Mengatasi Keletihan Mental

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T162B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Penting bagi kita untuk mengatur jadwal dengan bijak, berilah waktu jeda yang cukup setelah pekerjaan yang menguras energi mental maupun fisik. Kita perlu teman yang dapat mendampingi dalam suka maupun duka. Belajar melihat "hasil" sekecil apa pun dan tugas kita adalah setia mengerjakan kehendak Tuhan, serahkan hasilnya pada Dia.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Faktor Kepribadian yang Menambah Kerentanan

  1. Pasif-tidak bisa menolak permintaan, takut mengecewakan orang.

  2. Haus akan penghargaan sehingga berupaya keras menyenangkan hati orang tanpa mengenal batas.

  3. Kurang memahami atau kurang peka dengan keterbatasan pribadi-tidak tahu kemampuan, tidak tahu keletihan-sehingga menganggap diri senantiasa bisa, sindroma "single fighter."

  4. Mendasarkan penghargaan diri atas "fungsi"-tanpa fungsi, tidak ada kegunaan.

Pencegahan dan Penanganan (telaah kasus Elia, 1Raja-Raja 18-19)

  1. Elia mengalami letih mental setelah melakukan pekerjaan besar yakni melawan 450 nabi Baal dan 400 nabi Asyera. Pekerjaan besar cenderung menegangkan dan menguras energi baik fisik maupun mental. Jadi, penting bagi kita untuk mengatur jadwal dengan bijak. Berilah waktu jeda yang cukup setelah pekerjaan yang menguras energi mental maupun fisik.

  2. Elia merasakan kesendirian. "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi Tuhan, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima orang banyaknya" (1Raja-Raja 18:22). Tuhan mengirim Elisa untuk mendampingi Elia, " . . . dan Elisa bin Safat . . . harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau." Kita memerlukan teman yang dapat mendampingi kita dalam suka dan duka.

  3. Elia merasa bahwa semua usahanya sia-sia, tidak membuahkan hasil, karena masih lebih banyak orang Israel yang menyembah Baal. "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan . . . karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu . . .dan mereka ingin mencabut nyawaku" (1Raja-Raja 19:10). Allah mengingatkan Elia bahwa usahanya tidak sia-sia karena masih ada 7000 orang yang "tidak sujud menyembah Baal." Kita mesti belajar melihat "hasil" sekecil apa pun dan memiliki fokus yang jelas sehingga kita dapat melihat hasilnya. Ingat, tugas kita adalah setia mengerjakan kehendak Tuhan, serahkanlah hasilnya pada Tuhan.

  4. Elia kehilangan makna hidupnya, ia kehilangan "gambar besar" rencana Tuhan, untuk sejenak ia "kehilangan" Tuhan. Itu sebabnya ia berlari ketakutan dan tidak mencari Tuhan. Namun Tuhan mencarinya! "Pergilah, kembalilah ke jalanmu. . . engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. Juga Yehu, cucu Nimsi haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel . . ."(1Raja-Raja 19:15-16). Rencana Tuhan begitu luas dan sempurna; Elia luput melihatnya. Kita pun mesti yakin akan rencana Tuhan yang besar yang memang tak kasatmata dan bahwa kita adalah bagian dari upaya-Nya mewujudkan kehendak-Nya.