Memelihara Relasi Kerja

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T430A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu penyebab orang mudah pindah-pindah tempat kerja adalah lupa melihat bahwa pekerjaan sebagai suatu komunitas, komunitas yang mempunyai budaya tertentu dan cara-cara hidup yang berbeda-beda pula.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Untuk bisa menolong kita bertahan dalam tempat pekerjaan, kita harus mempunyai konsep yang tepat tentang apa itu relasi kerja. Relasi kerja sebetulnya adalah sebuah kontrak di mana masing-masing pihak diharapkan memenuhi tanggung jawabnya. Kontrak di mana dua belah pihak sebetulnya akan saling memberi dan saling menerima, yang bekerja akan menerima misalnya upah dan yang memberikan pekerjaan akan menerima jasa. Jadi yang perlu pertama-tama dilakukan ialah kejelasan apa itu yang akan dituntut dan apa itu yang akan diberikan, ini langkah pertama yang sering kali dilewati oleh banyak orang, tidak begitu mengerti apa yang dituntut.

Ada kontrak yang tertulis, ada kontrak yang tak tertulis, jadi yang perlu ditekankan adalah bagaimana kalau kita menghadapi pekerjaan di mana kontrak yang tersedia adalah kontrak yang tak tertulis. Artinya segala sesuatu bisa diminta tanpa peringatan terlebih dahulu, menurut saya itu juga merupakan suatu kontrak.

Jadi saya mau garis bawahi juga satu prinsip di sini, yaitu penerimaan kerja tidak sama dengan penerimaan rekan kerja, itu dua hal yang sangat berbeda. Kita bisa disambut, diberikan salam selamat datang, diberikan kursi dan meja, itu sama sekali tidak menandakan kita sudah diterima sebagai rekan kerja, kita baru diterima kerja. Untuk bisa diterima sebagai rekan kerja perlu waktu penyesuaian antara dua belah pihak sehingga akhirnya bisa klop.

Tempat kerja yang baik adalah yang akomodatif. Akomodatif dalam pengertian mereka yang lama-lama atau yang senior itu bisa menerima keunikan orang yang baru.

Salah satu cara yang saya tahu sering digunakan orang adalah melobi. Dan saya tahu dalam kasus-kasus tertentu melobi itu efektif, tidak selalu buruk. Namun saya pribadi memang tidak begitu nyaman melobi, alasan saya adalah:

  1. Yang pertama, karena bagi saya kalau kita melobi seseorang untuk mendukung usulan kita dalam rapat bersama, sebetulnya tanpa disadari sudah terjadi kontrak. Yaitu kontrak hutang, dimana kita berhutang kepada dia yang akan memberikan dukungan kepada kita.

  2. Yang kedua, melobi akan menciptakan koalisi dalam suatu organisasi dan itu tidak sehat.

Sampai batas mana kita bisa bertoleransi atau menentukan inilah saatnya untuk berhenti? Apalagi orang/pribadinya sudah diterima tapi ide terus tidak diterima. Saya kira ada dua pertimbangan:

  1. Kalau sesuatu yang dilakukan di tempat pekerjaan kita itu merupakan dosa. Jadi kita pakai standar Firman Tuhan, kita tidak mau ambil bagian dalam dosa. Pengertian dosa disini bukannya yang interpretasi-interpretasi tapi dosa yang sungguh-sungguh jelas hitam putih.

  2. Kalau kita tidak bisa lagi efektif memberikan sumbangsih. Alasannya misalnya di sana kita sudah terlalu terhambat, kita tidak bisa lagi memberikan diri kita dengan baik, kita ditindas, kita dibedakan dan sebagainya.

"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Kolose 3:3,

Ayat ini merupakan suatu himbauan atau suatu permintaan Tuhan, apapun yang kita lakukan dalam hidup ini perbuatlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Meskipun kita bekerja untuk manusia tapi kita bersungguh-sungguh dan memberikan yang terbaik. Perlu dihayati bahwa pekerjaan yang kita terima itu diberikan oleh Tuhan sehingga kita tanggung jawabnya kepada Tuhan juga.