Kudus dan Setia

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T246A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Ada pelbagai cara untuk melihat kekudusan karena memang kekudusan mencakup beberapa aspek namun salah satu aspek dari kekudusan adalah kesetiaan. Disini akan dibahas tentang kesetiaan pada pasangan nikah. Kemudian akan dibahas makna kesetiaan dan tantangannya, diakhiri dengan cara untuk menumbuhkannya
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Tema utama Kitab Imamat adalah kekudusan. Sewaktu Tuhan mengikat perjanjian dengan umat Israel, Tuhan meminta mereka untuk hidup kudus-hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan berbeda dari gaya hidup yang dianut oleh masyarakat sekitarnya. "Maka kamu harus menguduskan dirimu , dan kuduslah kamu sebab Akulah Tuhan, Allahmu. Demikianlah kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah Tuhan yang menguduskan kamu. " (Imamat 20:7-8) Kepada kita umat yang telah ditebus-Nya, Tuhan menuntut hal yang sama yakni hidup kudus-sesuai dengan kehendak-Nya dan berbeda dari orang di sekitar kita.

Ada pelbagai cara untuk melihat kekudusan karena memang kekudusan mencakup beberapa aspek namun salah satu aspek dari kekudusan adalah kesetiaan. Baik dalam relasi dengan Tuhan maupun dengan sesama, diperlukan kesetiaan. Dalam pembicaraan kali ini kita hanya akan memfokuskan pada kesetiaan pada pasangan nikah. Berikut akan dibahas makna kesetiaan dan tantangannya, diakhiri dengan cara untuk menumbuhkannya.

Makna Setia
Pada dasarnya setia berarti melakukan apa yang telah dijanjikan. Sudah tentu termaktub dalam perjanjian adalah melakukan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau diminta. Jadi, kalau kita berjanji melakukan sesuatu namun tidak melakukannya, itu berarti kita tidak setia. Di dalam bahasa Inggris, kata setia berasal dari kata iman. Saya kira batasan ini sungguh tepat merefleksikan apa yang terkandung di dalam kata setia. Kesetiaan tidak bisa dipisahkan dari hidup beriman yang berarti percaya dan tidak melepaskan kepercayaan kita.

Dari Firman Tuhan, kita bisa melihat bahwa ada tiga komponen dalam kesetiaan:
  • " Kesetiaan selalu mempunyai obyek-kita setia kepada seseorang.
  • " Kesetiaan mempunyai alasan tertentu yakni kebaikan dan kasih. Jadi, kita setia kepada Tuhan oleh karena kebaikan dan kasih-Nya; kita setia kepada pasangan oleh karena kebaikan dan kasih-Nya.
  • " Kesetiaan pada akhirnya melakukan apa yang dikehendaki oleh orang yang kepadanya kita telah berjanji untuk melakukannya.

Tantangan
Pernikahan dibangun di atas janji yakni untuk menjadi seperti yang diharapkan pasangan. Dan, di dalam konteks kristiani, bukan saja kita berjanji menjadi seperti yang diharapkan pasangan namun menjadi seperti yang diharapkan Tuhan. Tantangan terbesar kesetiaan adalah hidup sekehendak kita, bukan sekehendak Tuhan atau pasangan. Salah satu hal terlupakan dalam pernikahan adalah bahwa sesungguhnya tatkala kita menikah kita berjanji untuk melakukan apa yang diharapkan pasangan. Sudah tentu tidak semua yang diharapkan dapat dan wajib dilakukan, namun pada dasarnya itulah jiwa pernikahan. Kesetiaan luntur tatkala kita tidak lagi mengindahkan apa yang dikehendaki Tuhan dan pasangan.

Kiat Menumbuhkan
Berdasarkan definisi dan cakupan kesetiaan sebagaimana telah dibahas, di bawah ini akan dipaparkan beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan dan mengokohkan kesetiaan dalam pernikahan.

  • " Selalu mengingat bahwa kesetiaan mempunyai obyek dan dalam pernikahan dan obyek kesetiaan kita adalah Tuhan dan pasangan. Tuhan hadir dalam pernikahan, itu sebabnya Ia berfirman, "Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, janganlah diceraikan oleh manusia." (Matius 19:6) Ingatlah bahwa janji dibuat di hadapan Tuhan dan manusia, bukan hanya manusia. Pasangan tidak dapat terus melihat kita karena ia tidak selalu berada di samping kita namun kehadirannya diwakili oleh kehadiran Tuhan, Allah yang selalu ada.
  • " Selalu mengingat bahwa kesetiaan mempunyai alasannya dan dalam hal ini, alasan pertama dan terutama adalah kebaikan Tuhan dan kasih setia-Nya. Inilah alasan yang seyogianya membingkai kesetiaan kita baik kepada Tuhan maupun pasangan. Tuhan baik dan setia, itu sebabnya kita mau terus memegang janji yang telah kita buat kepada-Nya. Ingatlah juga kebaikan dan kasih setia pasangan di masa lampau. Mungkin ada banyak pengorbanan yang telah dilakukannya demi kita, jangan lupakan dan jadikan ini alasan untuk memegang janji yang kita buat kepadanya.
  • " Selalu mengingat untuk melakukan apa yang diharapkan Tuhan dan pasangan. "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33) Dalam relasi dengan pasangan, perbuatlah yang sama. Jika kita saling melakukan apa yang diharapkan, maka relasi akan makin menguat pula. Inilah resep pernikahan yang kuno namun tetap efektif sampai sekarang.