Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Memahami Perilaku Homoseksual". Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, kita sering kali mendengar istilah homoseksual, sebenarnya apa itu Pak Paul?
PG : Kata homoseksual berasal dari 2 kata, yang pertama adalah dari kata 'homo', yang kedua 'seksual' dan seksual berarti mengacu pada hubungan kelamin, hubungan seksual, sedangkan homo mengacupada kata sama.
Jadi hubungan seseorang dengan yang sejenis dengan kita, sejenis kelamin dengan kita. Istilah ini adalah istilah yang mengacu pada perilaku dan juga orientasi yang dimiliki oleh seseorang, kalau itu seorang pria biasanya disebut kaum gay dari Bahasa Inggris sedangkan kalau pada wanita disebut lesbion atau lesbian. Nah, dua-duanya itu masuk dalam kelompok yang tadi kita telah bahas yaitu homoseksual.
(2) GS : Sebagian masyarakat menganggap mereka itu sebagai orang yang punya kelainan atau cacat mental, apa itu benar Pak?
PG : Sebetulnya tidak, jadi kaum homoseksual adalah manusia yang normal secara mental, secara jiwa dalam pengertian mereka tidak mempunyai disfungsi tertentu atau kelainan jiwa yang tertentu. Jdi mereka adalah orang-orang yang sama seperti kita namun perbedaannya adalah dalam hal orientasi seksualnya, mereka tidak tertarik kepada lawan jenis, tetapi mereka tertarik kepada sesama jenis.
Mereka atau kita ini yang tertarik kepada lawan jenis, orientasi seksual kita di sebut heteroseksual sedangkan mereka karena sama disebut homoseksual.
(3) IR : Itu asal mulanya bagaimana Pak Paul kok bisa orang itu berperilaku seperti itu?
PG : Yang pertama yang akan saya bahas adalah dari segi keluarga atau bentukan keluarga, kemudian saya juga akan membahas sedikit tentang temuan-temuan akhir-akhir ini yang juga menunjuk kepadakemungkinan adanya kelainan genetik.
Yang pertama adalah bentukan-bentukan dari keluarga ternyata pria dan wanita yang homoseksual mempunyai latar belakang atau penyebab yang sering kali berbeda. Untuk pria ada beberapa kemungkinan; yang pertama adalah kasus di mana ayahnya absen sedangkan ibunya dominan, nah ini adalah kasus di mana ayahnya itu misalkan sudah meninggal dunia atau meninggalkan keluarga sehingga yang tertinggal di rumah adalah seorang ibu. Nah, kalau ibu ini yang terpaksa harus merawat anak-anak dan ibu ini lumayan dominan dalam pengaruhnya kepada anak-anak dan misalkan juga anak-anak tidak terlalu banyak kesempatan untuk bergaul dengan kaum pria yang dewasa atau yang lebih tua darinya tatkala masih kecil. Ada kemungkinan bahwa anak ini akhirnya akan kehilangan kesempatan mencontoh perilaku pria dalam kehidupannya. Saya akan memaparkan teori yang memang berasal dari Sigmund Freud yang saya juga percaya ini adalah salah satu hal yang betul yang benar. Menurut Freud seorang anak itu pada usia sekitar 3, 4 tahun, anak laki akan mulai mengalihkan atau memerlukan seseorang yang adalah pria juga untuk menjadi modelnya atau contoh perilakunya dalam hal ini adalah identitas seksualnya. Anak dilahirkan oleh wanita dan biasanya juga dirawat oleh wanita, anak laki-laki harus mengalami peralihan, anak wanita tidak perlu karena anak wanita dirawat oleh wanita dan dia perlu mengidentifikasi dirinya dengan wanita itu. Anak pria perlu untuk memiliki figur yang lain, sekitar usia 3, 4 tahun dia menyadari bahwa dia itu berjenis kelamin berbeda dengan ibunya, ini pria oleh karena itu dia harus memiliki figur pria itu agar bisa menempelkan dirinya. Kalau istilah yang lebih formal menempelkan dirinya dengan figur pria tersebut. Kalau figur pria itu absen berarti tidak ada model yang dapat dia tempelkan atau dia lekatkan sehingga akibatnya identitas prianya agak sukar terbentuk. Nah apalagi kalau misalnya faktor-faktor yang tadi saya sebut juga tidak ada, misalnya saudara laki-laki kurang, terus kurang adanya interaksi dengan figur-figur pria yang lebih dewasa. Nah, itu kira-kira salah satu latar belakang yang pertama, yang mencenderungkan seorang pria yang akhirnya berkembang menjadi seorang homoseksual.
GS : Nah, dalam hal ini yang Pak Paul berikan contohnya tadi, dia akan berkembang sebagai pria tetapi akan bersifat kewanita-wanitaan atau pria yang menyenangi pria?
PG : Ada suatu konsep yang keliru yang biasa dimiliki oleh kita semua, kita beranggapan bahwa seorang homoseksual misalnya seorang pria, sudah pasti akan berperilaku seperti wanita sebetulnya tdak harus.
Jadi ada kasus-kasus yang memang mereka berlaku feminim seperti wanita tapi ada juga kasus-kasus di mana mereka berlaku seperti pria yang lainnya. Jadi kalau kita melihat dari luar tidak akan terlihat jelas perbedaannya kita melihat figur pria yang sama seperti kita, tidak ada bedanya, cuma memang ada kecenderungan mereka lebih halus dibandingkan pria-pria lain yang mungkin lebih kasar darinya.
GS : Lalu faktor penyebab yang lain apa?
PG : Yang lain adalah suatu situasi keluarga di mana ayah menjadi tokoh yang negatif dalam kehidupan si anak pria ini, tokoh yang menyakitkan. Misalnya dia adalah seorang ayah yang bengis memukli mamanya, memukuli anak-anak yang lainnya.
Nah si anak pria ini akhirnya bertumbuh besar dengan suatu konsep bahwa pria itu jahat, apalagi ditambah dengan kakak-kakak prianya juga sama jahatnya, nakal, berontak, menyakiti hati mamanya. Nah kebetulan dia juga sangat dekat dengan mamanya. Dia melihat mama sebagai pihak yang dirugikan dan menjadi korban, mama sangat memperhatikan dia, menyayangi dia. Papa tokoh yang jahat, kakak-kakak pria adalah figur yang jahat pula, mama seorang figur wanita yang sangat baik. Nah dalam kasus seperti ini si anak juga memperoleh kemungkinan yang lebih besar untuk akhirnya bertumbuh menjadi seorang homoseksual karena dia akan menolak peran kepriaan, identitas diri yang pria karena pria itu diidentikkan dengan sesuatu yang menyakitkan yang jahat akhirnya dia akan lebih mau dekat dengan wanita. Nah, apa yang terjadi sehingga akhirnya kok bisa berkembang menjadi seorang homoseksual. Pada kasus yang pertama dan yang kedua yang terjadi adalah sebetulnya si anak pria ini menyerap sifat-sifat keibuan itu atau menyerap segalanya yang berkaitan dengan ibunya dengan figur wanita tersebut. Kita ini sebetulnya adalah orang yang belajar banyak sekali dari apa yang kita lihat, apa yang kita amati, atau dari interaksi kita dengan seseorang. Misalkan tidak heran ada anak-anak yang misalkan kita katakan jalannya persis seperti papanya misalnya seperti itu, atau cara ngomongnya persis seperti mamanya. Nah, dari manakah anak-anak ini mempelajari cara bicara seperti mama atau mempelajari bicara atau jalan seperti papa; tidak ada yang mengajarkan secara formal tapi hal ini diserap melalui ribuan interaksi antara si anak dengan orang tersebut, sehingga akhirnya cara bicara, cara jalan diadopsi menjadi cara bicara dan cara jalannya. Namun sebetulnya anak-anak bukan hanya menyerap hal-hal fisik seperti itu yang nampak, anakpun menyerap yang kita sebut hal-hal yang internal, hal-hal yang lebih bersifat karakteristik dari seseorang atau dalam hal ini dari ayah atau dari ibunya sendiri. Yaitu apa misalnya cara berpikir, sering kali kita ini tanpa disadari mengadopsi cara berpikir orang tua kita ayah kita seseorang yang sangat praktis memutuskan sesuatu dari segi praktisnya dan tidak mau bertele-tele dengan nilai-nilai atau filosofisnya. Tanpa kita sadari waktu kita sudah besar kita menjadi seperti ayah kita, kita cenderung berpikir dengan praktis. Kapan itu dipelajari, nah itu dipelajari melalui interaksi antara si anak dengan si ayah. Nah dalam kasus-kasus yang tadi, yang sudah saya sebut di mana ayah itu absen tidak ada di rumah atau si ayah menjadi figur yang menyakitkan si anak akan adanya kehilangan interaksi antara si anak dengan orang tua prianya. Si anak pria ini akhirnya hanya berinteraksi dengan mamanya, dengan figur wanita ini, nah inilah yang akan diserap bukan saja anak itu bisa menyerap tingkah laku kewanitaan tapi tidak harus dia langsung menyerap itu namun yang sering kali akan diserap adalah dalamnya si ibu itu jadi luarnya tidak harus langsung diserap, gaya-gaya kewanitaan tidak harus diserap. Tapi yang biasanya diserap adalah dalamnya yaitu misalnya cara si ibu mengekspresikan perasaannya, cara si ibu sedih waktu dimarahi oleh ayahnya, cara si ibu itu menanyakan sesuatu kepada ayahnya kenapa begini, kenapa begitu dan sebagainya. Nah cara-cara inilah yang akhirnya diserap oleh si anak menjadi bagian dalam kehidupannya, maka itulah dia akhirnya mengidentifikasi diri dengan si mama. Dan sewaktu dia bertumbuh besar tanpa dia sadari dia menempatkan dirinya di pihak atau di diri seorang wanita.
GS : Dalam hal itu Pak Paul sebenarnya yang dilakukan adalah untuk mempertahankan dirinya supaya dia bisa diterima oleh lingkungannya Pak Paul?
PG : Dia mempertahankan diri untuk diterima atau boleh tidak saya katakan pada masa-masa pertumbuhannya, pada masa-masa kecilnya memang dia harus mendapatkan perlindungan dari figur si mama sebb mamalah yang melindungi dia, mamalah yang merawat dia.
GS : Karena ayahnya terlalu keras?
GS : Dia harus melindungi dirinya dengan sikap-sikap seperti itu.
PG : Betul, nah mungkin timbul pertanyaan di sini, kalau begitu kenapa ada kaum homoseksual, pria yang dari luarnya penampilannya tampak jantan kok katanya tadi menyerap kewanitaan, kok sekaran bersifat atau berpenampilan jantan seperti laki-laki lainnya.
Karena manusia itu lentur, jadi manusia itu fleksibel bisa beradaptasi, waktu dia mulai besar dia mulai sekolah SMP/SMA dia akhirnya mulai mencontoh perilaku teman-teman prianya dan tanpa disadari itupun mempengaruhi dia. Namun ini yang penting, interaksi mendasar yakni interaksi di usia dini dari umur 0 tahun sampai 6, 7 tahun sampai dia benar-benar terjun ke masyarakat yakni sekolah, yang hanya dia terima dari mama; nah itu adalah pembentukan internalnya. Pembentukan internalnya memang biasa sekali tidak berbeda dengan anak lelaki lainnya karena dia bisa mencontoh teman-teman lakinya namun dalamnya dia sudah terlanjur menyerap nilai-nilai ibunya.
GS : Kalau ayah itu tetap hadir, tadi yang Pak Paul katakan kalau ayah itu tidak hadir atau hadir tapi keras sekali. Tapi bagaimana ayah yang hadir di tengah-tengah keluarga itu, namun dia selalu tunduk kepada istrinya dan sebagainya apakah itu akan berpengaruh?
PG : Tidak langsung berpengaruh, nah saya akan menjabarkan semua ini, memang ada kesan menggampangkan karena interaksi manusia itu kompleks sekali. Tapi kira-kira garis besarnya begini, kalau aahnya ada namun pasif atau kurang berperan, sedangkan mama yang terpaksa harus lebih aktif tidak otomatis si anak dicenderungkan menjadi seorang homoseksual.
Tapi kecenderungan itu akan membesar jika misalnya kebetulan di rumah itu mayoritas anak-anak perempuan misalnya si anak pria ini benar-benar lebih dikelilingi oleh kaum wanita, mamanya, kakak-kakak atau adik-adiknya yang wanita. Dan misalkan dia itu mempunyai kakek-nenek, kebetulan kakeknya jarang ketemu atau apa sehingga neneknya yang sering ketemu, nah faktor-faktor itu akhirnya akan lebih mencenderungkan.
GS : Ada kasus yang pernah saya jumpai dengan teman saya di sekolah dulu, karena orang tuanya kepingin punya anak perempuan padahal yang lahir laki-laki maka anak laki-laki ini dibuat seperti anak perempuan.
PG : Itu kadang kala terjadi, jadi yang Pak Gunawan katakan itu saya harap tidak umum tapi memang juga terjadi. Nah, harapan ini pada akhirnya sangat mencelakakan si anak karena orang tua saya ahu ada yang mendandani anak lakinya seperti anak perempuan.
GS : Dipupuri segala Pak Paul.
PG : Dipakaikan baju wanita.
GS : Warnanya itu warna baju-baju yang biasanya dipakai oleh wanita.
PG : Betul, ini bisa berdampak buruk sekali atau ada juga kasus di mana ibu mendandani anak laki sebagai anak perempuan karena anak-anaknya semua laki dan anak-anak laki itu semua jahat-jahat, emuanya berontak jadi si ibu ini merindukan anak perempuan supaya menjadi teman dia, waktu dapat lagi anak laki yang kecil ini dia tidak bisa terima, dia kemudian mendandaninya seperti anak perempuan dan akhirnya dia diperlakukan sebagai anak perempuan pula.
Nah, bahaya sekali sebab memang sudah pasti waktu anak itu sekolah umur 6, 7 tahunan dia harus berpakaian pria lagi.
GS : Tapi dari awalnya itu sudah diperlakukan seperti perempuan.
PG : Betul, jadi proses transfer, proses pemindahan karakteristik sudah terjadi pada usia-usia 0-6 tahun itu. Nah, apa yang terjadi pada saat itu, yang terjadi adalah yang kita sebut pengkondisan, semua manusia waktu masih kecil sebetulnya belajar dan dibentuk melalui pengkondisian.
Misalnya kita tahu orang-orang sering berkata pada anak lakinya jangan nangis, anak laki jangan cengeng terus kuat sedangkan kalau anak perempuan duduk kakinya diangkat jangan tidak sopan kamu anak perempuan, atau anak perempuan tertawa terbahak-bahak kamu anak perempuan kalau tertawa mulutnya harus ditutup. Jadi banyak sekali tanggapan-tanggapan yang kita berikan kepada anak-anak berdasarkan jenis kelaminnya. Nah, inilah yang akan memberikan dia gambaran tentang siapa dia, jadi sebetulnya anak itu mengenal diri dan membentuk jati dirinya atau identitas dirinya itu dari tanggapan-tanggapan yang ia terima, terutama yang ia terima dari orang tuanya sendiri. Nah, kalau pada masa awal yang sangat kritis itu, 0-5 tahun si anak justru mendapatkan tanggapan bahwa dia itu wanita, dia tidak bisa mengenal yang lain, dia akan mempercayai dirinya sebagai wanita dan pada waktu dia mulai besar dia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang seperti ibunya itu.
IR : Tapi sebaliknya Pak Paul, ada anak yang memang harus laki-laki tapi dia bertumbuh seperti wanita, padahal mamanya, orang tuanya juga selalu mendandani dia seperti pria cuma kelakuannya itu seperti wanita.
PG : Nah, dalam kasus di mana tadi kasus-kasus yang saya sebut itu tidak ada. Mungkin ibu Ida berkata ini ada kasus di mana penjelasan-penjelasan yang tadi saya berikan sebagai kemungkinan-kemugkinan tidak termasuk dalam kasus ini, orang tuanya normal-normal saja, papanya lumayan dominan, tidak ada yang keliru, anaknya yang lain juga biasa saja kok ada satu seperti wanita.
Begini, memang riset yang akhir-akhir ini menunjukkan adanya perbedaan atau kelainan genetik jadi ini adalah hal yang sering diargumentasikan juga oleh kaum homoseksual. Bahwa mereka menjadi homoseksual bukan akibat bentukan-bentukan, bukan akibat pengkondisian dari keluarganya atau lingkungannya atau karena kekurangan ayah, ibunya dominan dan sebagainya. Tapi mereka sudah dilahirkan sebagai homoseksual, nah kemungkinan ini memang makin hari menjadi lebih benar sebab hasil-hasil riset yang bersifat genetik memperlihatkan adanya dukungan terhadap argumen ini, bahwa memang ada kemungkinan yang sangat besar mereka yang homoseksual itu dilahirkan sudah memiliki kecenderungan itu. Jadi dibesarkan oleh rumah tangga seperti apapun tetap dia akan mengarah ke situ, sebab dari kecil atau dari lahir memang sudah diberikan kecenderungan tersebut secara genetik. Jadi memang hasil riset yang akhir-akhir ini mendukung argumen itu.
GS : Tapi secara prosentase rupanya yang pertama tadi yang kita bicarakan karena faktor orang tua itu prosentasenya rasanya lebih besar Pak Paul.
PG : Saya kira demikian, saya kira faktor bentukan atau pengaruh lingkungan, pengaruh keluarga sangat besar. Dalam beberapa kasus saya tidak terlalu banyak menangani kasus-kasus homoseksual, tai dalam beberapa yang pernah saya tangani memang ada persamaan dari beberapa yang saya sebut yaitu memang kebanyakan adanya kasus di mana peran ayah lemah atau tidak ada, sedangkan peran ibu terpaksa dominan.
GS : Ada yang berpendapat juga bahwa di dalam diri tiap-tiap orang itu sebenarnya ada faktor kecenderungan untuk homoseksual; apa betul seperti itu?
PG : Kalau orang berkata bukankah kita semua memiliki potensi untuk menjadi seorang homoseksual, nah saya akan berargumen begini bukannya setiap orang mempunyai potensi menjadi seorang homoseksal atau bisa berorientasi homoseksual tapi saya percaya memang melalui pengkondisian seseorang itu bisa berperilaku atau melakukan tindakan homoseksual.
Misalnya mungkin pernah mendengar kasus di mana orang-orang ditangkap atau ditahan di dalam satu situasi penjara atau apa di mana tidak ada kontak dengan lawan jenis. Nah, dalam kasus seperti itu perilaku homoseksual itu muncul, kita dapat mengatakan dia adalah seorang homoseksual, sama sekali saya kira itu 2 hal yang berbeda, sebab orang yang sama misalkan, yang melakukan homoseksual tatkala dalam situasi seperti itu tidak ada kawan lawan jenisnya, saya percaya waktu dia keluar dari lingkungan tersebut dan bertemu dengan lawan jenisnya dia akan kembali menjadi seorang yang heteroseksual, dan dia hanya akan tertarik pada lawan jenisnya. Tapi seseorang yang memang orientasinya homoseksual, tidak akan tertarik kepada lawan jenisnya jadi setelah dibentuk diapakan pun kecenderungannya akan tetap ke arah itu.
GS : Ada juga yang berperilaku ganda Pak Paul, jadi punya istri atau suami seperti orang normal tapi dia juga seorang homoseksual.
PG : Betul, jadi batas antara biseksual tadi Pak Gunawan, berperilaku seksual ganda dan homoseksual sebenarnya batasnya itu tipis dan tidak bisa dikatakan langsung yang mana biseksual, yang man homoseksual.
Sebab yang juga cukup sering terjadi adalah sebetulnya orientasinya dia homoseksual, namun karena dia tahu bahwa masyarakat tidak menerimanya dia akhirnya menikah dan dia akhirnya melakukan kewajibannya sebagai seorang suami berhubungan dengan istrinya. Namun dalam dirinya tetap ada dorongan untuk berhubungan dengan yang sesama jenis, jadi dalam kasus seperti yang kita katakan atau biseksual atau homoseksual, saya kira jarang kalaupun ada ya seorang yang mempunyai ketertarikan yang persis sama dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Saya kira seseorang itu pasti mempunyai suatu preferensi yang sebetulnya dia itu sukai, saya kira pasti ada orientasi yang utamanya.
IR : Nah apakah itu sudah digolongkan sebagai orang yang sakit Pak Paul, untuk penyembuhannya bagaimana?
PG : OK ! saya akan berhati-hati dengan istilah sakit di sini karena memang istilah sakit itu mengacu kepada disfungsi, kepada ketidakmampuan untuk berfungsi dalam hidup. Nah, kalau kita mengguakan dalam definisi ini saya kira homoseksual tidak dapat dikategorikan sakit.
Memang beberapa puluh tahun yang lalu di dalam penggolongan penyakit jiwa homoseksualitas dimasukkan ke dalam salah satu gangguan disorder. Tapi sebetulnya sejak beberapa mungkin belasan tahun yang lalu atau mungkin 20 tahun yang lalu istilah tersebut sudah ditiadakan dari penggolongan jenis penyakit jiwa. Jadi kalau saya pribadi lepas dari itu juga tidak melihat homoseksual sebagai orang yang sakit jiwa, sama sekali tidak. Saya melihat mereka sama seperti manusia lainnya jadi mereka bisa berfungsi, bisa berkontribusi dalam hidup ini, dalam masyarakat mempunyai kemampuan yang sama dalam menghadapi stres dan sebagainya. Namun perbedaannya hanya orientasi seksualnya ini. Tapi tadi yang bu Ida ingin tekankan adalah penyembuhan, nah waktu kita berkata penyembuhan kita ini berangkat dari sudut pandang kristiani bahwa ini adalah sesuatu yang Tuhan kehendaki nah justru inilah yang harus menjadi titik berangkat kita, kita mau menolak mereka untuk kembali berorientasi seperti kita heteroseksual, bukan supaya kita senang, bukan supaya dia sama seperti kita, tapi supaya dia kembali kepada natur yang memang Tuhan sudah gariskan.
GS : Tentu itu sesuatu yang penting dan harus kita bahas pada kesempatan yang akan datang Pak Paul. Tetapi di dalam Alkitab itu ada satu bagian yang mengatakan bahwa homoseksual sebagai suatu dosa Pak Paul?
PG : Jadi yang nanti akan kita bahas pada pertemuan berikutnya Pak Gunawan adalah saya mau membedakan antara suatu orientasi dan akhirnya suatu perilaku seksual. Nah, saya kira orientasinya bis disembuhkan namun memang sulit sekali untuk bisa berubah tapi bisa karena ada yang akhirnya berubah.
Tapi yang Tuhan pasti larang adalah perilakunya yaitu melakukan hubungan homoseksual, melakukan hubungan seks dengan yang sesama jenis, itu yang Tuhan larang.
GS : Nah, sebelum kita mengakhiri bagian ini mungkin ada firman Tuhan yang sesuai dengan topik pembicaraan kita pada saat ini....
PG : Di dalam surat Roma 1:26 firman Tuhan berkata : "Karena itu Allah menyerahkan mereka (orang-orang Roma ini) kepada hawa nafsu yang memalukan sebab istri-istri mereka menggntikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar jadi akhirnya ditulis di sini, sehingga mereka melakukan kemesuman laki-laki dengan laki-laki dan sebagainya."
Jadi memang Tuhan melarang hubungan itu sendiri. Jadi ini bukannya pendapat saya pribadi atau pendapat hamba Tuhan yang lain secara pribadi tapi memang firman Tuhan mengatakan hal itu.
GS : Tetapi itu suatu kenyataan yang ada di tengah-tengah kita dan ini suatu topik bahasan yang saya rasa sangat menarik untuk kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. Bagaimana kita sebagai orang-orang Kristen ini bersikap terhadap hal ini. Namun kita harus menyudahi pembicaraan kita ini dan kami telah mempersembahkan ke hadapan Anda sebuah perbincangan mengenai mengenal tingkah laku atau perilaku homoseksual, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KASET T 43 A
- Apakah sebenarnya istilah homoseksual….?
- Sebagian masyarakat menganggap itu adalah seorang yang punya kelainan atau cacat mental, apakah itu benar….?
- Apa yang melatarbelakangi orang berperilaku seperti itu….?
Comments
Anonymous (tidak terverifikasi)
Sel, 05/05/2009 - 7:11pm
Link permanen
yang dipertanyakan
TELAGA
Sen, 11/05/2009 - 5:47am
Link permanen
Shalom, Di dalam pelayanan