Menghadapi Krisis

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T401B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Krisis dapat berbentuk kehilangan pekerjaan, kematian orang yang kita kasihi, pasangan hidup meninggalkan kita, anak yang memberontak dan menyangkali iman kepercayaannya, orang tua menderita sakit yang berkepanjangan dan sebagainya. Besar kemungkinan, pada suatu hari kelak kita akan mengalami krisis ini. Apa yang dapat kita lakukan dalam menghadapinya? Melalui materi ini, kita akan lebih dipersiapkan dalam menghadapi krisis.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Krisis dapat berbentuk kehilangan pekerjaan, kematian orang yang kita kasihi, pasangan hidup meninggalkan kita, anak yang memberontak dan menyangkali iman kepercayaannya, orang tua menderita sakit yang berkepanjangan, dan sebagainya. Besar kemungkinan, pada suatu hari kelak kita akan mengalami krisis ini. Apa yang dapat kita kita lakukan dalam menghadapi krisis?


Contoh kasus: Daud. Sepuluh pasal pertama dari 2 Samuel berisikan kemenangan dan kejayaan Daud. Namun, sepuluh pasal berikutnya, bermuatan konflik dan peperangan yang bersumber dari kejatuhan Daud ke dalam dosa perzinahan. Daud harus berhadapan dengan krisis yang melanda baik keluarganya maupun negaranya.


Prinsip I: Bertanyalah kepada diri sendiri, apakah krisis ini datang dari Tuhan sebagai alat untuk mendisiplin kita. Jika ya, ketahuilah bahwa tangan-Nya yang sedang memukul kita sekarang akan menyembuhkan kita pula. Daud berkata kepada Imam Zadok yang hendak membawa tabut perjanjian Allah, “Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata Tuhan, maka Ia akan mengizinkan aku kembali sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya, Tetapi jika Ia berfirman begini: ‘Aku tidak berkenan kepadamu,’ maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya.” (2 Samuel 15:26)


Prinsip II: Fokuskan pada masalah yang sebenarnya; prioritaskan tindakan yang harus diambil. Kita cenderung menggeser perspektif pada hal atau orang yang bukan merupakan problem utama kita. Kadang kita mempersalahkan orang yang tidak bersalah atau menggunakan cara penyelesaian yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Daud menyadari bahwa ia tengah menanggung akibat dosa yang diperbuatnya. Ia tidak hilang fokus, ia menerima konsekuensi perbuatannya. Sewaktu Simei mengutuki Daud, ia tidak menggeser perspektif, ia menerimanya sebagai ganjaran Tuhan, “Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk sebab Tuhan yang telah berfirman kepadanya demikian,” (2 Samuel 16:11)


Prinsip III: Hadapi krisis bersama-sama. Kita akan jauh lebih kuat jika menerima dukungan dari orang lain, jadi, jangan sungkan untuk meminta pertolongan atau dukungan doa. Kuncinya adalah, meminta, bukan menuntut dukungan. Sikap menuntut merupakan sikap yang kerap memadamkan niat orang untuk menolong kita. Daud mendapatkan dukungan dari teman-teman yang setia kepadanya.


Prinsip IV: Hadapi krisis satu per satu. Sewaktu Absalom datang, Daud meninggalkan Yerusalem. Sewaktu Simei mengutukinya, Daud tidak membalas. Dia sedang menghadapi ancaman Absalom, masalah dengan Simei dapat ditundanya. Kita tidak bisa menyelesaikan semua pada saat bersamaan.


Prinsip V: Mintalah kasih karunia yang cukup untuk hari ini. Ciptakan ruang untuk berteduh, minta Tuhan menyegarkan jiwa kita untuk hari ini.