Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, kita bertemu kembali dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Necholas David, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi, seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Mengapa Susah Berteman?" Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
ND : Pak Paul, di hari-hari ketika teknologi sudah sedemikian maju sehingga jarak dan waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menghubungi orang lain menjadi pendek dan singkat, ada orang yang kesulitan menemukan manusia lain yang mau berbagi hidup dengannya. Mengapa hal ini bisa terjadi?
PG : Mungkin kita pernah bertanya-tanya, ya Pak Necholas, mengapakah kita tidak bisa berteman? Ataupun kalau bisa kita tidak dapat memertahankan pertemanan untuk kurun waktu yang lama? Mungkin kita pernah iri dengan orang yang begitu mudahnya berteman dan bisa terus memertahankan pertemanan untuk waktu yang panjang, sesungguhnya sama seperti hal lainnya, pertemanan atau relasi mesti dipelihara. Marilah kita membahas beberapa masukan bagaimana bisa memelihara relasi. Pertama, kita harus tulus. Tidak ada orang yang mau berteman dengan kita, bila kita tidak tulus. Apabila kita hanya berteman karena ada keperluan, pada akhirnya orang enggan untuk berteman. Dengan kata lain, kita tidak boleh berteman untuk memenuhi kepentingan sendiri, sebab tidak ada orang yang senang untuk dimanfaatkan. Pertemanan dapat dimulai dari kepentingan atau kebutuhan. Jika itu kondisinya, berterus teranglah jangan memberi kesan berbeda, jangan mengatakan hal-hal manis dan indah tentang dirinya atau pertemanan kita padahal kita tidak berminat untuk berteman. Kita hanya memerlukan bantuannya. Pada umumnya orang mengerti bahwa kadang kita datang kepada orang untuk memohon bantuan. Yang orang tidak dapat terima adalah bila kita datang dengan kata-kata yang indah dan manis padahal kita tidak berniat menjalin pertemanan dengannya. Jika itu yang terjadi biasanya orang marah dan merasa diperdaya oleh kita. Masalahnya adalah memang di dunia ini ada orang yang sesungguhnya hanya mau berteman apabila ada kepentingannya. Bila tidak, mereka tidak mau berteman. Orang-orang seperti ini tidak merasa butuh untuk berteman, tidak heran pertemanan mereka hanya sebatas keperluan. Apabila tidak ada keperluan maka tidak ada pertemanan, pada akhirnya mereka akan hidup sendirian. .Orang menghindar berteman dengan mereka karena tahu mereka tidak tulus.
ND : Saya rasa banyak orang tentu akan menyambut kawan yang datang dengan tulus hati dan yang membuka diri tanpa maksud tersembunyi. Adakah hal lain yang perlu diperhatikan ketika kita mencoba berteman?
PG : Kita harus dapat membaca batas dan menghormatinya. Salah satu penyebab mengapa orang tidak mau berteman dengan kita adalah kita tidak bisa membaca batas dan menghormatinya. Setiap orang unik, ada yang senang untuk akrab dengan seketika, ada yang memerlukan waktu yang panjang. Ada yang cepat bercerita hal-hal pribadi, ada yang lambat. Ada yang menikmati guyon, ada yang lebih suka serius, ada yang suka dimintai tolong, ada yang tidak suka. Ada yang cepat tersinggung, ada yang lambat tersinggung. Kita harus jeli melihat batas yang dikehendaki oleh teman dan menghormatinya. Apabila kita tidak bisa membaca batas dan menghormatinya, niscaya kita akan dijauhi, mereka akan merasa tidak nyaman atas perilaku kita. Alhasil mereka mulai menarik diri, itu sebab setiap pertemanan kita mesti perlakukan sebagai baju jahitan. Kita tidak boleh menggunakan ukuran yang sama untuk semua pertemanan karena masing-masing unik dan khusus.
ND : Dalam menjalani pertemanan yang unik dan khusus ini pihak mana yang sepatutnya memertahankan persahabatan yang telah dibangun?
PG : Kita mesti dua belah pihak turut bertanggungjawab untuk memutar roda pertemanan. Kita tidak bisa dan tidak semestinya bersikap pasif dan mau jadinya saja, kendati pertemanan kita baik, namun bila kita tidak berinisiatif menghubungi teman, pada akhirnya mereka akan malas untuk berhubungan dengan kita. Mereka akan merasa letih karena terus bertepuk sebelah tangan, nah dari sini dapat kita simpulkan bahwa berteman bukanlah untuk orang yang malas, Pak Necholas, berteman adalah untuk orang yang rajin. Pertemanan memang masih bisa bertahan walau kita terpisah oleh jarak. Kadang kita tidak bertemu selama bertahun-tahun, tetapi ketika kita berjumpa kita tetap akrab namun bila kita tidak terpisah oleh jarak tetapi malas berhubungan, tinggal masalah waktu sebelum akhirnya pertemanan kita meleleh. Itu sebab bila kita ingin memertahankan pertemanan kita mesti mengeluarkan tenaga dan usaha.
ND : Pak Paul bisa berikan contoh-contoh sederhana curahan tenaga dan usaha yang dapat dilakukan seseorang dalam menjaga relasi antar teman?
PG : Misalkan kita meneleponnya, misalkan kita terpisah oleh kota. Pada waktu kita berada di kotanya, kita menghubunginya, kita bertanya "Apa kabar?" Kalau memungkinkan kita berjumpa mungkin bisa makan siang bersama. Kalau tidak memungkinkan sekalipun ya tidak apa-apa, asal kita menghubunginya, meneleponnya dan sebagainya. Jangan sampai kita berpikir, "Ya kamu yang harus menelepon saya" atau "Saya lebih tinggi dari kamu, kamu yang harus menelepon saya" atau "Saya yang lebih tua dari kamu, kamu yang harus menelepon saya". Orang yang menggunakan batas-batas atau kriteria seperti itu akhirnya saya takutnya kehilangan teman. Kita mesti mengeluarkan usaha dan tenaga untuk menjaga relasi dengan cara terus berhubungan dengan dia. Berikut misalkan kita menawarkan bantuan, tidak ada hal yang lebih bisa memerdalam pertemanan selain dari memberikan pertolongan. Kita bisa berteman bertahun-tahun tapi kalau tidak ada unsur dimana kita menolong, biasanya pertemanan kita akhirnya statik, tidak bertumbuh, tidak mendalam, tapi dimana ada misalkan kesulitan kita datang kepada teman kita, kita minta tolong, dia menolong kita. Wah, itu akan memerdalam dan memerkokoh pertemanan. Ini adalah cara konkret yang lain untuk dapat menjaga pertemanan dengan mengeluarkan energi atau usaha yang positif.
ND : Dalam hal tolong-menolong kadang ada orang yang mau menolong tapi pada saat ia memerlukan pertolongan, dia merasa sungkan atau enggan untuk meminta pertolongan. Bagaimana orang seperti ini bisa membiarkan dirinya sekali-kali dibantu oleh temannya?
PG : Memang ada orang yang sungkan, ada orang yang tidak tahu malu, itu ekstrimnya, jadi kebalikannya dari sungkan. Sudah tentu dibandingkan dengan yang tidak tahu malu sudah tentu lebih baik adalah yang sungkan. Dalam pertemanan apakah tidak boleh kita meminta bantuan ? Sudah tentu boleh, tapi kita juga mesti berhati-hati jangan sampai kita terlalu sering, karena itu bisa mengganggu pertemanan pula, tapi bagaimana kita yang sungkan bisa belajar untuk meminta pertolongan? Kita memulainya dengan hal-hal yang kecil. Kita mungkin tidak bisa memulai dengan hal-hal yang besar, mulailah dengan hal-hal yang kecil. Kita minta tolong teman kita misalkan membelikan barang atau apa atau mencarikan sesuatu yang kita butuhkan. Atau kita bercerita kepadanya tentang kesulitan yang sedang kita alami, dengan cara-cara seperti itu kita tengah membuka diri untuk menerima pertolongan. Dengan cara itu mudah-mudahan kita makin hari makin lebih nyaman untuk mengakui keberadaan kita atau kebutuhan kita. Kita mungkin masih tidak nyaman untuk minta tolong secara langsung tapi setidak-tidaknya dengan kita menceritakan kondisi kita, sedikit banyak kita sudah membuka diri untuk diketahui dan nantinya mudah-mudahan menerima pertolongan dari mereka.
ND : Jadi, tadi hal yang pertama kita perlu tulus, kemudian juga menghargai batasan satu dengan yang lain dan kedua pihak juga harus turut bertanggungjawab dalam membangun pertemanan tersebut. Apakah ada hal lain yang perlu kita perhatikan dalam membangun pertemanan ini ?
PG : Kita harus memunyai kesamaan, Pak Necholas, pertemanan dibangun di atas kecocokan bukan di atas ketidakcocokan. Memang kecocokan tidak mesti didasari atas kesamaan tapi pada umumnya kesamaan berperan besar dalam kecocokan. Makin banyak kesamaan, makin tinggi tingkat kecocokan. Tanpa kesamaan mustahil kita dapat membangun pertemanan. Walaupun pertemanan dibangun di atas kecocokan dan kesamaan namun adalah penting bagi kita untuk menghormati perbedaan. Kita harus menyadari bahwa pertemanan tidak mengharuskan kita untuk menanggalkan kehendak, keyakinan dan nilai-nilai yang kita anut. Sama dengan itu, pertemanan tidak memberi kita dasar untuk memaksakan kehendak, keyakinan dan nilai-nilai yang kita anut pada teman. Pertemanan yang langgeng adalah pertemanan yang berlandaskan banyak kesamaan dan sedikit perbedaan tetapi berlimpah ruang untuk kebebasan.
ND : Saya teringat C.S.Lewis pernah berkata bahwa persahabatan itu mekar ketika kita melakukan sesuatu bersama-sama, seperti menggambar, berlayar, berdoa, berdiskusi. Apakah kesamaan yang dimaksud disini lebih merupakan kesamaan minat, hobi, ‘concern’ atau perhatian ketimbang kesamaan sifat atau status sosial ekonomi?
PG : Betul, kesamaan yang dimaksud disini adalah kesamaan minat, hobi atau perhatian dan tidak harus kesamaan sifat atau status sosial ekonomi. Sudah tentu C.S. Lewis disini memang berkata dari pengalaman pribadinya, Pak Necholas, jadi waktu beliau mulai mengajar yang menaunginya adalah seorang professor literatur yang lebih senior dari dia, namanya J.R.Tolkien. Tolkien ini menjadi sahabatnya C.S. Lewis, mengayominya dan mengenalkannya dengan dosen-dosen yang lain dan mereka kemudian karena memunyai kesamaan minat dan sebagainya akhirnya mereka secara teratur berkumpul untuk bercakap-cakap, tukar pikiran meskipun masing-masing dari bidang yang berbeda-beda. Lewis dan Tolkien dari bidang yang sama tapi teman-temannya yang lain dari bidang yang tidak sama. Tapi mereka memunyai kesamaan dalam hal minat, dalam hal sudut pandang mereka, nilai-nilai hidup mereka jadi pertemuan mereka menjadi benar-benar sebuah pertemuan yang indah, benar-benar membangun persahabatan di antara mereka. Betul, persahabatan itu mekar ketika kita melakukan sesuatu bersama-sama.
ND : Boleh dikatakan dengan demikian sebetulnya usia bukan penghalang bagi kita untuk mencari teman baru. Karena kadang orang dengan beranjak semakin berumur ada kecenderungan semakin tidak mau berteman apalagi dengan yang lebih muda. Dengan penjelasan tadi berarti asalkan ada kesamaan minat sebetulnya siapa pun bisa mencari teman-teman baru.
PG : Betul, jadi kesamaan minat bisa mengikatkan kita karena itu ada orang-orang yang terlibat dalam hobi-hobi yang sama walaupun usianya terpaut cukup jauh. Yang juga sangat bisa menyatukan adalah kesamaan cara pikir, waktu kita berbicara ternyata orang ini sama cara pikirnya. Kita cenderung senang bertemu dengan orang yang memiliki cara pikir yang serupa dengan kita. Itu juga bisa akhirnya mendekatkan kita dan membangun persahabatan yang kuat dengannya.
ND : Meskipun ada banyak kesamaan, kadang ada orang yang masih sulit untuk berteman. Apakah hal ini bisa terjadi karena memang ada masalah didalam dirinya sendiri?
PG : Betul, Pak Necholas, itu sebabnya kita mesti berteman dengan diri sendiri sebelum berteman dengan orang lain. Artinya kita hanya dapat menjadi teman yang baik, jika kita hidup damai dengan diri sendiri. Apabila kita memunyai banyak kemarahan dan ketidakpuasan akhirnya semua perasaan negatif itu akan tertuang kedalam pertemanan. Jika kita memiliki banyak kebutuhan, tidak bisa tidak kita akan membawa kebutuhan itu ke dalam pertemanan dan akhirnya menuntut teman-teman untuk memenuhinya. Jika tidak, kita marah dan kecewa, itu sebab tidak dapat dipungkiri orang yang sehat cenderung dikelilingi teman. Sebaliknya orang yang tidak sehat dijauhi oleh teman. Pada akhirnya kita memilih teman berdasarkan satu kriteria yaitu apakah pertemanan ini menyenangkan atau tidak. Biasanya kita menghindar dari teman yang memberi beban tambahan dan yang membuat kita kesal dan letih. Apakah itu berarti kita tidak boleh memunyai masalah sama sekali untuk dapat berteman? Sudah tentu ya boleh, tapi sebaiknya tidak terus-menerus, jika terus menampung masalah dan sikap negatif kita akhirnya teman tidak mau berteman dengan kita lagi. Pada akhirnya inilah prinsip berteman yang tidak pernah lapuk dimakan waktu yang perlu kita pelajari yaitu dari Amsal 11:25, "Siapa banyak memberi berkat diberi kelimpahan, siapa memberi minum ia sendiri akan diberi minum".
ND : Saya perhatikan didalam pertemanan ini hal yang terpenting bukanlah apa yang bisa kita dapatkan, melainkan apa yang bisa kita berikan kepada orang lain.
PG : Betul, meskipun pada kenyataannya dan untuk membuat pertemanan ini berjalan tadi sudah saya singgung perlu timbal balik, kita berdua harus memutar roda pertemanan ini, namun kita sendiri sewaktu masuk kedalam pertemanan mesti bertujuan bukan untuk mendapatkan sesuatu, tapi untuk berbagi dengan dia dan untuk siap juga memberikan kepada dia. Modal inilah yang mesti kita bawa ke dalam pertemanan sehingga orang juga melihat bahwa kita memilih dekat atau berteman dengan dia bukan karena kita memiliki maksud-maksud tersembunyi. Jadi kita mesti tulus, kita masuk ke dalam pertemanan ini bukan untuk mendapatkan sesuatu darinya tapi untuk berbagi dengannya dan juga untuk memberikan kepadanya sewaktu dia membutuhkan.
ND : Di zaman ini kita tahu bahwa perkembangan teknologi sangat maju sehingga banyak orang yang mulai bisa mendapatkan hiburan dengan dirinya sendiri, kalau dulu untuk bertemu orang kita harus keluar rumah kemudian mengikuti acara-acara tertentu tapi sekarang kita bisa mengurung diri di kamar, kita bisa nonton, bisa main game, apapun kita bisa lakukan sendiri. Pak Paul ada saran apa bagi generasi ini khususnya supaya mereka bisa lebih banyak berteman?
PG : Sudah tentu pertemanan lewat media sosial itu baik, bukannya tidak baik. Apakah itu bisa mengakrabkan relasi, bisa ! Tapi tidak ada yang bisa menggantikan persahabatan yang riil, yang nyata, yang dilakukan secara tatap muka, berbicara langsung, mendengarkan langsung dan misalkan ada pertolongan yang perlu diberikan, diberikan secara langsung. Tidak ada yang bisa menggantikan semua itu, karena apa? Sebab pada waktu kita berjumpa kita akan jauh lebih bisa diakrabkan, karena melihat wajahnya, mendengarkan suaranya. Itu penting sekali dan tidak boleh diabaikan. Jadi saran saya kepada kita yang sangat sangat menyenangi alat-alat teknologi ini dan tidak merasa perlu lagi untuk bertemu dan bergaul dengan teman-teman kita secara riil, saran saya adalah kita mesti memaksakan diri untuk melakukan itu, karena itulah realitas dan dalam realitas itulah kita baru dapat bertumbuh. Saya berikan contoh, kita bisa mendengarkan kaset atau CD tapi tidak ada yang bisa menggantikan kita menonton pertunjukan itu secara langsung. Tidak sama, juga bukankah misalkan kita ada kesalahpahaman lewat media sosial dan sebagainya masih bisa kita menyelesaikannya, tapi pengalaman tidak setuju, pengalaman disalahmengerti, pengalaman konflik tidak sama dalam dunia nyata dan dalam dunia maya. Dampaknya tidak sama, ketangguhan kita, kemampuan kita menyelesaikan konflik tersebut baru bisa diuji dan dibuktikan sewaktu kita mengalami secara langsung. Jadi sekali lagi saya meminta kepada kita yang sangat memanfaatkan alat-alat teknologi ini jangan sampai mengabaikan pergaulan yang riil itu.
ND : Bagaimana dengan anak-anak, Pak Paul, didalam usaha mereka membangun teman sementara saat ini boleh dikatakan masing-masing orang bisa sibuk dengan ‘gadget’nya sendiri, bagaimana orangtua dapat menolong anak-anak untuk berteman?
PG : Saya kira orangtua memang harus proaktif meminta anak-anak itu berhenti untuk bermain waktu memegang ‘gadget’ mereka dan untuk keluar berjumpa dengan teman-teman. Saya sudah cukup sering melihat anak-anak yang kekurangan pergaulan. Banyak orangtua memang tidak menyadari bahwa dampaknya seserius itu. Saya ingin mengatakan dampaknya seserius itu, anak-anak itu perlu bertemu, bermain, bergaul dengan teman-temannya secara riil. Bukan hanya lewat ‘gadget’ atau alat-alat teknologi itu, dengan mereka bergaul, berteman, muncul semua kemungkinan-kemungkinan yang bisa melatih mereka, membentuk mereka menjadi seseorang yang matang. Dengan pergaulan akhirnya mereka belajar menyelesaikan konflik, belajar menghadapi stres, belajar membangun teman, belajar untuk menolong menguatkan teman, menghiburnya, jadi begitu banyak hal yang dipelajari lewat pergaulan, sehingga nanti mereka bisa masuk ke dalam masyarakat. Anak-anak yang tidak berteman, tidak tahu bagaimana caranya berteman akhirnya tidak bisa nyambung waktu bertemu dengan orang. Makin hari dia makin terpinggirkan dari dalam pergaulan. Buat apa anak itu bisa banyak hal, pintar tapi akhirnya tidak bisa bergaul? Biasanya bila tidak bisa bergaul sama sekali, dia makin dikucilkan. Jiwanya makin tidak sehat, dia makin cepat curiga, pikirannya bisa menyimpang ke mana-mana, bisa menuduh orang yang tidak-tidak karena memang dia tidak lagi berpijak pada kenyataan.
ND : Tadi Pak Paul sempat katakan bahwa orang yang sehat itu cenderung dikelilingi teman, apakah itu dalam arti sehat secara jasmani dan rohani ?
PG : Betul, sudah tentu yang lebih tepat adalah sehat secara rohani. Jadi orang-orang yang memang sehat itu menyenangkan. Karena kita harus mengakui, kita senang bicara dengan orang yang menyenangkan, yang positif. Kalau orang itu tidak sehat, bicaranya negatif atau membicarakan orang yang tidak enak, yang tidak baik, meskipun okelah yang dibicarakan itu benar, tapi kalau kebanyakan pembicaraannya adalah tentang hal-hal yang negatif, kita akhirnya tidak merasa nyaman untuk dekat dengan orang yang seperti itu. Dan hampir dapat dipastikan juga orang yang memang sehat, jiwanya matang akan menjadi seperti sumber daya atau narasumber yang bisa memberikan kepada kita gagasan, yang bisa menghidupkan kita waktu kita sedang merasa layu, itu sebab orang-orang yang sehat cenderung menarik orang-orang lain untuk mau dekat dengannya.
ND : Mereka istilahnya dirindukan oleh teman-temannya.
PG : Betul, betul jadi kemana pun mereka pergi, mereka tidak akan kehabisan teman. Kalau pun mereka pergi ke tempat yang berbeda, tidak ada orang yang mereka kenal, dalam waktu yang relatif dekat, mereka dapat membangun pertemanan sebab orang akan langsung tahu bahwa dia orang yang sehat, orang yang menyenangkan. Sebab orang biasanya tidak perlu waktu terlalu lama untuk menilai seseorang. Kalau mereka melihat orang ini tidak tulus, orang ini banyak sekali masalahnya, orang ini hanya membicarakan dirinya sendiri, akhirnya orang akan menjauh, kalau kebalikannya, orang ini tulus, orang ini terbuka, orang ini mau mendengarkan saya, orang ini sungguh-sungguh tertarik mau memerhatikan saya, teman-teman langsung berdatangan.
ND : Mungkin juga perlu kita mengembangkan semacam "sense of humor" seperti itu dalam pergaulan kita ?
PG : Betul, jadi orang yang memang terlalu serius dalam menghadapi hidup, cenderung membuat orang akhirnya juga tidak mau terlalu dekat, sepertinya lama-lama lelah juga, terlalu serius, tapi orang yang bisa bergurau akhirnya membawa penghiburan bagi orang lain dan menolong orang lain untuk tertawa juga sehingga kalau pun mereka memunyai masalah karena kita dekat dengan mereka, kemudian melontarkan guyonan, mereka terhibur, mereka bisa tertawa dan itu bisa menjadi hal-hal yang baik untuk mereka, membuat mereka lebih ingin berdekatan dengan kita.
ND : Baik, Pak Paul, terima kasih atas penjelasannya. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengapa Susah Berteman?" Jika Anda berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat mengirimkan e-mail ke telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.