Mengapa Sulit Mengaku Salah ?

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T469B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Adakalanya kita sadar bahwa kita salah dan seharusnyalah kita mengakuinya. Namun seringkali kita tetap bersikeras menganggap pasangan kita yang salah dan harus meminta maaf. Pertanyaannya, mengapa kita sulit mengaku salah?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Konflik adalah bagian dari relasi pernikahan. Nah, di samping kita harus berusaha menyelaraskan pendapat yang berbeda, satu hal lain yang kadang mesti kita lakukan adalah mengaku salah. Di sinilah letak kesulitannya—kita tidak mudah mengaku salah. Adakalanya kita sadar bahwa kita salah dan seyogianyalah kita mengaku salah, tetapi kita tetap bersikeras bahwa pasanganlah yang salah dan harus meminta maaf. Pertanyaannya ialah, mengapakah kita sulit mengaku salah. Berikut akan dipaparkan beberapa penyebab dan penyelesaiannya.
  1. Kita sukar mengaku salah karena kita tidak dapat menerima kenyataan bahwa kita salah. Kita menyadari bahwa kita tidak sempurna dan penuh kekurangan, tetapi mengakui kekurangan dan kelemahan di hadapan orang, ternyata tidaklah mudah. Sesungguhnya faktor penghalang utama mengapa kita sukar mengakui kesalahan adalah rasa malu. Kita merasa malu mengakui kesalahan di hadapan orang; itu sebabnya, daripada mengakui kesalahan di hadapan orang, kita malah menutupinya dengan pelbagai cara. Pada dasarnya di dalam diri kita ada dua kekuatan yang saling bertabrakan. Di satu pihak kita menyadari bahwa kita tidak sempurna dan memiliki kelemahan. Di pihak lain kita beranggapan—atau setidaknya berharap — bahwa kita sempurna. Itu sebab tidak mudah buat kita mengakui kesalahan—baik di hadapan orang maupun secara pribadi. Sesungguhnya kita tetap berharap bahwa kita tidak salah; tidak heran, kita pun terus berusaha membenarkan diri. Kendati tidak mudah, kita mesti jujur dengan diri sendiri dan berani menerima diri apa adanya. Mengakui kesalahan berawal dari kejujuran dan keberanian untuk menerima diri apa adanya — lengkap dengan segala kekurangannya. Apabila kita tidak dapat melihat diri apa adanya, makin sukar kita melihat kesalahan, apalagi mengakuinya.
  2. Kita sukar mengaku salah karena kita tidak rela mengakui bahwa pasangan "benar". Satu hal mengaku salah, hal yang lain mengakui bahwa pasangan benar. Masalahnya adalah keduanya berada dalam satu paket yang sama. Sewaktu kita mengaku salah, secara tidak langsung kita mengakui bahwa pasangan benar. Dan, kadang inilah yang menghalangi kita untuk mengaku salah—kita tidak rela mengakui bahwa pasangan benar. Mungkin kita bertanya-tanya, "Mengapa kita tidak rela mengakui bahwa pasangan benar?" Pada umumnya alasan mengapa kita tidak rela mengakui bahwa pasangan benar adalah karena pengakuan bahwa pasangan benar membuat kita merasa lebih rendah daripadanya. Kita tidak mau lebih rendah darinya; kita ingin setidaknya sederajat dengannya. Itu sebab kita menolak mengaku kesalahan kita supaya kita tidak harus mengakui bahwa pasangan benar. Pada akhirnya kita menjadikan pernikahan sebagai ajang adu kuat dan perebutan kuasa. Sesungguhnya pemikiran seperti ini patut disayangkan. Pernikahan bukanlah ajang perebutan kuasa. Pernikahan adalah sebuah relasi yang seharusnya dilandasi percaya dan kasih. Jadi, segala upaya untuk menjadikan pernikahan sebagai ajang adu kuat mesti dihindari. Jika pasangan benar dan kita salah, akuilah. Jangan membela diri, melainkan belalah kebenaran. Dari awal pernikahan, kita mesti menetapkan hati untuk membela KEBENARAN, bukan membela DIRI. Biasakan untuk tidak terlalu menghiraukan keinginan untuk mempertahankan harga diri. Apabila pasangan melihat bahwa kita adalah seorang yang adil dan besar hati—dapat mengakui kesalahan pribadi dan mengakui kebenaran pasangan—maka ia pun lebih terdorong untuk melakukan hal yang sama. Akhirnya masalah lebih mudah diselesaikan.
  3. Pada umumnya akan lebih sukar bagi kita untuk mengakui kesalah bila kita melihat bahwa kita memang lebih sering salah. Jika memang kita tidak sebaik dan tidak sebijak pasangan, kita pun akan lebih sering melakukan kesalahan. Nah, makin menumpuk kesalahan, makin susah kita mengakuinya. Mengakui satu kesalahan, sudah membuat kita tampak buruk. Mengakui sepuluh kesalahan, tentulah membuat kita terlihat SANGAT buruk. Itu sebab, makin banyak kesalahan, makin sukar kita mengakuinya. Jika inilah keadaannya, jalan terbaik adalah mengakui keterbatasan kita. Dari pada kita terus melakukan kesalahan karena kita kurang berhikmat, lebih baik kita mendiskusikan pertimbangan kita dengan pasangan terlebih dahulu. Jangan merasa malu; lebih baik mengakui keterbatasan pribadi dan meminta pendapat pasangan, daripada kita menyusahkan pasangan akibat keputusan salah yang kita ambil.
  4. Kita sukar mengaku salah karena kita takut pengakuan itu nanti digunakan untuk menyerang kita. Ini adalah salah satu ketakutan kita dan memang, akhirnya ketakutan ini menghalangi kita untuk mengaku salah. Kita takut pengakuan kita akan memberi pasangan amunisi untuk menyerang dan menyalahkan kita. Untuk melindungi diri, maka kita memutuskan untuk tidak mengaku salah. Jika pasangan menggunakan pengakuan salah kita untuk menyerang, sebaiknya kita datang kepadanya dan mengatakan, "Mohon jangan menggunakan kesalahan yang saya akui untuk terus menyerang dan menjatuhkan saya." Dengan kata lain, kita mesti mengingatkannya untuk memfokuskan pada PERMASALAHAN yang dihadapi, bukan pada PRIBADI yang menghadapi masalah. Tidak ada orang yang bersedia mengaku kesalahan jika terus diserang.
Kesimpulan : Firman Tuhan di Roma 12:3 berkata, "Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir sedemikian rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." Sesungguhnya kita sukar mengaku salah, sebab kita melihat diri—TIDAK APA ADANYA. Sebaliknya, kita memandang diri lebih tinggi dan lebih sempurna. FirmanTuhan mengingatkan agar kita melihat diri apa adanya—lengkap dengan kelemahan dan kekurangan. Inilah pangkal pengakuan kesalahan.