Saudara–saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini akan membahas tentang "Mengasuh Anak Kembar". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, mempunyai anak kembar tentu disatu sisi menyenangkan dan mendatangkan sukacita bagi keluarga. Tapi di sisi lain itu juga menimbulkan kecemasan, terutama orang tuanya, Pak Paul. Mereka mulai memikirkan bagaimana membesarkan dua orang anak sekaligus. Membesarkan satu anak saja sudah sulit, apalagi nanti biayanya dan seterusnya. Tetapi ini anugerah dari Tuhan yang tidak bisa ditolak. Sebenarnya bagaimana sikap orang tua didalam menghadapi kelahiran anaknya yang kembar dan nanti bagaimana membesarkannya ?
PG : Sudah tentu langkah pertama adalah mengadakan persiapan yang cukup secara fisik atau atau secara logistik. Kita harus pikirkan ruangan, ranjang, makanan, susu, karena semua akan dobel. Sudah tentu ini akan mengharuskan orang tua mengeluarkan biaya yang lebih besar juga. Itu adalah hal yang mesti dipikirkan. Selain dari hal yang bersifat logistik, ada beberapa hal lain yang bisa kita bicarakan. Mudah-mudahan informasi ini dapat menolong kita yang sudah mempunyai anak kembar atau yang mengharapkan anak kembar. Yang pertama yang mesti diingat, anak kembar adalah dua anak. Kendati keduanya lahir pada saat yang hampir bersamaan dan penampakannya hampir serupa, keduanya bukanlah satu anak dengan satu kepribadian yang sama. Masing-masing memunyai kepribadiannya dan masing-masing memiliki keinginan dan pilihannya. Masing-masing memandang hidup dari kacamatanya sendiri-sendiri. masing-masing bertanggung jawab kepada Tuhan. Besar kemungkinan mereka akan mengembangkan minat dan hobi yang berbeda. Dan besar kemungkinan mereka memunyai karunia dan kebisaan yang berbeda pula. Mungkin yang satu perasa sedangkan yang satunya cuek. Mungkin yang satu melankolik dan yang satunya kolerik. Mungkin yang satu kuat dalam bidang seni sedangkan yang satunya dalam bidang sosial. Jadi sebagai orang tua, bukalah mata dan perhatikanlah keunikan masing-masing. Kita perlu menyadari hal ini agar tidak memperlakukan mereka sebagai kesatuan dan menyamaratakan keunikan mereka. Singkat kata kita harus mengarahkan mereka sesuai dengan keunikan yang telah diberikan Tuhan kepada mereka.
GS : Itu berarti butuh perhatian yang lebih besar dari orang tua untuk mengenali masing-masing pribadi itu, Pak Paul ?
PG : Betul. Kadang-kadang sebagai orang tua dari anak kembar kita bisa lupa. Karena penampakannya mirip, semuanya sangat mirip, kita beranggapan sudah pasti sama. Tapi tidak. Kita mesti buka mata dan jeli melihat bahwa mereka itu dua pribadi yang berbeda. Dan mereka pun berharap diperlakukan secara pribadi sebagai seorang yang unik. Jadi mereka mungkin juga tidak terlalu suka kalau selalu disamaratakan.
GS : Mungkin lebih mudah kalau kembar jenis kelamin, yang satu pria yang satu wanita. Tapi kalau sama jenis kelaminnya, lebih sukar bagi orang tua untuk membedakannya.
PG : Betul. Memang kadang-kadang orang tua harus melihat tanda yang lebih khusus untuk bisa membedakan di antara keduanya itu. Tapi yang pertama yang mesti diingat adalah keduanya, atau ketiganya, atau keempatnya, kalau mereka lahir kembar, mereka bukanlah satu anak. Mereka bukan empat orang dengan kepribadian dan cara pikir yang semua sama. Tidak. Mereka adalah orang yang berbeda yang nanti bisa mengembangkan kepribadian dan minat yang juga berbeda.
GS : Tapi orang tua cenderung memperlakukan mereka dengan sama. Memberi pakaian yang sama, apa pun hampir mirip-mirip. Bagaimana dampaknya kalau mereka sudah besar ?
PG : Saya kira dalam hal-hal seperti itu – pakaian atau namanya- tidak apa-apa. Karena memang banyak kemiripan. Tapi yang terpenting adalah sewaktu mereka makin besar, kita mesti memperhatikan apa yang menjadi hobi atau minatnya. Bagaimana cara berpikirnya. Kita coba tetap membesarkan mereka sama seperti kita menjahit baju satu per satu tidak secara massal. Jadi tolong perhatikan keunikannya masing-masing dan arahkan mereka sesuai dengan keunikannya itu.
GS : Tapi kalau mereka diperlakukan berbeda seperti itu apakah tidak menimbulkan yang satu merasa diistimewakan dan yang lain tidak ?
PG : Maka nanti kita harus berhati-hati dengan tindakan-tindakan kita. Karena tidak bisa tidak nanti mereka bisa lebih peka dengan perlakuan kita yang berbeda. Jadi sedapat-dapatnya kita memperlakukan mereka sama, namun kalau ada minat-minat yang mulai mereka munculkan atau hal yang mulai mereka katakan, tanggapilah secara unik. Karena memang tidak sama. Jangan anggap bahwa, "Si ini tidak perasa, satunya pasti tidak perasa." Belum tentu. Bisa jadi yang satu tidak perasa, yang satunya lagi sangat perasa. Jadi kita coba berhubungan dengan yang perasa itu dengan lebih sensitif. Dengan yang kurang perasa mungkin kita bisa bicara lebih blak-blakan. Kita coba menyesuaikan cara membesarkan anak-anak itu secara lebih tepat.
GS : Kalau anak yang dilahirkan kembar ini sebelumnya sudah memunyai kakak-kakak yang lahir terlebih dulu, adakah pengaruhnya, Pak Paul ?
PG : Tergantung seperti apa interaksi mereka dalam rumah tangga itu. Tapi umumnya kalau si kakak itu tahu adiknya kembar, memang ada rasa sukacita tersendiri. Karena ‘kan melihat anak yang wajahnya sama, tinggi badannya sama, setidaknya memang memberikan sukacita tersendiri. Mereka juga akan senang. Apakah nanti bisa berpengaruh negatif atau positif, sangat bergantung pada kondisi keluarga itu. Kalau dalam rumah baik-baik saja tidak ada masalah, biasanya kelahiran anak kembar akan disambut dengan sukacita.
GS : Tapi yang paling berperan disini justru kedua orang tuanya ya ?
PG : Iya, betul sekali. Memang sudah kita singgung tadi, akan lebih letih karena mengurus dua anak berarti dua pekerjaan yang tidak gampang. Tetapi tetap harus diimbangi dengan sukacita. Sudah tentu suami harus lebih terlibat membantu istrinya dalam mengurus anak kembar.
GS : Memang sekarang ‘kan sejak kehamilan muda, orang tua sudah bisa menduga, jadi lebih bisa mempersiapkan diri secara logistik juga. Tapi kejadian-kejadian mendadak setelah kelahiran, ini yang sulit diprediksi, Pak Paul.
PG : Iya. Ya kita siapkan apa yang bisa kita siapkan. Kita memang belum tahu jadi kita jalani saja.
GS : Hal kedua yang perlu kita perhatikan dalam mengasuh anak kembar ini apa, Pak Paul ?
PG : Hal kedua yang selayaknya kita ketahui adalah bahwa kendati mereka adalah dua pribadi terpisah namun kekembaran membuat mereka lebih mengenal pikiran dan merasakan perasaan satu sama lain. Mungkin kita agak sedikit bingung, tadi bilang dua pribadi berbeda, sekarang lebih mengenal pikiran dan lebih dapat merasakan pikiran dan perasaan satu sama lain ? Betul. Karena sekalipun mereka dua pribadi yang berbeda, namun kekembaran itu memang membuat mereka memunyai kepekaan yang khusus untuk bisa mengerti apa yang dipikirkan oleh saudara kembarnya atau bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh saudara kembarnya. Jadi kemampuan itu memang biasanya lebih daripada kemampuan anak-anak lain yang tidak kembar. Atau kita memunyai adik dan kakak, kadang kita juga merasakan hal itu, Pak Gunawan. Jadi memang kalau anak kembar itu memunyai kepekaan yang lebih tinggi. Sudah tentu hal ini bukan disebabkan oleh karena mereka memunyai sistem pemikiran atau kepribadian yang sama. Tidak. Melainkan oleh karena kuat dan dalamnya pengenalan mereka terhadap satu sama lain. Itu sebab pada umumnya anak kembar itu lebih akrab satu sama lain dibanding anak dengan saudara bukan kembar. Dan satu hal lagi yang mesti kita perhatikan, ini berarti kebanyakan anak kembar cenderung saling membela satu sama lain. Saya kira ini masuk akal. Sebab bila kita yang bukan kembar cenderung membela anggota keluarga yang lain, apalagi anak kembar yang memiliki lebih banyak kesamaan. Misalkan, penolakan terhadap yang satu bukan saja dapat dirasakan oleh yang lainnya. Penolakan itu juga dapat diartikan sebagai penolakan terhadap yang satunya. Jadi dalam mengasuh anak kembar kita harus jeli melihat kecenderungan untuk membela satu sama lain secara subjektif. Kita harus senantiasa mengingatkan mereka untuk menilai segala sesuatu secara objektif dan rasional. Karena kalau tidak, anak kembar cenderung membela saudaranya, Pak Gunawan dan ada kecenderungan sangat subjektif. Karena lebih dekat, lebih mengenal pikiran dan perasaannya, sehingga seolah-olah waktu dilukai dia juga turut dilukai. Sehingga merasa senasib.
GS : Tapi bagaimana kalau yang satu misalnya malas atau suka melawan lalu kita memarahinya, apakah yang satunya juga merasa seperti yang tadi Pak Paul katakan ? Dia mau membela saudara kembarnya ini.
PG : Karena dia lebih mengenal dan dia bisa lebih mengerti perasaan saudaranya, otomatis kalau dia melihat kita sepertinya menegur secara berlebihan atau kurang adil, dia bisa merasakan itu dan mau membela saudaranya. Tapi kalau memang dia lihat bahwa saudaranya pantas dihukum atau ditegur, mungkin dia tidak akan berbuat apa-apa. Tapi sekali lagi, pengenalan yang lebih mendalam dan juga kepekaan untuk merasakan apa yang dirasakan saudara kembarnya membuat mereka cenderung lebih terlibat di dalam urusan-urusan yang mereka hadapi.
GS : Saya pernah membaca suatu kisah. Walaupun anak kembar itu besar dan harus berpisah kota, mereka masih sering bisa merasakan kontak batin.
PG : Betul. Kepekaan itu benar-benar jauh melampaui kepekaan yang kita rasakan dengan adik atau kakak kita. Kadang-kadang kita juga begitu dengan adik atau kakak kita. Waktu dia mengalami sesuatu, sepertinya kita bisa lebih mengerti. Kalau kita yang tidak kembar saja merasakan itu, kita bisa membayangkan kalau kita kembar. Sudah tentu kepekaan itu akan bertambah.
GS : Apa itu karena mereka berada dalam satu perut yang sama selama dalam kandungan ?
PG : Bisa jadi. Memang ada banyak sekali yang sebetulnya mereka miliki bersama pada awalnya. Kita tahu kalau misalkan anak kembar siam bahkan anggota tubuhnya pun bisa saling melekat.
GS : Iya. Hal ketiga apa, Pak Paul ?
PG : Oleh karena banyaknya kesamaan di antara mereka, maka mereka lebih peka dengan perlakuan yang berbeda. Hal ini berarti dalam mengasuh anak kembar, kita mesti mengingat dinamika di antara keduanya. Sebagai contoh, apabila yang satu menerima pujian sedangkan yang satunya tidak, maka yang tidak menerima pujian dengan cepat dapat merasakan pembedaan itu. Itu sebab dalam membesarkan anak kembar kita mesti lebih peka dengan perlakuan kita kepada mereka. Misalkan, apabila yang satu berprestasi akademik baik, sedang yang satunya tidak, maka yang tidak berprestasi baik akan lebih merasakan perbandingan itu. Sekali lagi, oleh karena banyaknya kesamaan di antara mereka, maka tekanan untuk menjadi sama dalam semua hal lebih besar. Dan bila itu tidak terjadi, maka yang tidak berhasil mencapai standart kemampuan yang tinggi akan lebih cepat dan lebih peka merasakan penderitaan akibat dibandingkan. Sebagai orang tua kita harus peka melihat dan menerima kekuatan dan kelemahan masing-masing anak kembar. Apabila kita tahu bahwa besar kemungkinan mereka akan merasa dibandingkan, maka daripada mereka mengalami stres akibat dibandingkan, mungkin lebih baik kita misalnya memisahkan sekolah mereka supaya masing-masing dapat bertumbuh kembang dengan lebih alamiah. Dimana yang satu tidak merasakan tekanan untuk menjadi seperti yang lainnya. Kita juga perlu mengkomunikasikan bahwa masing-masing memunyai keunikan dan masing-masing dapat memberikan sumbangsih yang unik.
GS : Dengan memisahkan sekolah mereka, apakah itu tidak membuat perasaan mereka makin dijauhkan ? Tadi ‘kan Pak Paul katakan yang satu selalu membela kalau saudara kembarnya mengalami kelemahan dan sebagainya. Nah, di dalam hal perbedaan intelektual seperti ini bagaimana ?
PG : Kalau anak yang satu mengalami penderitaan dan yang satunya akan lebih peka mengerti dan merasakan apa yang dirasakan oleh saudara kembarnya. Namun kalau yang terjadi adalah kebalikannya, perbedaan perlakuan karena yang satu misalkan mempunyai prestasi akademik yang tinggi sedangkan yang satunya tidak. Nah yang tidak itu akan lebih perasa, Pak Gunawan. Sebab semakin kita sama, kemudian mendapatkan perlakuan yang berbeda, kita lebih merasakan dampak perlakuan berbeda itu. Kalau kita tidak sama, kita tidak pusing. Tapi kalau kita mirip, mengapa dia dapat kita tidak dapat, wah kita lebih susah menerimanya. Sebagai contoh, kita tidak begitu tinggi, teman kita tinggi sekali. Karena dia tinggi, dia dipilih main basket. Kita tidak apa-apa. Tapi kalau misalkan kita sama tinggi dengan dia 185 cm, dia dipilih sedangkan kita tidak, kita suka main basket sama seperti dia. Nah tidak bisa tidak kita merasa tertolak. Jadi semakin serupa, semakin besar dampak pembedaan itu. Karena kembar makanya kalau tidak hati-hati, kita anggap semuanya sama, padahal terlalu berbeda. Misalnya sekolah ini lebih menekankan bidang science, anak yang satu bisa dan anak yang satunya kurang bisa. Kalau kita sudah mengetahui perbedaan kemampuan itu, sebaiknya kita pisahkan sekolah mereka, jangan disatukan. Karena sekali lagi tekanannya besar. Karena orang seolah-olah akan berkata, "Karena saudara kembarmu bisa, pasti kamu bisa." Padahal, sekali lagi, dua otak yang berbeda, tidak sama. Tidak tentu harus sama.
GS : Maka dari itu, ketika dipisahkan sekolahnya dan anak yang kurang pandai ini melihat kakaknya belajar di sekolah favorit, sedangkan dia belajar di sekolah yang biasa-biasa saja, apakah hal ini tidak menimbulkan kesenjangan yang lebih jauh.
PG : Bisa, Pak Gunawan. Tapi kalau nanti di dalam sekolah itu dia bisa berprestasi dengan baik, dan kita sebagai orang tua tetap menekankan bahwa memang ada perbedaan secara akademik, secara intelektual. Tapi itu tidak berarti dia tidak punya karunia yang lain. Tugas kita sebagai orang tua untuk membantu dia menemukan karunia yang lain itu, sehingga dia bisa mengembangkan dirinya di atas karunia yang dimilikinya itu. Dan lama kelamaan dia juga bisa menikmati. Teman-temannya, pelajaran yang lebih bisa dia kuasai, nah itu membuat hidupnya lebih ringan. Saya setuju kalau di awal kita bisa melihat anak ini bereaksi, mengapa saudara kembarnya bisa belajar di sekolah yang baik tapi dia tidak. Tapi lama kelamaan dia akan bisa menikmatinya.
GS : Karena persoalannya bisa diatasi di sekolah yang baru ya ? Jadi tergantung penerimaan dari orang tua maupun dari diri anak itu sendiri. Apakah masih ada hal lain yang perlu kita perhatikan, Pak Paul ?
PG : Yang keempat, kita harus memahami bahwa Tuhan memunyai rencana bagi mereka masing-masing. Kenyataan bahwa mereka memunyai banyak kesamaan itu tidak berarti bahwa rencana Tuhan atas mereka juga pasti sama. Bagi orang tua kita harus memantau agar tidak terjadi persaingan tidak sehat di antara anak kembar. Kita harus menekankan kepada mereka bahwa Tuhan tidak membuat duplikat. Kendati anak kembar memiliki banyak kesamaan, keduanya memunyai karunia dan misi yang berbeda dari Tuhan. Tugas kita sebagai orang tua adalah membantu mereka mengetahui karunia dan misi Tuhan dalam diri mereka sehingga masing-masing dapat mengembangkan diri sesuai dengan apa yang diberikan Tuhan kepada mereka.
GS : Bagaimana kita menghadapi hal ini ? Pak Paul katakan memang ini dua pribadi yang berbeda, tapi kita mencoba memperlakukan mereka dengan tidak jauh berbeda agar tidak timbul kesenjangan. Di dalam panggilan Tuhan terhadap mereka, masing-masing bisa berbeda. Bagaimana orang tua bisa mengetahuinya satu per satu ?
PG : Tentu kita tidak bisa tahu dengan jelas. Tapi sejak mereka kecil, kita selalu menekankan hal ini, bahwa Tuhan menciptakan kamu berdua unik. Ada banyak kesamaan tapi ada keunikan. Dan ada karunia-karunia yang nanti kamu miliki, tapi yang lain tidak miliki." Sejak kecil kita tekankan hal itu. Sehingga dari kecil mereka sudah tahu bahwa mereka tidak harus menjadi sama. Tidak harus yang satu ke kiri, mereka harus ke kiri. Masing-masing sudah diberi karunia oleh Tuhan. Nanti waktu mereka mulai mengembangkan minat, kita juga coba mengukuhkan itu. "Kamu suka ini ya ? Bagus." Jangan sampai kebalikannya, "Kamu harus seperti kembaranmu ! Kalian harus sama." Tidak! Biarkan mereka bertumbuh sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Dan tekankan pula bahwa nanti Tuhan mau memakai mereka sesuai dengan apa yang telah Tuhan karuniakan kepada mereka. Kenyataannya kita melihat makin ada ketidaksamaan, karunianya tidak sama, mereka mulai melihat bahwa, "Iya ya saya lebih kuat di sini dan lemah di sana. Kembaran saya kuat di sana, lemah di sini." Mereka mulai melihat perbedaan-perbedaan itu. Dan kita juga mulai sering mengatakan, "Nanti Tuhan akan pakai kamu di bidang ini. Nanti Tuhan akan pakai kamu di bidang itu." Nah, sejak kecil mereka akan mulai mengerti bahwa akan ada panggilan Tuhan untuk mereka sesuai dengan karunia yang telah Tuhan berikan buat mereka.
GS : Sekarang di beberapa kota sudah ada perkumpulan anak-anak kembar. Apakah bermanfaat bila kita mengikutsertakan anak kembar kita ke dalam kelompok seperti itu ?
PG : Boleh saja, Pak Gunawan. Itu sebagai sebuah identitas. Karena nanti mereka bisa saling berbagi. Kadang ada hal-hal yang unik yang hanya bisa dialami oleh anak kembar. Jadi tidak apa-apa kita daftarkan, mereka bisa berteman dengan sesama anak kembar, bisa saling berbagi suka duka, sehingga lebih bisa dimengerti dan ini sehat buat perkembangan diri mereka.
GS : Apakah ada contoh konkret dalam Alkitab tentang anak kembar, Pak Paul ?
PG : Dalam Kejadian 25:19-27 dikisahkan tentang dua anak kembar dari Ishak dan Ribka, yaitu Esau dan Yakub. Bukan saja keduanya mempunyai minat dan kebisaan yang berbeda – Esau senang berburu, Yakub senang dengan pekerjaan di rumah – mereka pun dipilih Tuhan menjadi dua bangsa yang berbeda untuk menggenapi rencana Tuhan yang berbeda. Sayangnya terjadi persaingan yang tidak sehat di antara mereka. Yakub ingin memiliki apa yang seharusnya menjadi milik Esau, yaitu berkat sulung. Untuk itu dia bersedia menipu ayahnya. Yakub tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Sebagaimana kita tahu, Tuhan bukan hanya memberkati Yakub, tetapi juga memberkati Esau. Masing-masing hanya dapat menerima porsi yang telah ditetapkan Tuhan. Maka saya mau mengutip dari Mazmur 33:11 yang mengingatkan kita akan janji Tuhan yang indah, "Tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya; rancangan hati-Nya turun temurun." Artinya adalah Tuhan punya rencana atas masing-masing dan nanti Tuhan akan memakai mereka sesuai dengan rencana Tuhan, dan rencana Tuhan itu tidak akan berhenti. Jadi, cerita ini mengingatkan kita bahwa dua anak kembar bisa memunyai minat yang berbeda, akhirnya dipakai Tuhan dengan cara yang berbeda pula. Hal-hal seperti ini yang bisa kita bagikan kepada anak kembar kita.
GS : Tapi kalau kita baca dalam kitab Kejadian tadi, ‘kan memang ada persaingan antara Esau dan Yakub ? Dan ini diakibatkan oleh perlakuan orang tua yang berbeda terhadap anak kembar mereka.
PG : Betul. Memang tidak dapat disangkal bahwa besar kemungkinan rumah tangga Ishak dan Ribka agak terbelah. Ishak lebih dekat dengan Esau karena memang disatukan oleh hobi yang sama, suka berburu. Sedangkan Ribka disatukan dengan Yakub putranya karena minat yang sama yaitu senang dengan pekerjaan rumah. Tapi disamping itu, memang muncul persaingan. Yakub ingin mendapatkan apa yang dimiliki oleh Esau, yaitu berkat sulung. Memang semua ini dalam pengaturan Tuhan, Tuhan tetap bekerja, dan akhirnya Tuhan tetap memberkati keduanya. Tapi poinnya adalah memang terjadi persaingan, Pak Gunawan. Kita tidak tahu apakah Yakub juga mendambakan papanya mengasihinya seperti papanya mengasihi Esau. Sebab yang jelas-jelas dekat dengan papanya adalah Esau. Kita juga tidak tahu apakah Esau berharap mamanya bisa dekat dengan dia, karena mamanya kok lebih dekat dengan Yakub. Sekali lagi saya ingatkan, karena anak kembar memunyai pengenalan yang mendalam, perasaan mereka lebih peka terhadap satu sama lain, bisa jadi perbuatan orang tua yang membedakan mereka itu berdampak juga kepada mereka, Pak Gunawan. Perasaan mereka lebih tertolak. "Kenapa mama menolak saya? Mengapa lebih suka pada adik ?" Sedangkan si adik berkata, "Kenapa papa lebih suka kepada kakak dibanding saya ?" jadi dampaknya itu mungkin sekali lebih dirasakan oleh anak kembar.
GS : Jadi sebenarnya orang tua perlu bersatu hati dalam mengasuh anak kembarnya dengan tidak membedakan mereka dalam perlakuan . Orang tua juga harus hati-hati supaya anak kembar ini tidak merasa dibeda-bedakan. Bukankah mereka peka sekali dengan perlakuan seperti itu ?
PG : Iya. Kita tahu dampaknya dari persaingan Yakub dengan Esau cukup parah. Pada akhirnya Yakub menipu ayahnya untuk mendapatkan berkat sulung itu, sekalipun dia bekerja sama dengan ibunya. Namun kita tahu akhirnya mereka terpisah selama belasan tahun, Esau begitu marah akhirnya ingin membunuh Yakub. Keluarga mereka tambah tercerai berai.
GS : Sebenarnya sifat penipunya Yakub ini juga karena ajaran dari Ibunya secara tidak langsung untuk menipu ayahnya.
PG : Betul. Memang hal itu adalah inisiatif ibunya, bagaimana bisa mendapatkan berkat sulung dari ayahnya dengan cara menipu ayahnya sendiri. Sayang sekali, Pak Gunawan. Tapi sekali lagi kita lihat rencana Tuhan tetap selama-lamanya. Rancangan hati-Nya turun temurun. Akhirnya rencana Tuhan atas Yakub terwujud, rencana Tuhan atas Esau juga terwujud. Kita tahu waktu mereka bertemu dan berdamai kembali, Yakub ingin menyerahkan kambing ternak miliknya kepada Esau, Esau bilang, "Tidak usah. Saya sudah cukup." Rupanya dia juga diberkati oleh Tuhan. Jadi kalau saja sabar menunggu, masing-masing akan menerima berkat Tuhan.
GS : Iya. Terima kasih untuk perbincangan ini, Pak Paul. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengasuh Anak Kembar". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.