Masalah-Masalah yang Dihadapi Remaja dalam Pembentukan Jati Dirinya

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T076B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Yang menjadi salah satu penyebab kegagalan bagi seorang remaja memenuhi proses pembentukan jati dirinya adalah keminderan baik secara fisik dan terlebih keminderan dalam setiap aspek kehidupannya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kata kunci: membangun diri remaja Membangun diri remaja bukanlah dimulai pada saat anak itu menginjak remaja, membangun diri remaja dimulai jauh lebih dini pada masa anak-anak itu kecil. Waktu dia mulai menyadari kebisaannya, kemampuannya, kekhususannya, itu menjadi fondasi, menjadi informasi yang dia akan gunakan membentuk jati dirinya bahwa dia mempunyai keistimewaan.

Seandainya remaja itu gagal menerima keterbatasan dirinya atau kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya, dan dia tidak mengakui itu sebagai suatu kekurangan. Ada dua reaksi yang akan muncul:

  1. Reaksi pertama, dia akan menyangkali keterbatasannya, dia mencoba menutupi kekurangannya
  2. Reaksi kedua, dia justru akan menyoroti atau membesarkan keterbatasannya, dia akan membesar-besarkan kebisaannya di mana dia itu bisa dikenali atau dihargai. Ini kebalikan dari yang pertama, di sini dia mencoba untuk mendapatkan pengakuan atas kelebihan-kelebihannya itu.
Dengan kata lain kedua reaksi ini merupakan 2 ekstrim: Yang pertama ciut, tidak berani keluar sama sekali, menutup diri dan menjauhkan diri dari pergaulan. Yang kedua menggelembung atau mekar karena dia mencoba membesarkan dirinya.

Keminderan itu ada dua jenis:

  • Yang pertama keminderan lokal, yaitu rasa kurang pada hal yang spesifik, misalnya: kita merasa kurang bisa memimpin kelompok diskusi, kita kurang bisa berdiri di muka umum, kita kurang bisa untuk bernyanyi.
  • Yang berbahaya atau yang tidak sehat adalah keminderan global, yaitu keminderan menyeluruh di mana hampir dalam setiap aspek kehidupan kita merasa kita tidak bisa apa-apa dan anggapan kita tentang siapa kita sangat negatif.
Dalam masa-masa seperti ini peran mereka yang lebih senior, baik orang tua, guru pendampingnya, atau pembina rohaninya besar sekali.

Namun saya kira, kita perlu juga melihat perlakuan negatif yang kadang kala dilakukan baik oleh orang tua maupun oleh guru:

  1. Tanggapan negatif seperti celaan-celaan, penolakan-penolakan yang diberikan kepada si anak itu akhirnya bukan saja membuat dia merasa tidak memiliki keistimewaan, dia malahan merasa tidak mempunyai apapun yang positif, karena celaan sering kali dia dengar, kritikan sering dilontarkan, kemarahan atas kekurangannya sering juga diekspresikan.
  2. Adakalanya orang tua sibuk, karena sibuk tidak terlalu banyak bergaul dengan anak, akhirnya kurang memberikan tanggapan kepada anak.
  3. Yang terakhir adalah yang juga sama bahayanya adalah tanggapan yang positif tapi berlebihan.

Lukas 12 : 42 "Jadi siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana, yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya. Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang."

Penekanan di sini adalah hamba yang melakukan tugasnya itu. Kita sebagai orang tua juga dituntut untuk tetap setia kepada Tuhan dalam melakukan tugas kita. Tugas kita nomor satu adalah mendidik anak-anak di rumah, jangan sampai Tuhan datang dan waktu Tuhan menanyakan tentang anak-anak kita kaget. Kita kaget karena anak-anak kita tahu-tahu sudah begitu jauh dari Tuhan dan mempunyai nilai-nilai hidup yang berkebalikan dari yang Tuhan berikan kepada kita.