Ketika Anak Terkena Skizofrenia 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T356B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Memiliki anak yang berbeda dari anak-anak lainnya, bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika anak terkena skizofrenia, itu menjadi guncangan berat bagi para orang tua. Oleh karena itu di sini kita akan mengenal lebih jauh mengenai skizofrenia dan bagaimana untuk bisa menolong anak yang terkena skizofrenia.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu berita terburuk yang kadang mesti didengar oleh orang tua adalah bahwa anak yang dikasihinya terkena gangguan skizofrenia. Berikut akan dipaparkan beberapa hal tentang gangguan ini serta beberapa masukan untuk menghadapinya.

Apakah Skizofrenia?

Mungkin masih jelas di benak kita tentang film "The Beautiful Mind" yang dibintangi oleh Russel Crowe tentang kisah nyata seseorang bernama John Nash. Nash adalah seorang matematikawan yang jenius. Di usia yang sangat muda ia telah memperoleh gelar doktor dan mengajar di MIT(Massachusetts Institute of Technology), perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Namun karier yang begitu gemilang akhirnya terganggu dan runtuh oleh gangguan skizofrenia yang dideritanya.

Pada dasarnya istilah skizofrenia berarti keterpecahan atau keterbelahan pikiran. Disebut demikian sebab si penderita hidup dalam dua alam yaitu alam fantasi dan alam realitas yang nyata. Masalahnya adalah si penderita tidak selalu dapat membedakan kedua alam ini. Baginya alam fantasi merupakan alam nyata, senyata alam realitas yang kita semua hidupi. Pada akhirnya ia terpenjara di dalam dunianya sendiri.

Di dalam film itu—dan juga dalam kehidupannya—John Nash meyakini bahwa ia berada dalam sebuah kondisi yang mengancam jiwanya sebab ada begitu banyak orang yang memata-matainya. Akhirnya ia senantiasa hidup dalam ketakutan dan ini membuatnya selalu berjaga-jaga dan curiga. Di dalam kasus ini John Nash menderita gangguan skizofrenia jenis paranoia karena alam fantasinya bertemakan ancaman dan bahaya.

Gejala Gangguan
  1. Adakalanya penderita skizofrenia tidak menampakkan gejala kelainan yang mencolok pada masa pertumbuhannya. Namun pada umumnya pada masa pertumbuhannya penderita skizofrenia cenderung memerlihatkan gejala kelainan yang spesifik yakni kekurangterlibatan (uninvolved). Berikut akan dipaparkan beberapa perilaku yang kerap dikaitkan dengan kekurangterlibatan antara lain : tidak bersedia memberikan dirinya, takut direpotkan, tidak suka keramaian
  2. Tidak dapat menguasai emosi—marah, mengamuk, hiperaktif, hipersensitif terhadap lingkungan.
  3. Hipokondriak: mengeluhkan sakit penyakit kendati sebenarnya ia tidak menderita penyakit apa pun.
  4. Obsesif-Kompulsif: terpaku pada suatu pemikiran tertentu dan untuk menghilangkannya ia harus melakukan suatu perbuatan tertentu sehingga ia terjebak ke dalam siklus ritual yang tidak ada akhirnya.
  5. Delusi—pemikiran atau anggapan yang tidak berlandaskan realitas. Pada umumnya tema utama delusi ini adalah persecutory (dianiaya atau dicelakakan) dan grandiose (pandangan atau konsep diri yang berlebihan secara tidak realistik).
  6. Penuh kekacauan dan ketakutan—pikirannya begitu campur aduk dan kacau serta berjalan dengan kecepatan tinggi membuatnya sungguh tersiksa. Apalagi bila ditambah dengan rasa takut yang irasional, semua ini dengan cepat menciptakan sebuah kondisi yang sangat menyiksa.
  7. Penampakan wajah yang datar, hampa emosi (blunted affect)—seakan-akan ia adalah secarik kertas kosong.
  8. Ekspresi perasaan yang tidak tepat atau hilangnya ekspresi perasaan sama sekali.
  9. Bicaranya sukar dicerna atau malah lenyap sama sekali
  10. Terus berkutat pada pemikiran yang aneh, misalkan beranggapan bahwa seseorang tengah menyadap pikirannya atau bahwa ia adalah Juruselamat dunia.
  11. Terlepas dari realitas: melihat perubahan pada penampakan, suara, atau bau tertentu.
Data Tentang Skizofrenia
  • Pada tahun 1960, separuh dari penderita skizofrenia mencoba mengakhiri hidupnya, namun hanya 10% yang berhasil. Penyebabnya: merasa terperangkap dan tidak berdaya melepaskan diri.
  • Kebanyakan penderita yang berhasil mengakhiri hidupnya adalah laki-laki yang telah mengalami siklus sembuh-kambuh berkali-kali.
  • Sepertiga skizofrenik tidak mempan diobati.
  • Sebagian skizofrenik mengalami kemajuan setelah mencapai usia 40.
  • Permulaan penyakit muncul pada laki-laki antara usia 17-30 dan pada perempuan, antara 20-40.
Riwayat Perawatan
  • Untuk waktu yang lama, skizofrenia dianggap sebagai gangguan yang bersifat psikososial atau psikodinamik, sebagaimana dirumuskan oleh Sigmund Freud. Maksudnya, penyebab gangguan ini dianggap berasal dari masalah yang timbul pada pengasuhan anak oleh orang tuanya.
  • Pada awal abad 20, gangguan ini pertama didiagnosis sebagai gangguan fisik yang bersumber di otak oleh Emil Kraepelin, seorang psikiater di Munich University Hospital
  • Jasa Kraepelin yang besar lainnya adalah keberhasilannya membedakan dua jenis gangguan psikotik: manic-depressive nama lain dari bipolar disorder (yang dapat disembuhkan) dan skizofrenia (yang tidak dapat disembuhkan)
Sedikit Tentang Manic Depressive
  • Perubahan suasana hati yang ektrem: manik-depresif
  • Perbedaan dengan skizofrenia tidak selalu jelas
  • Kadang keduanya bersinggungan
  • Pada masa kecil ditandai dengan ledakan emosi kemarahan yang sangat besar
  • Obat pilihan: lithium (sejenis garam)
Mengapa Skizofrenia Sulit Sembuh?
  • Salah satu penyebabnya adalah dalam delusinya, ia melihat dokter atau konselor sebagai musuhnya, bukan penyakitnya itu sendiri !
  • Tidak cocok dengan obat
  • Kesulitan membedakannya dengan bipolar disorder
  • Penyebab: Kadar berlebihan dari dopamine—neurotransmitter di otak
  • Pengobatan: Menghentikan dan mengatur arus dopamine
  • Obat yang digunakan: Thorazine (chlorpomazine) dan Haldol, Risperdal (risperidone), Prolixin, Lithium, Olanzapine
Efek Sampingan Obat
  • ketegangan pada otot
  • insomnia, resah, pusing, haus
  • mengantuk, detak jantung yang cepat,
  • tekanan darah rendah, gangguan pada ginjal
  • serangan jantung (efek lithium)
Penanganan
  • Kita mesti membawa si penderita ke seorang dokter jiwa atau psikiater yang dapat memberinya obat. Tanpa bantuan obat si penderita cenderung terus berhalusinasi dan kadang memperlihatkan perilaku yang mengancam.
  • Setelah "sembuh" barulah kita dapat mengajaknya bertemu dengan seorang psikolog atau konselor untuk membantunya mengatasi stres yang dialaminya. Pada umumnya ia tidak memiliki kemampuan menanggung stres sehingga rentan kambuh sewaktu merasa tertekan.
  • Jika perilakunya tidak terkendali, alternatif terbaik adalah menempatkannya di rumah perawatan supaya ia dapat menerima pengobatan dan kita pun terlindungi darinya.
  • Pada akhirnya si penderita membutuhkan perawatan terus menerus sebab begitu obat berhenti, mulai kambuhlah ia kembali.
  • Jika kita merawatnya di rumah, kita memerlukan tenaga tambahan sebab tidak mudah hidup dengannya.
Mazmur 68:6-7 berkata, "Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di tempat kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara . . . ." Seperti anak yatim dan seorang janda, penderita skizofrenia hidup sendirian, sebatang kara. Namun Firman Tuhan mengingatkan bahwa Tuhan tidak melupakannya. Allah adalah pelindung baginya dan Ia memberi tempat kepadanya pula.