirnya kita harus menanggung akibatnya yakni hukumanTuhan, yang diibaratkan dengan,"mulutnya penuh dengan kerikil." Dari sini kita belajar, bukan saja tidak boleh kita mendapatkan kekayaan dengan kecurangan tetapi juga, kita tidak boleh menghapus bersih kecurangan dengan memakai namaTuhan, seakan-akan kekayaan ini adalah berkat dari-Nya.

KETIGA, TIDAK SELALU TUHAN MEMBERKATI KITA DENGAN KEKAYAAN.
Ada banyak cara Tuhan untuk memberkati kita; dalam pengertian, ada banyak cara untuk-Nya memerlihatkan bahwa Ia berkenan kepada kita. Misalkan, Tuhan dapat memberkati kita dengan kesehatan; Ia bisa memberkati kita dengan kerukunan keluarga; Ia dapat memberkati kita dengan pelayanan yang berbuah. Kekayaan hanyalah satu di antara sejumlah cara yang digunakan Tuhan untuk memerlihatkan kasih-Nya kepada kita. Jadi, jangan cepat menyimpulkan bahwaTuhan tidak berkenan kepada kita gara-gara usaha kita bangkrut.

KEEMPAT, MESKI KEKAYAAN BUKAN DOSA DAN BUKAN PENCOBAAN UNTUK BERDOSA, KEKAYAAN MEMUNYAI DAYA YANG KUAT UNTUK MENJADI ILAH DI DALAM HIDUP KITA.
Di dalam Khotbah di Atas Bukit (Matius 6:24), sewaktu mengingatkan tentang pengaruh harta, Tuhan Yesus menegaskan, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mammon." Sebagaimana kita ketahui Mammon ialah nama dewa kekayaan. Jadi, dari sini dapat kita lihat betapa besarnya pengaruh dan kuasa kekayaan sehingga Tuhan Yesus mengibaratkannya dengan dewa.

ApabilaTuhanYesus sendiri mengakui betapa besarnya pengaruh dan kuasa kekayaan, maka kita pun mesti mengakuinya pula. Meski kekayaan bukanlah makhluk hidup namun pada kenyataannya kekayaan seperti makhluk hidup yang memunyai roh sehingga dapat memengaruhi dan menguasai kita. Jadi, barangsiapa diberkati Tuhan dengan kekayaan, ia harus senantiasa menjaga dirinya, terutama hati dan pikirannya, agar tidak dipengaruhi dan dikuasai oleh kekayaan.

Lihatlah di sekeliling kita. Berapa banyak orang meninggalkanTuhan karena mengejar kekayaan. Berapa banyak suami atau istri meninggalkan keluarganya karena kekayaan. Berapa sering kita menilai orang dari kekayaan dan memilih teman atas dasar kekayaan. Itu sebab, makin kita diberkati dengan kekayaan, makin kita harus berhati-hati dan makin kita mesti berjalan dekat dan tunduk pada pimpinan Roh Kudus. Begitu kita menjauh, dengan cepat kita akan ditangkap oleh Mammon (dewa kekayaan).