Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, kita bertemu kembali dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Necholas David, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi, seorang pakar dalam bidang konseling. Dan perbincangan kami kali ini tentang "Ketika Pasangan Meninggalkan Tuhan" bagian kedua. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
ND: Pak Paul, di perbincangan kita yang lalu, kita telah membahas tentang beberapa penyebab pasangan kita meninggalkan Tuhan. Pada acara kali ini kita akan membahas bagaimana kita bisa mencegah hal tersebut. Pak Paul bisa membantu pendengar untuk memahami apa saja yang perlu dilakukan.
PG: Ada beberapa, Pak Necholas, yang pertama adalah kita mesti secara aktif memelihara dan menjaga kehidupan rohani kita sendiri. Jadi yang pertama kita mesti fokus pada diri sendiri, biasakanlah untuk berdoa dan merenungkan firman Tuhan secara teratur, biasakanlah untuk berbakti kepada Tuhan dan terlibatlah dalam pelayanan kristiani serta hiduplah konsisten. Yakobus 1:22 mengingatkan "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian, kamu menipu diri sendiri", dengan cara demikian bukan saja kita menjaga diri dari pencobaan, kita pun menjaga diri dari kemunafikan dan ketidakkonsistenan. Makin kita masing-masing memelihara dan menjaga kehidupan rohani kita, makin kita menjauhkan diri dari pencobaan, makin kita menjauhkan diri dari kemungkinan kita jatuh atau pasangan kita jatuh atau tersandung oleh kehidupan kita yang tidak konsisten.
ND: Ini karena penyebab dari pasangan meninggalkan Tuhan, seringkali juga karena kita sendiri, jadi kita harus menjaga diri kita.
PG: Betul, kita memang sudah membahasnya bahwa salah satu penyebab mengapa pasangan meninggalkan Tuhan, adalah kita. Misalnya, pasangan itu kecewa melihat hidup kita yang tidak konsisten atau pasangan melihat kita ini tidak memerhatikannya, tidak memenuhi permintaannya atau kebutuhannya. Jadi kita harus mawas diri, karena itu kita perlu memunyai hubungan yang akrab dengan Tuhan.
ND: Selain langkah ini, langkah selanjutnya apa Pak Paul, untuk mencegah supaya pasangan kita jangan sampai meninggalkan Tuhan.
PG: Yang kedua adalah kita mesti secara aktif memelihara dan menjaga kehidupan rohani kita berdua. Kalau tadi kita sendiri, sekarang berdua, kita mesti saling mendukung dan mengingatkan. Tidak selalu kita kuat, kadang kita lemah dan memerlukan dukungan dari pasangan. Pada waktu pasangan membutuhkan topangan, berilah topangan jangan justru memarahinya. Kita pun tidak selalu mengindahkan perintah Tuhan, adakalanya kita hanyut dibawa keinginan pribadi atau desakan lingkungan. Sewaktu pasangan mulai terseret kita harus mengingatkannya agar dia kembali, selain itu biasakanlah untuk berdoa bersama. Jadikan doa malam sebagai doa yang mengikat kita berdua didalam Roh dan kebenaran, dimana dua hati yang mulai merenggang dirapatkan kembali dan hati yang mendingin dihangatkan kembali.
ND: Disini faktor disiplin rohani juga sangat berperan, Pak Paul.
PG: Betul ya. Kalau kita berdua memelihara disiplin rohani, kita akan menjadi lebih kuat, lebih disatukan. Kita saling mengecek satu sama lain, saling menopang dan saling mengingatkan satu sama lain. Jadi kita tidak hanya melakukan semua itu di persekutuan atau di gereja, tapi juga didalam pernikahan kita. Kita perlu saling mengingatkan, saling menjaga kerohanian masing-masing. Nah, mudah-mudahan dengan kita saling menjaga kerohanian masing-masing, kita juga bisa menjaga menjauhkan diri dari kemungkinan menjauh dari Tuhan.
ND: Sebetulnya jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, hubungan pernikahan kita akan baik dan relasi kita tentu akan lebih sehat ya, Pak Paul?
PG: Ya, karena sudah tentu dengan kita menjaga kerohanian kita sendiri dan saling menjaga kerohanian masing-masing, kita benar-benar melibatkan Tuhan didalam kehidupan pernikahan kita. Dalam relasi saya dengan Santy, tidak bisa saya hitung berapa banyak Tuhan campur tangan didalam relasi kami, dimana kami misalnya sudah merasa "mentok" tidak ada lagi jalan, sudah buntu sekali. Tuhan bertindak, Tuhan berbicara baik kepada saya maupun kepada dia, sehingga akhirnya yang tadinya sudah begitu kusut, bisa Tuhan uraikan kembali. Memang kami membiasakan diri malam untuk berdoa bersama, jadi sedapat-dapatnya kami berdoa bersama dan memang waktu kita berdoa, kita mengundang kehadiran Tuhan sebab waktu kita berdoa, kita datang, masuk kedalam hadirat Tuhan. Dalam hadirat Tuhan dimana Tuhan hadir, Tuhan bisa melelehkan banyak kemarahan, kebencian dan hati yang sudah keras bisa Tuhan lembutkan kembali.
ND: Dan memang ini bagian dari tugas atau tanggungjawab kita sebagai suami dan istri.
PG: Ya, Pak Necholas, saya kira ini memang bukan pilihan tapi ini kewajiban. Tuhan mau kita sebagai anak-anak-Nya saling mengingatkan. Dalam kitab Yehezkiel ada juga konsep kita dipanggil Tuhan untuk menjadi penjaga ("watchman"), jadi orang yang harus memeringati kalau ada musuh datang, kalau ada bahaya datang, nah kita juga adalah saling jaga. Kalau kita melihat ada bahaya, ada kemerosotan, ada mulai menjauh dari Tuhan, kita saling mengingatkan.
ND: Selain itu, langkah apa lagi, Pak Paul, yang bisa kita lakukan?
PG: Yang ketiga, kita harus menjaga kesehatan relasi pernikahan kita, jangan sampai lalai melaksanakan tanggungjawab kita sebagai suami istri dan ayah ibu. Ingatlah perkataan Tuhan kita Yesus di Markus 12:17, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!". Jadi ada tanggungjawab yang perlu kita penuhi sebagai warga keluarga Allah, tapi ada pula tanggungjawab yang mesti kita kerjakan sebagai warga keluarga sendiri. Jangan sampai kita melakukan yang satu dan melalaikan yang lainnya. Jadi dua-dua mesti kita jaga, kita harus secara sadar menjaga kesehatan relasi kita. Waktu kita melihat rasanya mulai tidak sehat, kita mesti munculkan, katakan, bahas. Jangan biarkan, jangan diamkan, jadi makin kita berusaha menjaga kesehatan relasi pernikahan kita, makin sehat. Makin kita biarkan apalagi tidak peduli, makin merosot kondisi kesehatan relasi pernikahan kita.
ND: Jadi kalau tadi Pak Paul sudah jelaskan bahwa kita perlu menjaga kehidupan rohani kita sendiri, menjaga kehidupan rohani kita berdua, kita dan pasangan, juga kita perlu menjaga kesehatan relasi pernikahan kita. Bagaimana jika dalam perjalanan hidup kita, kita mengalami perubahan tahapan dalam hidup kita, misalnya pasangan kita sebelumnya seorang pengusaha, tapi dalam perjalanan waktu dia ingin menjadi seorang pejabat atau ada juga yang sebelumnya melayani di kota besar, tetapi dia merasakan bahwa ada panggilan Tuhan untuk memerhatikan masyarakat atau orang kecil di desa. Ini membuat sebuah perubahan dalam hidup mereka. Bagaimana Pak Paul kalau ada kejadian seperti ini?
PG: Ini membawa kita kepada langkah yang keempat. Apa yang bisa kita perbuat supaya bisa mencegah pasangan meninggalkan Tuhan. Kita senantiasa mesti memertimbangkan kesiapan pasangan dalam memenuhi panggilan Tuhan. Kadang kita begitu antusias memenuhi panggilan Tuhan, melakukan pekerjaan-Nya sehingga kita tidak sabar menunggu kesiapan pasangan, akhirnya kita berjalan didepan sendirian, meninggalkan pasangan di belakang. Atau kita bersemangat dan bersedia memberi dan berkorban sedang pasangan belum siap. Alhasil kita memutuskan untuk memberi dan berkorban. Ini melukai hati pasangan. Jadi apapun dan sebaik apapun hal yang kita ingin persembahkan kepada Tuhan atau lakukan buat Tuhan, bila tidak atau belum dapat didukung oleh kesiapan hati pasangan, akhirnya malah dapat merusak pernikahan dan justru tidak menjadi berkat. Itu sebab agar pasangan tidak tertinggal dan malah akhirnya meninggalkan Tuhan, tunggulah, jangan jalan sendiri. Tuhan dapat memakai dan memberkati kita didalam kondisi kita, didalam tempat kita sekarang ini dan ketahuilah Tuhan tahu kerinduan kita bahwa sesungguhnya kita mau, tapi memang pada saat ini pasangan belum siap, jadi kita menunggunya dulu sampai dia siap.
ND: Disini juga perlu ada kesabaran menunggu kesiapan dari pasangan.
PG: Betul, jadi jangan sampai kita terbawa emosi kemudian marah dan menuduhnya, melabelkannya kurang rohani. Mungkin dia kurang rohani, mungkin dia tidak seberiman kita, tapi karena Tuhan sudah menyatukan kita, ya kita mesti memasuki pelayanan itu atau tugas itu bersama dan sehati. Jangan sampai tidak sehati karena nantinya akan memecah pernikahan kita dan bisa berdampak juga pada anak-anak kita. Waktu anak-anak melihat bahwa kita yang laki-laki pergi, ayah ini pergi, ayah sibuk di luar dan mama di rumah dan mama itu sedih sendirian. Ini bisa menjadi batu sandungan untuk anak-anak kita.
ND: Jadi perlu ada pengorbanan juga, ya Pak Paul ?
PG: Saya kira disini dituntut pengorbanan, memang benar ini kadang susah ya, Pak Necholas, kita lakukan, sebab bagi kita ini bagian yang penting dan kita melihatnya ini hal yang mulia. Ini tidak ada kaitannya dengan keuntungan pribadi tapi ini buat Tuhan. Namun tadi saya sudah tekankan, kita mesti ingat, Tuhan memanggil kita berdua. Kalau Dia memanggil kita masuk dalam pernikahan menjadi satu, sudah tentu waktu Dia memanggil kita, Dia juga memanggil kita berdua untuk menjadi satu, untuk melayani-Nya atau berbuat sesuatu demi nama Dia.
ND: Selain dari langkah-langkah yang sudah Pak Paul jabarkan, apakah ada lagi langkah yang bisa dilakukan agar pasangan kita tidak meninggalkan Tuhan?
PG: Masih ada tiga lagi, Pak Necholas, jadi yang kelima adalah jangan ragu untuk meminta maaf bila kita telah berbuat salah. Jangan sampai pasangan memendam kepahitan karena kita tidak meminta maaf atas perbuatan yang telah melukainya. Kepahitan adalah salah satu penyebab mengapa pasangan dingin dan akhirnya meninggalkan Tuhan, jadi berhati-hatilah dengan sikap membenarkan diri. Ini adalah batu yang kerap menyandung pasangan.
ND: Namun bagaimana jika kita sudah telanjur menjadi batu sandungan bagi pasangan kita dan dia sudah pergi meninggalkan Tuhan?
PG: Memang kalau kita sadari, kita berandil, memang mungkin kita tidak berandil penuh tapi ada bagian kita, kita mesti akui itu dan kita mesti mengajukan maaf kepada dia. Apakah dia terima dan dia akan kembali kepada Tuhan, memang belum tentu tapi setidak-tidaknya kita sudah melakukan bagian kita yaitu mengakui andil kita dan meminta maaf. Jadi mudah-mudahan waktu pasangan melihat kita mengakuinya, menyadari kesalahan kita, dia melihat berarti ada harapan untuk bisa nanti dia kembali kedalam pernikahan lagi.
ND: Memang ini juga merupakan tanggungjawab dari pasangan kita juga, tidak sepenuhnya ketika pasangan meninggalkan Tuhan, itu tanggungjawab kita. Saya rasa juga tiap kita pribadi memunyai porsi tanggungjawab kita masing-masing.
PG: Betul, betul, jadi kita diminta Tuhan mengakui porsi kita. Biarkan dia berurusan dengan Tuhan untuk porsinya, kita tidak bisa memaksa dia mengakui porsinya, kebanyakan kita akan mau memaksa dia juga mengakui porsinya. Kita sudah akui bagian kita, kamu tidak mengakui andil kamu. Tidak bisa begitu, yang penting adalah di mata Tuhan, kita benar. Kita sudah mengakui bagian kita, kita meminta maaf, sisanya sudah serahkan dia kepada Tuhan.
ND: Padahal dalam situasi seperti ini kita juga bisa menjadi tidak sabar, mungkin ada pendengar yang mengalami pasangannya sudah jauh dari Tuhan, malah dia marah atau kesal, suka memaki, "Mengapa kamu meninggalkan Tuhan?"
PG: Iya memang tidak mudah ya, ini membawa kita kepada butir yang keenam yaitu apabila pasangan sudah meninggalkan Tuhan, berdoalah dan ingatkan dia tapi jangan memarahinya. Saya mengerti susah tidak memarahinya karena kadang-kadang orang itu layak dimarahi, tapi sudah jangan memarahinya. Serahkan tugas memarahi kepada Tuhan karena Dialah yang berhak mendisiplin anak-anak-Nya. Tugas kita adalah mendoakan dan mengingatkannya semata. Sewaktu mengingatkannya, kita posisikan diri bukan sebagai hakim tapi sebagai sesama orang berdosa yang telah menerima kasih karunia Allah. Jadi tambahan lagi, gunakan firman Tuhan pada waktu yang tepat, bukan pada setiap waktu. Kadang kita terlalu bersemangat terus membagikan firman Tuhan kepada pasangan yang meninggalkan Tuhan. Akhirnya dia tidak menghargai, malah tidak mau mendengarkan firman Tuhan dan menolak. Jadi gunakan firman Tuhan pada waktu yang tepat, bukan pada setiap waktu. Selalu jangan sampai kita terbawa emosi dan akhirnya menghakimi dia. Kita tempatkan diri kita sebagai sesama orang berdosa, sebab kita tahu berapa banyak orang yang meninggalkan Tuhan akhirnya tambah meninggalkan Tuhan oleh karena kita merasa yang menegur dia seperti menempatkan diri sebagai Tuhan, sebagai yang paling kudus, paling suci dan melihat dia sebagai orang yang paling berdosa di dunia. Itu yang kadang menjadi boomerang, jadi akhirnya orang yang meninggalkan Tuhan berkata, "Untuk apa saya kembali, sebab kamu sudah begitu keras menghakimi saya", jadi tambah jauh dari Tuhan bukan tambah dekat pada waktu kita menegurnya.
ND: Tiap kali ketemu kita, dia mungkin seperti berhadapan dengan pengkhotbah yang terus memberikan dia nasihat.
PG: Ya, kita mesti bijaksana, kita mesti berdoa, mendapatkan pimpinan Roh, apakah ini waktu yang tepat untuk membagikan firman Tuhan ini. Jadi kalau kita yakin ini adalah waktunya bagikan, kalau tidak jangan. Jangan terlalu sering.
ND: Kalau dari pembahasan Pak Paul, langkah yang terakhir, tadi ada satu lagi apa ya?
PG: Ini apabila pasangan sudah meninggalkan Tuhan, terus kasihilah dia dengan kasih Tuhan. Hanya ada satu cara untuk mengasihinya, yaitu dengan kasih Allah, bukan kasih sendiri. Kadang sulit untuk mengasihinya terutama bila hidupnya sudah begitu jauh dari Tuhan. Itu sebab kita hanya dapat melakukannya dengan kasih Tuhan dan satu lagi kita hanya dapat mengasihinya bila kita melihatnya lewat lensa rohani yakni bahwa dia sedang melarikan diri dari Tuhan, bukan dari kita. Ini penting kita lihat dari kacamata rohani. Kalau tidak, kita melihatnya dia sedang lari dari kita. Tidak, dia sedang lari dari Tuhan. Kita mesti percaya bahwa Tuhan Yesus, Sang Gembala akan mencari domba-Nya yang terhilang. Saya mau mengerti tidak mudah, sebab hidup dengan pasangan yang meninggalkan Tuhan adalah hidup yang sepi, Pak Necholas, seakan-akan kita hidup sendirian. Kita tidak bisa berbagi banyak dengannya, akibat perbedaan nilai dan prioritas hidup, apa yang penting bagi kita, tidak penting baginya. Apa yang penting baginya, tidak penting bagi kita. Tambahan lagi hidup dengan pasangan yang meninggalkan Tuhan, kadang menyusahkan karena ada kalanya dia berbuat atau mengambil keputusan yang menyusahkan kita. Pada masa sulit ini kita hanya dapat bersandar penuh pada kasih karunia Tuhan kita Yesus dan kita harus berjalan dalam iman. Hiduplah satu hari lepas satu hari, serahkan hari esok kepada Tuhan. Serahkan dia ke dalam tangan Tuhan kita Yesus.
ND: Apakah ada firman Tuhan yang bisa dibagikan kepada para pendengar sekalian?
PG: 1 Petrus 3:1-2 mengingatkan, "Demikian juga kamu hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada yang di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu". Sudah tentu ini berlaku juga untuk suami, intinya adalah Tuhan mengingatkan kita hanya bisa memenangkan bukan lewat perkataan tapi lewat perbuatan. Karena nanti Tuhan akan memberkati perbuatan kita untuk berbicara kepada pasangan dan membawanya kembali pada Tuhan.
ND: Dari ayat ini apakah juga mengesankan bahwa kebanyakan yang meninggalkan Tuhan itu adalah suami, Pak Paul ?
PG: Betul sekali, ya ini kenyataan, bukan saja pada masa itu, pada waktu Petrus menulis, tapi juga di masa sekarang. Begitu banyaknya suami meninggalkan Tuhan, jauh lebih sedikit istri yang meninggalkan Tuhan. Kalau orang bertanya, "Mengapa demikian", saya kira karena memang laki-laki nomor satu memunyai ego yang kadang lebih kuat, lebih keras sehingga susah untuk menundukkan diri di hadapan Tuhan. Nomor dua, saya juga harus mengakui bahwa pencobaan yang dihadapi pria sangatlah banyak. Kemungkinannya jatuh, besar sekali.
ND: Baik, terima kasih banyak Pak Paul atas materi yang telah dibagikan.
Para pendengar sekalian, terima kasih telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Ketika Pasangan Meninggalkan Tuhan" bagian kedua. Jika Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat mengirimkan email ke alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.