Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Ketika Tuhan Terlambat" bagian yang kedua. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, pada kesempatan yang lampau kita membicarakan tentang peristiwa Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus seperti yang tercatat di Injil Yohanes 11. Kini kita akan coba mendalami konteksnya dengan kehidupan kita pada masa kini tentang pergumulan yang ada dalam diri terutama Marta dan Maria, kerap kali dalam pergumulan ini kita tidak bisa tahu, tidak bisa memilah-milah sebenarnya apa maksud pergumulan ini sehingga menjadi campur aduk, ini sebuah pergumulan yang seolah-olah tak terselesaikan. Mungkin Pak Paul bisa membantu dalam perbincangan ini, sebenarnya pergumulan apa yang terjadi ketika seseorang itu menantikan pertolongan Tuhan, tapi ternyata pertolongan itu tidak kunjung datang dan datangnya tidak tepat seperti apa yang kita harapkan.
PG : Kita memang dalam topik yang sama yaitu membicarakan tentang Yohanes pasal 11, tentang kematian Lazarus dan juga kebangkitannya. Kita tahu bahwa Maria dan Marta memanggil Tuhan kemudian Tuhan datangnya terlambat 4 hari sampai akhirnya Lazarus meninggal. Tadi sudah disinggung hal yang baik kalau kita diperhadapkan dengan sebuah persoalan yang berat dan meminta pertolongan Tuhan, sedangkan pertolongan itu tidak datang tepat waktu, pada umumnya kita akan mengalami pergumulan yang berat. Sebetulnya pergumulan tersebut adalah pergumulan tentang mengerti karakter Tuhan, kedua cara kerja Tuhan dan yang ketiga rencana Tuhan. Jadi sekilas tampaknya mudah bagi kita memahami ketiga hal ini namun tidak demikian, kita mudah memahaminya kalau kita sedang tidak dalam masalah yang berat, tapi waktu kita menghadapi masalah yang berat untuk bisa mengerti karakter Tuhan atau cara kerja Tuhan dan rencana Tuhan saya kira itulah yang sulit. Jadi ini yang kita mau soroti pada kesempatan ini.
GS : Disitu terbukti bahwa kadang-kadang yang kita mengerti hanya sampai di pengertian kita secara akal tetapi untuk penghayatannya ini butuh waktu atau proses yang panjang bahkan membutuhkan pengalaman pribadi dengan Tuhan supaya kita benar-benar mengerti apa sebenarnya pergumulan kita, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Jadi memang sewaktu kita mengalami persoalan dalam hidup kita harus membingkainya dengan tepat. Bingkai yang tepat adalah bingkai sebetulnya Tuhan sedang berbuat sesuatu kepada kita dan lewat peristiwa ini kita akan mengenal karakter-Nya dengan lebih dekat lagi dan akan mengenal cara kerja-Nya lebih tepat lagi dan yang ketiga kita akan mengenal rencana-Nya dengan lebih pasti lagi.
GS : Kalau kita membahasnya satu demi satu bagaimana, Pak Paul ?
PG : Yang pertama kita perhatikan pergumulan memahami karakter Tuhan. Kita tahu bahwa Tuhan adalah pengasih dan bahwa Ia mengasihi kita, namun bagaimanakah mungkin Ia tega membiarkan sesuatu yang buruk menimpa kita bila Ia mengasihi kita. Atau mungkin kita juga harus bergumul memahami karakter Tuhan yang lainnya yaitu bahwa Ia adil, namun bukankah seringkali kita harus menyaksikan ketidakadilan dalam dunia ini, jika demikian bagaimanakah kita bisa melihat Dia adil. Berikut kita juga mahfum bahwa Ia adalah Allah yang Maha Kuasa, masalahnya adalah mengapakah Ia tidak selalu menunjukkan kuasa-Nya secara nyata, mengapakah Ia tidak mencegah yang buruk menimpa kita bila Ia berkuasa penuh. Semua ini adalah bagian dari pergumulan mengenal karakter Tuhan dan memang tidak mudah.
GS : Jadi saya percaya setiap karakter Tuhan yang bersinggungan dengan kehidupan kita selalu menimbulkan pergumulan bukan hanya ketiga karakter yang Pak Paul sebutkan, tapi saya pastikan hampir semua karakter Tuhan membingungkan kita karena kita ini adalah makhluk dan Dia adalah Khalik yang menciptakan kita.
PG : Betul. Terutama kalau kita yang pas terkena persoalan tersebut, kalau orang lain yang terkena maka kita mudah untuk memberikan kata-kata penghiburan kepadanya bahwa, "Tuhan mengasihi kamu meskipun ini yang terjadi pada dirimu", atau "Kamu jangan khawatir Dia itu Allah yang Maha Kuasa", kalau kita yang sedang mengalaminya seperti dalam kasus Marta dan Maria, kakak mereka sedang sekarat dan hampir meninggal dunia Tuhan tidak datang dan Tuhan membiarkan kakaknya meninggal dunia, tidak bisa tidak mereka nantinya bertanya-tanya, "Kalau Tuhan mengasihi, kenapa Dia tidak datang". Jadi dengan kata lain, waktu kita terkena langsung oleh persoalan itu, seolah-olah kita harus memulai sebuah pergumulan yang baru lagi, yang segar lagi, untuk kembali mengerti bahwa Dia adalah Allah yang penuh kasih, Allah yang adil dan kudus dan Dia adalah Allah yang Maha Kuasa.
GS : Begitu kompleks karakter Tuhan ini sehingga kita mustahil untuk bisa memahaminya kecuali Tuhan sendiri yang membukakan diri-Nya bahwa Dia sesuai dengan karakter yang kita kenal, begitu Pak Paul.
PG : Betul. Itu sebabnya Allah harus menjadi manusia, Allah dalam tubuh manusia menderita disalibkan dan akhirnya mati, itu sebetulnya sekaligus menyingkapkan akan hal-hal yang kalau tidak Dia lakukan maka kita tidak akan mungkin bisa mengerti. Jadi kayu salib atau kematian-Nya memerlihatkan yang pertama adalah Dia adalah Allah yang mengasihi kita sebab Dia datang ke dunia dan Dia mati untuk kita. Dia mengasihi kita dan Dia adalah Allah yang adil sehingga dosa harus dibayar dengan nyawa-Nya sendiri. Jadi kayu salib memerlihatkan kekudusan Allah, keadilan Allah bahwa hukuman dosa harus dibayar dan dibayarnya lewat kematian atau darah. Dan yang ketiga adalah Dia adalah Allah yang Maha Kuasa sebab semua terjadi di dalam kehendak-Nya yang sempurna maka waktu Tuhan Yesus diserahkan Dia berkata kepada Pilatus, "Kalau bukan Tuhan yang memberikan kuasa kepadamu, ini tidak akan terjadi dan saya tidak akan ditangkap dan disalibkan". Tapi dalam rencana Allah yang sempurna karena Dia Allah yang Maha Kuasa maka Dia sudah menetapkan Putranya Yesus harus mati saat itu juga. Jadi kita melihat Kemaha kuasaan Allah. Kayu salib perlu dan harus ada, Allah harus menjadi manusia dan hanya lewat itu kita bisa memahami memang Dia adalah Allah yang penuh kasih dan Allah yang adil dan Dia adalah Allah yang Maha Kuasa. Dengan kata lain kayu salib menjadi dasar iman kita, kita tidak boleh mendasarinya atas pengalaman pribadi sebab kalau hanya mendasarkan iman kita pada pengalaman pribadi, maka kita akan diayunkan oleh suasana atau kondisi kehidupan ini, tapi kalau kita dasarkan pada apa yang Tuhan sendiri telah lakukan, barulah di sana iman kita bisa kokoh berdiri.
GS : Seringkali pengalaman pribadi itu ada orang lain juga yang punya pengalaman yang mirip dengan kita yang mungkin tidak seiman dengan kita, jadi seolah-olah bukan karya Allah bagi orang yang tidak percaya, tapi bagi kita yang percaya itu adalah suatu rencana Allah dalam kehidupan kita.
PG : Betul sekali. Kalau kita sedang mengalami musibah dan kita mulai meragukan kasih Allah maka kita ingat kayu salib bahwa Anak Allah mati bagi kita, itu berarti Dia mengasihi kita, kalau kita melihat dunia tidak adil dengan kita, kita ingat kayu salib, Allah itu adil jadi dosa harus dibayar, itu berarti Dia akan menegakkan keadilan. Kalau kita merasa Allah tidak berdaya, Allah melihat ini terjadi, Dia Maha Kuasa dan punya rencana yang sempurna. Jadi kita tahu dari mana, dari kayu salib.
GS : Walaupun dalam perjalanan Tuhan Yesus di dunia mencerminkan hal itu, namun kayu salib memang puncak dari semua itu.
PG : Betul sekali. Jadi memang dari kehidupan-Nya itulah yang selalu dimunculkan namun salib merupakan rangkuman dan puncak dari segalanya.
GS : Karakter atau pergumulan lain yang terjadi di dalam diri kita, apa Pak Paul ?
PG : Kita juga akan menggumuli mengenai cara kerja Tuhan, tidak bisa tidak waktu kita berdoa mengharapkan Tuhan menjawab doa kita. Dan di sinilah yang terjadi, Tuhan tidak menjawab permohonan Maria dan Marta sesuai dengan keinginan mereka dan malah menunda keberangkatan-Nya sehingga Dia baru datang 4 hari setelah Lazarus meninggal dunia. Di sini kita melihat Tuhan bekerja sesuai dengan cara dan waktu-Nya yang sempurna. Jadi cara dan waktu Tuhan bekerja menunjukkan kesempurnaan-Nya, pada saat kedatangan-Nya bagi Marta dan Maria, Yesus tidak lagi dibutuhkan karena kakaknya sudah meninggal dunia, singkat kata pada saat itu mereka sudah tidak ada lagi pengharapan, apa yang mereka dambakan sudah pupus sampai titik terendah. Ternyata itulah yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus, Dia sengaja mengosongkan Marta dan Maria supaya mereka dapat menyaksikan kemuliaan Allah di titik yang tertinggi. Kadang Tuhan membiarkan kita melewati sesuatu yang begitu berat sampai benar-benar kita kosong pengharapan dan tidak ada lagi yang kita nanti-nantikan, tapi saat itu Dia muncul menampakkan diri-Nya dan mengisi semua pengharapan kita.
GS : Memang itu tidak bisa digeneralisir, artinya tidak semua orang harus mengalami semua itu, tapi cara pembentukan Tuhan berbeda-beda pada tiap orang, Tuhan mengenal kita dan Tuhan tahu apa kelemahan kita dimana kita harus dibentuk tapi pada intinya tetap Tuhan menghendaki supaya kita mengosongkan diri seperti Dia sendiri juga mengosongkan diri-Nya dan menjadi manusia.
PG : Betul sekali, jadi kadang Tuhan mengosongkan kita dari segala konsep tentang siapakah Tuhan dan dari segala pengharapan supaya kita dapat menyaksikan kemuliaan Anak Allah yang terbesar. Jadi kita seringkali sudah membentuk sebuah konsep, "Tuhan itu seperti apa, Dia sanggup apa". Kadangkala Tuhan akan mengosongkan konsep itu dan Dia akan menggantikannya dengan sebuah konsep yang jauh berbeda dan sudah tentu yang lebih mulia. Tapi caranya untuk Dia mengosongkan yaitu dengan cara Dia menghadirkan peristiwa yang sulit seperti yang dialami oleh Maria dan Marta sebab pada saat terendah kita barulah dapat melihat kekuasaan Allah yang tertinggi. Pada saat Dia membuka jalan sewaktu kita menemui jalan buntu, disitulah kita melihat Dialah Tuhan yang Maha Kuasa dan ajaib, kalau begitu kita berdoa dan Tuhan langsung memberikan dan apa yang kita minta langsung kita peroleh meskipun kita akan memuji Tuhan dan sebagainya, tapi pengenalan kita akan Tuhan sebetulnya dangkal. Sewaktu kita mengalami peristiwa seperti Marta dan Maria dan melihat Tuhan bekerja dengan luar biasa, konsep kita pengertian kita terhadap Tuhan akan benar-benar bertambah besar.
GS : Dan hal ini seringkali kita salah memaknainya, setiap penderitaan, pergumulan yang kita alami kita anggap ini hukuman dari Tuhan akibat dosa kita dan kita mencoba introspeksi diri atau bahkan mendengar orang lain yang mengatakan ada dosa di dalam diri kita, sehingga kita harus mengalami itu semua, ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Sudah tentu kita harus introspeksi apakah kita melakukan kesalahan atau dosa ataukah peristiwa ini terjadi akibat ketidaktaatan kita, kadangkala itu yang terjadi dan Tuhan memberikan kepada kita sanksi atas perbuatan kita supaya kita menyadari dan supaya kita tidak lagi berbuat hal yang sama. Namun setelah kita introspeksi dan kita berkata, "Tidak, saya tidak mau lagi berdosa dan saya mau menaati Tuhan dalam hidup saya" dan ini terjadi. Akhirnya kita harus berkata, "Ini adalah kehendak Tuhan, ini bukan hukuman atas dosa saya atau kesalahan saya tapi ini adalah hal yang Tuhan tetapkan bagi saya untuk saya alami".
GS : Tapi apakah Tuhan tidak bisa membentuk kita tanpa harus melewati hal seperti itu sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa Tuhan itu kejam bagi orang yang dikasihi-Nya.
PG : Saya pernah bicara dengan seorang yang saya kenal baik, 8 tahun yang lalu di Amerika Serikat, dia ditembak karena ada perampok yang mau mengambil mobilnya dan akibatnya dia lumpuh dari leher ke bawah dan dia hanya bisa menggerakkan tangannya dengan terbatas. Sewaktu saya berkunjung dia memberikan kesaksian kepada saya bahwa, "Tuhan itu membentuk kita seperti pohon yang ditumbuhkan di tanah yang kering, kita akan kaget melihat bahwa di tanah yang kering ada pohon dan pohon itu adalah pohon yang tinggi di situ tidak ada air dan hujan juga sangat jarang. Kita bertanya-tanya dari manakah akar-akar itu menerima air, jawabannya yang kita tahu adalah akar-akar itu akan masuk ke dalam tanah untuk bisa mendapatkan air". Jadi dia bercerita kepada saya, "Kadang Tuhan menempatkan kita di gurun pasir kehidupan supaya kita mengembangkan akar masuk ke dalam dan kita bisa mendapatkan air itu". Jadi kadang-kadang Tuhan memberikan kepada kita sesuatu yang tidak menyenangkan dan menghadirkan sesuatu yang tidak kita sukai supaya kita mengembangkan akar iman yang dalam dan itu tidak bisa dicapai lewat cara yang lain, tapi lewat peristiwa seperti itu".
GS : Jadi pada saat kita mengalaminya seringkali kita kehilangan pandangan seperti itu, seringkali pandangan kita berfokus pada penderitaan itu sendiri dan mengasihani diri sendiri sehingga kita kehilangan kesempatan untuk bisa bertumbuh memperdalam akar kita di tengah kekeringan itu tadi.
PG : Betul sekali. Waktu kita mengalami masalah yang besar kita susah untuk membingkainya dari kacamata rohani atau iman, tapi itulah yang Tuhan kehendaki dan jangan sampai persoalan hidup itu mengaburkan mata iman kita untuk memandang Tuhan.
GS : Di situ sebenarnya peran seorang sahabat, peran seorang konselor, peran seorang hamba Tuhan untuk bisa tetap memberikan bimbingan dan arahan supaya kita bisa melihat apa sebenarnya tujuan Tuhan di dalam hidup kita ini.
PG : Betul jadi kita perlu diingatkan agar kita tidak kehilangan perspektif tersebut.
GS : Hal lain tentang pergumulan ini apa, Pak Paul ?
PG : Pergumulan yang ketiga adalah pergumulan mengenal rencana Tuhan, jadi yang pertama tentang karakter Tuhan, yang kedua tentang cara kerja Tuhan dan yang ketiga adalah tentang rencana Tuhan. Jadi waktu kita mengalami sebuah permasalahan yang berat sebetulnya itu adalah sebuah kesempatan kita menggumuli tentang rencana Tuhan. Saat itu Marta dan Maria tidak dapat melihat rencana Tuhan yang utuh, mereka hanya dapat melihat rencana mereka sendiri yaitu kesembuhan kakaknya. Namun Tuhan memunyai rencana lain yakni membangkitkan Lazarus dari kematian. Jadi kita bisa simpulkan kebanyakan rencana kita manusia jauh lebih sederhana dan terbatas ketimbang rencana Tuhan, kita hanya dapat melihat sejauh mata memandang, Tuhan melihat melampaui mata manusia, kebangkitan Lazarus menjadi bukti dan pengharapan iman kita bahkan ribuan tahun setelah Lazarus mati dan dibangkitkan. Jadi kita harus mengerti bahwa salah satu hal tersulit yang harus kita alami adalah menerima rencana Tuhan yang lain, yang bukan seperti kita bayangkan. Kita berharap Tuhan memunyai rencana yang sama dengan rencana kita namun itu tidak selalu terjadi. Rencana Tuhan yang lain bukan berisikan niat jahat Tuhan tapi rencana-Nya selalu berisikan hati yang mengasihi kita.
GS : Memang ini seperti anak dengan orang tuanya, kadang-kadang seorang anak sulit untuk memahami rencana dari orang tuanya bahwa apa yang orang tuanya lakukan demi kebaikan si anak, bagi anak itu bisa menjadi suatu hukuman atau penyiksaan terhadap dirinya paling tidak mengekang kebebasannya. Dan kita berlaku sama terhadap Tuhan, Tuhan punya rencana yang lebih luas tapi pandangan kita terbatas. Saya percaya Tuhan pun mengerti hal itu yaitu pergumulan kita.
PG : Sudah tentu sebagai manusia tidak apa-apa berusaha namun kita harus selalu siap menerima rencana Tuhan yang lain, usahakan semua sebaik-baiknya dengan sebijaksana mungkin tapi terimalah rencana Tuhan yang lain sebab adakalanya Dia akan hadirkan di luar dugaan kita dan kita tidak mengharapkan sebuah rencana yang lain. Seperti kita bahwa tentang Marta dan Maria dalam rencana mereka waktu Tuhan dipanggil Tuhan akan segera datang, karena ini orang yang Tuhan kasihi tapi Tuhan tidak datang dan bukan hanya itu ternyata kakaknya mati. Jadi mereka tidak mengerti apa yang Tuhan lakukan tapi yang tengah dilakukan Tuhan adalah Dia sedang menghadirkan rencana-Nya yang lain. Jadi dalam hidup ini kerap kali Tuhan menghadirkan rencana-Nya yang lain kepada kita.
GS : Dan rencana yang lain itu bisa berbeda antara yang kita alami dan orang lain alami. Kadang ada orang yang sakit seperti kita juga sakit, orang itu sembuh tapi kita tidak sembuh atau sebaliknya. Dan itu membingungkan seolah-olah Tuhan tidak konsisten menjalankan rencana-Nya.
PG : Betul sekali. Jadi kita tidak selalu mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan itu. Maka untuk dapat melihat dan menerima rencana Tuhan yang lain dibutuhkan iman, lewat peristiwa kebangkitan Lazarus Tuhan menumbuhkan iman Marta dan Maria. Ini yang Tuhan lakukan juga dalam hidup kita, Dia senantiasa berusaha menumbuhkan iman supaya kita bisa berelasi dengan-Nya pada level keintiman yang terdalam. Saya mengingat sebuah kejadian pada saat hampir bersamaan ada dua orang yang saya kenal terkena kanker dan kebetulan sama, dua-duanya adalah kanker di anggota tubuh tertentu dan sama. Yang satu begitu didiagnosis kankernya sudah parah stadiumnya tinggi, yang satu stadiumnya masih rendah dan kondisi-kondisi lain pada awal membuktikan bahwa yang kondisi kankernya rendah memunyai banyak sekali keuntungan-keuntungan. Jadi kami langsung berpikir yang akan menderita yang memunyai kemungkinan bahaya adalah kankernya berat, kemudian keduanya menjalani perawatan, yang kankernya berat tubuhnya memberi respon yang begitu positif terhadap perawatan sehingga kankernya terus mengecil dan dia bisa beraktifitas seperti biasa sekarang. Yang kankernya rendah terus memburuk sampai akhirnya beratus kali masalahnya. Jadi sekali lagi kita melihat adakalanya Tuhan menghadirkan rencana-Nya yang lain dan kita harus terima dia melakukan itu untuk menumbuhkan iman kita supaya kita berelasi dengan-Nya pada level keintiman yang terdalam.
GS : Keintiman yang seperti apa, karena keintiman ini terus menerus bertumbuh menuntut kita terus bertumbuh, tadinya kita merasakan ini sudah dalam tapi nanti Tuhan akan memberikan kepada kita lebih dalam lagi.
PG : Kita ini misalkan bayangkan hubungan suami istri, kalau antara kita dan pasangan kita masih banyak ketidaksesuaian bagaimana pun juga keintiman kita akan terbatas, tapi waktu kita memunyai kematangan berpikir yang sama maka kita bicara bisa cocok, cepat nyambung, kita memunyai pengertian yang sama dan kita bicara benar-benar pas kita bisa menyatu. Ini yang sebetulnya Tuhan kehendaki dari kita anak-anak-Nya, iman kita bertumbuh sehingga kita dengan Tuhan menjadi pas nantinya benar-benar persekutuan kita dengan Dia menjadi persekutuan yang intim dan benar-benar menyeluruh.
GS : Apakah itu nanti menjadi tujuan akhir dari Tuhan membentuk kita sebab permintaan-Nya atau yang harus kita penuhi adalah kita bertumbuh menjadi seperti Tuhan Yesus, itu yang diharapkan dari kita semua. Jadi tantangan Tuhan kepada Marta seperti yang kita baca di Injil Johanes 11 adalah "Jikalau engkau percaya, engkau akan melihat kemuliaan Allah". Jadi dengan kata lain kalau engkau beriman, engkau akan melihat kemuliaan Allah. Tantangan yang sama diberikan juga kepada kita, Ia rindu memerlihatkan kemuliaan-Nya kepada kita namun untuk itu diperlukan iman bahwa Ia sanggup melakukan semua yang tak terbayangkan. Jadi kesimpulannya adalah rencana Tuhan yang lain bukan sama baiknya dengan rencana kita, rencana Tuhan yang lain jauh lebih baik daripada rencana kita semula.
GS : Pergumulan itu terjadi ketika apa yang kita pahami tentang rencana Tuhan berbeda dengan rencana Tuhan yang sesungguhnya sehingga Tuhan akan membentuk kita supaya kita selaras dengan rencana-Nya. Tapi inilah yang saya rasa menjadi pergumulan kita seumur hidup dan sebelum kita mengakhiri perbincangan ini mungkin ada ayat yang ingin Pak Paul bacakan ?
PG : Saya bacakan dari Yesaya 55:8-9, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu". Tuhan menegaskan rancangan kita tidaklah sama dengan rancangan-Nya tapi yang perlu kita imani adalah rencana-Nya lebih indah daripada rencana kita.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Ketika Tuhan Terlambat" bagian yang kedua dan secara khusus kita telah membahas tiga pergumulan yang sering kita alami didalam kita mengikuti rencana Tuhan. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.