Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Ibu Esther Tjahja, S. Psi. dan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dan beliau berdua adalah pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kami akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan yang kali ini kami beri judul "Mengenal Depresi". Kami percaya acara ini pasti menarik dan berguna bagi Anda sekalian. Maka dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, sekarang ini banyak orang membicarakan tentang depresi tapi saya rasa tidak banyak pula yang mengetahui secara utuh atau secara lengkap apa sebenarnya depresi itu, bagaimana timbulnya, bagaimana menanggulanginya dan seterusnya. Mungkin Pak Paul bisa menjelaskannya kepada kita semua?
PG : Saya akan mencoba lakukan itu Pak Gunawan, namun sebelum kita masuk ke sana saya ingin mengawali dengan membaca sebuah ayat dari Amsal 21:24 "Langkah orang ditentukan oleh uhan, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya."
Bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya, Pak Gunawan dan Ibu Esther. Akhir-akhir ini saya makin menyadari bahwa sedikit sekali tentang hidup ini, hidup yang ada dalam genggaman kita. Kita ini sebetulnya tidak begitu tahu tentang masa depan atau langkah-langkah ke depan kita, maka benar sekali firman Tuhan berkata bagaimanakah manusia bisa mengerti jalan hidupnya, sesungguhnya memang tidak mengerti, kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada hidup kita. Nah salah satu yang sering saya lihat juga adalah serangan depresi pada kita semua. Jangan sampai kita berkata bahwa o...depresi itu untuk orang-orang tertentu, memang nanti kita akan bahas ada tipe atau latar belakang tertentu yang bisa lebih merentankan kita terhadap depresi. Tapi sesungguhnya depresi itu bisa menghantam siapapun termasuk kita ini. Saya masih ingat sewaktu saya berkuliah, guru saya pernah berkata begini, "Jangan sampai kalian beranggapan bahwa kalian tidak pernah terkena gangguan jiwa atau tekanan hidup." Sebab dia bercerita ada klien saya yang datang kepada saya masih baik-baik saja, namun setelah melewati satu masa tertentu akhirnya kehilangan kewarasannya. Nah ada orang-orang yang juga seperti itu Pak Gunawan, dari kecil, remaja, dewasa hidup baik-baik namun tiba-tiba suatu ketika dihantam oleh depresi dan langsung roboh, tidak mau bekerja, tidak berani keluar rumah, ketakutan, cemas, berpikir yang tidak-tidak, murung, nah itu semua adalah bagian dari depresi. Untuk mulai menjawab yang tadi Pak Gunawan tanyakan, kenapa kita bisa terkena depresi, jawaban yang pertama adalah memang adakalanya depresi itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat jasmaniah atau biologis. Ini bukannya sesuatu yang terjadi pada jantung atau ginjal kita, tapi lebih mengacu pada fungsi kerja sel-sel di otak kita atau kita sebut senyawa kimiawi. Saya berikan satu contoh ada satu senyawa kimiawi yang disebut serotonin, entah mengapa serotonin ditemukan berkurang pada orang-orang yang menderita depresi. Maka salah satu obat antidepresan yang digunakan adalah obat untuk menambahkan kadar serotonin di otak penderitanya. Jadi sekali lagi kenapa pada orang tertentu bisa berkurang level serotoninnya kita tidak ketahui dengan pasti. Itu salah satu penyebabnya, Pak Gunawan.
(2) GS : Tetapi apa sebenarnya tanda-tanda orang yang terkena depresi, Pak Paul?
PG : Tanda yang paling jelas adalah kehilangan minat pada hampir semua aspek kehidupannya. Hal-hal yang biasanya dia lakukan, tiba-tiba tidak menarik lagi dan tidak ingin dilakukannya lagi. tu salah satu gejala yang ada pada semua penderita depresi, benar-benar kehilangan minat melakukan hal-hal yang biasanya dia lakukan.
Hal-hal yang dia suka lakukan tiba-tiba kehilangan daya tariknya dan tidak ada semangat sama sekali untuk mengerjakan apa-apa, inginnya berdiam diri. Tapi berdiam diripun serba salah karena waktu dia berdiam diri, dia dihantam juga oleh kecemasan yang begitu tinggi sehingga resah sekali. Jadi suatu perasaan yang menderita sebetulnya, sangat menyesakkan. Di satu pihak tidak berminat, maunya berdiam diri tapi waktu berdiam diri juga tidak menikmatinya sebab resah dan cemas luar biasa, jadi benar-benar suatu keadaan terhimpit.
ET : Dalam keadaan yang seperti itu, apakah ada perbedaan antara orang-orang yang misalnya memang tidak berminat tetapi akhirnya dia tetap bisa memaksa diri?
PG : Ada 2 jenis depresi yang biasanya kita pilah, pertama disebutnya depresi berat atau dalam bahasa Inggrisnya "major depression" atau kedua, depresi yang lebih ringan yang disebutnya destmia.
Dalam kasus depresi berat, orang itu secara tuntas dan total kehilangan kemampuan memaksa dirinya untuk mengerjakan hal-hal yang harus dia kerjakan. Dalam kasus destimia, orang ini masih bisa berfungsi pada umumnya meskipun depresinya berkepanjangan bulan demi bulan, tahun demi tahun namun dia masih bisa mengerjakan tugasnya, meskipun tadi Ibu Esther sudah singgung tidak ada lagi minat atau kenikmatan dalam mengerjakan semua itu.
ET : Mungkin berarti orang-orang yang seperti ini sepertinya masih berfungsi, tetapi mungkin sebenarnya bensinnya sudah tidak ada.
PG : Betul, jadi mereka seperti robot mengerjakan tugas sehari-hari, namun tidak ada lagi sukacita, sukacita itu benar-benar sudah terhilang dalam hidupnya. Mood orang-orang yang depresi, bak yang berat maupun yang lebih ringan biasanya di bawah murung, berat perasaannya.
Tanda-tanda lainnya misalnya adalah keresahan yang luar biasa, bawaannya tegang. Dan pada depresi yang sudah berat kita akan bisa lihat penampakan wajahnya yang kaku sekali, nah ini mungkin susah saya jelaskan. Tapi wajah kita ini wajah yang sebetulnya fleksibel, lentur, bisa senyum, tertawa, cemberut atau apa. Tapi orang yang terkena depresi berat wajahnya itu tidak lagi lentur, tidak lagi mempunyai ekspresi. Penampakannya hanya satu, benar-benar seperti kulit saja yang begitu keras menempel di wajah orang itu, kaku sekali, biasanya juga sorot matanya kosong dan hanya menatap pada satu arah meskipun tidak ada yang ditatapnya. Bisa orang ini tidur terus-menerus, tapi bisa juga jalan mondar-mandir namun kalau tidur tidak pernah merasa pulas. Jadi tidak pernah dia bangun tidur berkata saya senang karena telah tidur dengan nyenyak, dia tidak bisa berkata seperti itu. Sebab meskipun ia tidur, di dalam dirinya itu terjadi gejolak-gejolak yang membuat dia sangat tegang.
(3) GS : Tadi Pak Paul katakan ada orang-orang yang memang rentan terhadap depresi, itu bagaimana Pak Paul?
PG : Selain dari faktor fisik yang tadi telah kita singgung, memang ada gangguan depresi yang muncul akibat fungsi di otak kita. Yang lebih umum juga adalah depresi itu disebabkan oleh kondii kehidupan kita, nah ini bisa menyerang siapapun yaitu pada waktu tekanan hidup terlalu berat dan kita tidak sanggup lagi untuk memikulnya.
Di sini saya perlu perjelas ada 2 tipe orang, yang pertama adalah ada orang yang memang daya tahannya lemah sehingga waktu menanggung beban yang sedikit terlalu berat dia roboh, dia mengalami depresi. Ada orang-orang normal yang biasa mempunyai daya tahan yang kuat, namun terpukul terus-menerus oleh hempasan-hempasan dalam hidup ini sehingga akhirnya dia roboh. Jadi dapat saya simpulkan bahwa pada umumnya depresi itu disebabkan oleh karena ketidakseimbangan, ketidakseimbangan antara tekanan hidup dan daya tahan untuk menanggungnya. Sewaktu terjadi kepincangan hasil akhirnya adalah depresi.
GS : Tetapi itu kalau kita bicara tentang daya tahan Pak Paul, sebenarnya seseorang bisa melatih dirinya atau mempersiapkan dirinya, nah apakah itu juga dimungkinkan?
PG : Sangat dimungkinkan, jadi ada orang-orang yang terlatih Pak Gunawan, menahan pukulan hidup bertubi-tubi namun tetap bisa berlangsung dan bertahan. Tapi ada orang yang memang kurang terltih, contohnya misalnya dia hidup dalam kecukupan, ketersediaan semua diberikan tidak perlu berjuang dan semuanya itu begitu mudah buat dia.
Bisa jadi orang seperti ini, tatkala mengalami misalnya kegagalan yang dia tidak harapkan bisa roboh, langsung roboh dan kita bertanya-tanya kenapa bisa seperti ini? Ya karena daya tahannya itu lemah, orang itu memang tidak terlatih.
ET : Sebaliknya saya menjadi tertarik dengan yang Pak Paul katakan, masalah fisik tentang senyawa kimia serotonin, apakah pasti orang-orang yang punya masalah dengan senyawa tersebut artinya akan selalu menjadi orang yang daya tahannya lemah?
PG : Betul Bu Esther, jadi ada orang-orang yang memang kita katakan dicenderungkan secara fisik untuk lebih rentan terhadap depresi, yaitu memang orang-orang yang level serotoninnya itu kurag atau lemah.
ET : Maksud saya kalau memang kita mengetahui punya kecenderungan seperti itu apakah memungkinkan misalnya dengan mengubah, ada sesuatu yang diubah dalam hidup yang membuat secara fisik memang punya kekurangan tetapi tetap mempunyai daya tahan, Pak Paul?
PG : Saya kira sangat dimungkinkan. Jadi pengalaman hidup, pelatihan, dukungan-dukungan orang untuk kita terus berjuang, tidak mudah menyerah itu akan berpengaruh secara positif terhadap perumbuhan diri kita, sehingga kita lebih bisa menanggung tekanan hidup ini.
Memang depresi itu dapat dikatakan karena faktor keturunan meskipun tidak semua kasus. Dan yang namanya faktor keturunan harus saya perjelas di sini yaitu bukan seperti penyakit darah tinggi yang diturunkan secara langsung, depresi itu kalau diturunkan faktornya itu sangat kecil dibandingkan dengan penyakit-penyakit fisik lainnya, nah jadi itu yang harus kita perhatikan. Tapi memang kalau orang itu rentan karena misalnya salah satu orang tuanya pernah terserang depresi yang berat, nah dia juga harus berhati-hati. Dia harus bisa mendeteksi kalau tekanan hidup itu mulai tidak tertanggungkan, dia harus bisa mengenali kemampuannya untuk menahan daya tekanan dari luar itu. Kalau dia tidak bisa mengenali kemampuannya atau keterbatasannya, takutnya waktu dia harus menanggung kehidupan yang seperti itu akhirnya benar-benar bisa roboh.
ET : Jadi kuncinya pengenalan terhadap kondisi, latar belakang keluarga dan diri sendiri ya, Pak Paul?
PG : Betul, jadi semakin kita bisa mengenal daya tahan kita, kita semakin bisa mempertahankan keseimbangan hidup ini. Jadi yang ingin saya garis bawahi di sini adalah keseimbangan hidup. Baha yang keluar itu harus sesuai dengan yang masuk, kalau kita terlalu banyak menerima tekanan-tekanan dan tidak ada yang bisa kita bagikan keluar akhirnya terjadilah ketidakseimbangan.
GS : Di dalam Alkitab ada suatu kisah, kisah Elia yang mungkin kalau sekarang kita sebut saja mengalami depresi ya, nah sebenarnya penyebabnya itu apa Pak Paul?
PG : Elia pada saat itu merasa sendirian, dia belum pernah merasa sendirian seperti itu maka tatkala dia sadari tidak ada lagi orang Israel yang masih menyembah Allah dia merasa sangat sendiian.
Lalu Izebel, istri Ahab mengeluarkan ancaman untuk membunuhnya. Yang menarik adalah dia sendiri berani menghadapi Ahab, rajanya dengan menghadapi lebih dari 400 nabi-nabi Baal dan Asyera. Tapi waktu menerima ancaman dari Izebel dia sangat ketakutan, kenapa dia bisa ketakutan diancam untuk dibunuh oleh Izebel itu, pada intinya adalah pada saat itu Elia merasa tidak ada lagi yang menopang dia, dia sangat sendirian, dia berjuang sendirian. Akhirnya dia terkena depresi dan rupanya dalam keadaan tegang sekali dia harus melarikan diri karena fisiknya melemah. Dalam keadaan fisik yang begitu melemah, pikiran itu bukan makin jernih malah makin tercemar, malah makin tidak rasional dia makin lari ketakutan. Maka waktu Tuhan mengunjungi Elia, yang pertama dia lakukan bukannya memarahi Elia atau memberi khotbah kepada Elia, Tuhan mengirimkan malaikat untuk memberikan makan pada Elia. Jadi di situ kita bisa melihat Tuhan memang mau menyeimbangkan hidup Elia lagi, setelah itu dia melarikan diri ke Gunung Horeb dan di sana Tuhan seolah-olah membiarkan dia beristirahat.
GS : Kemenangan yang dirasakan sebelum itu pasti dibanggakan, apakah itu tidak berdampak apa-apa di dalam dirinya?
PG : Yang menarik adalah rupanya tidak, jadi sewaktu kita mengalami depresi sungguh-sungguh kita ini tidak bisa mengingat hal-hal positif yang telah terjadi dalam hidup kita. Kecenderungan kta menegatifkan semua yang pernah kita alami secara positif.
Sungguh-sungguh, misalnya kita mencoba untuk meyakinkan orang yang depresi bahwa kita semua masih mencintai dia, dia akan tetap memfokuskan pada satu, dua orang yang mungkin tidak menunjukkan rasa simpatik kepadanya. Meskipun kita katakan kami mencintaimu, dia tetap akan berkata tidak, ada yang tidak menyukai saya. Jadi salah satu gejala yang umum atau pola pikir yang sering kali terdapat pada orang-orang yang depresi adalah pola pikir yang cenderung menegatifkan semua pengalaman, jadi dipukul rata dan kemudian dinegatifkan.
ET : Dan tentang pola pikir ini rasanya memang juga sudah terbentuk sejak kecil Pak Paul, dalam arti memang orangnya cenderung pesimis atau cenderung melihat yang negatif daripada positif, cara seperti ini yang terbawa sampai besar sehingga membuat dia menjadi lebih mudah depresi ya?
PG : Nah ini yang saya terus terang, Bu Esther, belum bisa pastikan apakah pola ini dapat ditemukan pada semua penderita depresi. Sebab saya juga pernah bertemu dengan para penderita depresiyang menurut pengakuan mereka waktu belum terkena depresi mereka orang-orang yang justru sangat positif, bersemangat, optimistis dalam hidup ini.
Namun memang tatkala terkena depresi, semua hal tiba-tiba menjadi sangat buruk, tidak ada lagi yang positif yang bisa diingatnya.
GS : Tapi mungkin juga lingkungan Pak Paul, tempat dia berada entah itu lingkungan pekerjaan atau keluarga yang mengitarinya memang bisa mengubah seseorang seperti itu.
PG : Apa maksud Pak Gunawan?
GS : Tadinya dia memang seseorang yang tabah, tapi masuk di suatu lingkungan yang tidak mendukung dia atau tidak membuat dia merasa aman dan sebagainya, apakah mungkin itu juga melemahkan daya tahannya terhadap tekanan-tekanan kehidupan itu?
PG : Sangat mungkin Pak Gunawan, jadi waktu seseorang merasa dipenjara oleh lingkungannya yang sangat buruk, reaksi depresi itu sangat umum. Jadi ini yang sering kali ditemui pada para tahann perang, mereka itu salah satu cara yang digunakan oleh para tentara untuk bisa mematahkan semangat tahanannya adalah dengan cara memisahkan para tahanan itu dari teman-temannya.
Sebab mereka tahu bahwa kalau disatukan dengan teman-teman, ini saling menguatkan sehingga resistensi mereka tambah kuat. Waktu misalnya diinterogasi atau apa mereka masih bisa bertahan, namun waktu mereka dipisahkan dan harus sendirian tiba-tiba yang terlihat adalah daya tahan mulai berkurang atau melemah. Jadi lingkungan memang sangat berperan besar di sini Pak Gunawan, ada orang-orang yang misalnya sebelum menikah hidup sangat kuat, positif, bekerja dengan baik kemudian memasuki pernikahan dan akhirnya pernikahan itu berubah menjadi sangat buruk. Tapi dia tidak bisa lepas dari penderitaan itu, dia harus hadapi hari lepas hari, akhirnya yang muncul adalah depresi.
GS : Ya saya rasa memang tepat sekali apa yang kita baca di dalam Alkitab, misalnya yang mengingatkan kita untuk tidak meninggalkan persekutuan karena kita saling membutuhkan.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi kalau orang itu dibawa oleh emosinya atau dorongannya untuk mengucilkan diri dan menolak untuk berkumpul dengan orang, keadaannya makin memburuk. Atau adkalanya justru memang lingkungan yang menolak karena dia biasanya dikenal sebagai orang yang kuat tiba-tiba sekarang roboh, lingkungan tidak bisa menerima dan membiarkannya sendirian, nah itu bahaya sekali.
Bahaya karena salah satu hal yang akan muncul dalam penderita depresi adalah keinginan mengakhiri hidup, jadi sekali lagi penting lingkungan itu bisa menjaga dengan baik-baik, mengawasi terus-menerus sehingga kesempatan untuk mengakhiri hidup itu bisa dihilangkan.
ET : Pak Paul, apakah pernah ditemukan sejauh mana hubungan antara orang yang cenderung introvert dengan kecenderungan depresi ini?
PG : Saya sudah melihat kasus yang dua-duanya Bu Esther, jadi ada orang yang introvert terkena depresi tapi juga ada orang yang ekstrovert terkena depresi, dua-duanya ada. Waktu sembuh dari epresi yang introvert ya tetap introvert, yang ekstrovert keluar ekstrovertnya.
ET : Jadi tidak berarti hanya orang-orang yang introvert punya kecenderungan mempunyai depresi ya?
PG : Tidak, jadi memang faktor introvert atau ekstrovert sebetulnya tidak begitu berpengaruh dalam hal depresi. Yang lebih berpengaruh sebetulnya adalah bagaimana seseorang melihat dirinya, enghargaan dirinya kalau negatif dari awalnya ya dia akan lebih rentan terhadap depresi.
Atau tadi Pak Gunawan sudah singgung, kalau dia terlalu menikmati kemudahan dalam hidup sehingga tidak terlatih untuk kuat menahan gempuran hidup ini, nah dia lebih mudah roboh. Yang lainnya adalah anak-anak yang dalam rumah tangganya dulu diperhadapkan dengan begitu banyak konflik antara orang tua, penuh ketegangan terus-menerus, nah dia akan membawa ketegangan yang besar dalam dirinya. Nah itu adalah benih depresi, sebab depresi itu sebetulnya kalau saya boleh umpamakan buah ketegangan yang sudah masak. Jadi ketegangan itu buahnya sedangkan kalau sudah masak itulah depresi.
GS : Memang ada banyak hal di dalam kehidupan seperti Pak Paul tadi bacakan di dalam Alkitab, yang kurang kita mengerti dan tidak bisa kita ketahui semuanya. Tetapi saya percaya bahwa masih ada harapan orang-orang yang mengalami depresi itu untuk bangkit dan meninggalkan kedepresiannya. Mungkin secara singkat Pak Paul bisa uraikan bagaimana itu?
PG : Saya tahu bahwa pada waktu kita mengalami depresi, Pak Gunawan, orang itu tidak lagi melihat cahaya, tidak melihat bahwa ada pengharapan. Jadi benar-benar yang dipikirkan adalah hidup ii sudah tidak ada lagi gunanya dan akan lebih baik kalau saya menyingkir dari hidup.
Sebab saya sudah menjadi beban buat lingkungan keluarga saya, buat orang-orang yang saya kasihi, nah buat apa saya menambah beban hidup mereka. Jadi saya mau menyampaikan pesan kepada para pendengar kita yang mungkin sedang menderita depresi pada saat ini. Pertama saya minta untuk Anda, jangan berpikir bahwa Anda hanyalah menambahkan beban pada orang, sebab orang di sekitar Anda justru ingin Anda sembuh, ingin kembali seperti semula. Mereka ingin menolong Anda jadi jangan menambah kesulitan mereka dalam menolong Anda. Dan yang kedua meskipun Anda sulit untuk percaya pada orang, pada nasihat-nasihat tapi dengarkanlah nasihat-nasihat orang, pergilah ke dokter kalau memang itu yang diperlukan, makanlah obat secara teratur dan carilah orang yang bisa membantu memberikan petunjuk-petunjuk dan yang ketiga adalah selalu berharap pada Tuhan, sebab Tuhan tidak meninggalkan orang yang dalam kesusahan. Firman Tuhan berkali-kali berkata: "Dia adalah penolong dalam kesesakan," orang yang depresi adalah orang yang sesak, nafaspun tidak enak, nah Dia berjanji Dialah penolong bagi orang yang dalam kesesakan. Nah ini dikatakan oleh firman Tuhan di
Amsal 21:18 "Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat." Kalau saya boleh terjemahkan dengan sederhana, hiduplah dengan keseimbangan, pertimbangkan semuanya, rencanakan hidup ini jangan hidup sepertinya tidak ada aturan dan tidak ada pertimbangan. Hiduplah dengan penuh pertimbangan bisa menghindarkan diri kita dari depresi.
GS : Saya percaya memang masih ada banyak segi yang perlu kita bicarakan mengenai depresi ini, mungkin kita bisa siapkan ini untuk pembicaraan yang mendatang. Jadi kita menghimbau para pendengar kita agar bisa mengikuti terus acara Telaga ini, sehingga mendapat gambaran yang lebih jelas lagi tentang depresi ini. Dan saudara-saudara pendengar demikian tadi Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengenal Depresi". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.