Ketika Anak Berselingkuh

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T543B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Meskipun anak sudah dewasa, ketika anak berselingkuh maka orangtua akan susah hati di masa tuanya. Berdoa kepada Tuhan agar anak bertobat, berdoa agar rekan selingkuhnya bisa mematikan perasaan romantis dengan anak, berdoa agar menantu kita diberikan hikmat, berdoa agar cucu tidak salah mencari pelampiasan di luar rumah. Lalu minta maaf kepada menantu dan besan kita serta mengatakan bahwa kita membela apa yang benar.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
dpo. Pdt. Dr. Paul Gunadi

Kita hanya bisa membesarkan anak; kita tidak dapat mengendalikan anak, apalagi setelah anak menginjak usia akil balig. Pada akhirnya kita hanya dapat mendoakan anak. Adakalanya pada masa dewasalah anak justru melakukan perbuatan yang menyusahkan kita. Salah satu perbuatan anak yang dapat menyusahkan kita adalah berlaku tidak setia kepada pasangannya, atau berselingkuh. Sudah tentu kita tidak rela anak kita menjadi korban, tetapi kita pun tidak ingin melihat anak kita menjadikan pasangannya—dan pasangan orang lain—sebagai korban. Pertanyaannya sekarang adalah, sebagai orangtua, apakah yang harus dan dapat kita perbuat bila itulah yang terjadi—anak kita berselingkuh? Berikut akan dipaparkan beberapa masukan.

  1. KITA MESTI BERDOA. Secara spesifik kita berdoa untuk menantu kita yang menjadi korban agar Tuhan mengaruniakannya kekuatan dan hikmat. Ia perlu kekuatan untuk menanggung derita yang berat ini dan ia pun membutuhkan hikmat agar ia tahu apa yang mesti dilakukannya. Masa ini adalah masa kritis; bukan saja karena masalah perselingkuhan adalah masalah yang serius, tetapi juga karena masalah perselingkuhan menimbulkan gejolak emosi yang kuat, begitu kuatnya sehingga adakalanya kita mengambil keputusan yang tidak bijak. Kita pun berdoa bagi anak kita yang jatuh ke dalam dosa. Kita berdoa agar Tuhan mencelikkan matanya untuk melihat dengan jelas apa yang tengah dilakukannya. Pada umumnya pelaku selingkuh tidak dapat melihat dengan jelas; mereka hanya bisa melihat sepenggal—yakni kepentingan pribadi. Mereka ingin terpuaskan dan mereka ingin bahagia; mereka tidak melihat bahwa harga kepuasan dan kebahagiaan yang mesti dibayar adalah mahal. Mereka pun luput melihat Tuhan di dalam lumpur dosa ini. Mungkin mereka sengaja tidak ingin melihat Tuhan atau mereka melihat Tuhan dengan pandangan yang terdistorsi—mereka beranggapan bahwa Tuhan pasti memaklumi perbuatan mereka. Itu sebab kita berdoa agar anak kita dapat melihat. Kita juga berdoa bagi cucu kita—bila ada. Mereka membutuhkan ayah dan ibu yang sehati dan sekasih; perselingkuhan memutuskan relasi dan membuat keluarga terbelah. Suasana rumah tidak akan sama; besar kemungkinan tangis dan teriak akan makin bertambah, menciptakan ketegangan dan ketidaknyamanan. Kita berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan kepada cucu kita untuk dapat melalui masa yang sulit ini dan agar mereka tidak mencari ketenangan di luar rumah dengan cara yang salah. Kita berdoa supaya Tuhan menjauhkan mereka dari pencobaan. Terakhir kita berdoa bagi pribadi yang terlibat perselingkuhan dengan anak kita. Kita berdoa agar ia dapat melihat jelas apa yang tengah diperbuatnya. Kita berdoa supaya Tuhan berbisik kepada nuraninya dan agar ia mendengar suara Tuhan. Kita berdoa agar ia diberikan kekuatan untuk melawan dorongan hatinya dan mengambil keputusan yang benar. Kita pun berdoa agar ia berbelaskasihan kepada keluarga anak kita yang menderita akibat perselingkuhan itu.
  2. KITA MESTI BERSIKAP. Kita tidak bisa "tidak mengambil sikap." Kita mesti bersikap, dalam pengertian kita mesti menyatakan apa yang benar dan apa yang salah. Sudah tentu perselingkuhan lahir dari sejumlah faktor, tetapi perselingkuhan itu sendiri adalah sebuah kesalahan, sebuah dosa. Kita boleh—dan seharusnya—berupaya untuk mengerti mengapa perselingkuhan itu terjadi, namun kita tetap harus menyatakan sikap. Anak kita telah berselingkuh; apa pun alasannya, ia tetap berdosa. Jika kita tidak bersikap, maka tindakan kita akan mencederai hati menantu dan cucu kita. Dan, akhirnya hormat mereka terhadap kita akan berkurang. Apa pun yang kita katakan, tidak akan digubris sebab kita dinilai tidak adil dan tidak konsisten. Bila kita tidak bersikap, maka anak kita akan mengambil kesimpulan bahwa kita membiarkannya berbuat demikian sebab kita tidak marah dan bahwa kita mengerti alasannya. Dengan kata lain, kita mendukungnya. Kita menyatakan sikap dengan mengatakan kepadanya bahwa kita tidak menyetujui perbuatannya dan bahwa ia telah berdosa. Kita pun menyatakan sikap dengan cara datang kepada menantu dan cucu kita untuk mengakui bahwa perbuatan anak kita salah dan berdosa. Kita menyatakan sikap dengan cara memberi komitmen untuk mendukung menantu dan cucu. Dan, kita menyatakan sikap dengan cara tetap mengasihi anak tetapi tidak menyembunyikan kekecewaan kita atas perbuatannya. Kita menyatakan sikap dengan cara tidak menerima mitra selingkuhannya sebab kita tidak mau berbagian dalam dosa.
  3. KITA MESTI BERTINDAK. Ada beberapa tindakan yang dapat kita ambil, misalkan, bila kita memunyai harta, kita akan memastikan bahwa anak kita dan rekan selingkuhnya tidak mendapatkan bagian warisan. Kita akan mewariskannya kepada menantu dan cucu kita saja. Tindakan lainnya adalah dalam pertemuan keluarga dengan tegas kita melarang anak datang dengan mitra selingkuhnya; kita hanya menyambut dia. Kita tidak ingin melihat situasi yang canggung di mana menantu dan cucu kita harus berjumpa dengan anak dan mitra selingkuhnya. Dan, kita ingin mengkomunikasikan pesan yang jelas kepada mitra selingkuhnya bahwa ia tidak memunyai bagian dalam keluarga kita. Kita pun bertindak dengan cara siap menanggung risiko keputusan kita. Besar kemungkinan anak kita akan marah menerima perlakuan tegas kita dan memutuskan hubungan, setidaknya menjauh dari kita. Kita mesti siap menerima perlakuan ini; kita mesti siap kehilangan anak. Terpenting adalah kita tidak bersukaria membuat keputusan; kita mengambil keputusan ini dengan hati yang hancur karena kita mengasihinya. Kita terpaksa berbuat seperti ini sebab, kendati kita mengasihi anak, kita lebih mengasihi kebenaran. Pada waktu Daud jatuh ke dalam dosa, Bapa di surga tidak mendiamkan; Ia menyatakan sikap. Ia mengutus hamba-Nya Natan untuk menegur Daud. Setelah itu, Ia pun bertindak; Ia menjatuhkan hukuman atas Daud. Bapa di surga sayang kepada Daud, anak yang dikasihi-Nya, tetapi Ia tidak membiarkan Daud lolos dari hukuman. Namun, Ia tetap menerima Daud; Ia menerima pertobatan Daud. Jadi, kita pun mesti berbuat sama. Kita menyatakan sikap tetapi kita pun siap menantinya pulang dengan pertobatan.
Amsal 5:21-23 mengingatkan, "Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan, dan segala langkah orang diawasi-Nya. Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri. Ia mati karena tidak menerima didikan, dan karena kebodohannya yanmg besar, ia tersesat."