Ironi-Ironi Imam Eli

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T123A
Nara Sumber: 
Heman Elia, M.Psi.
Abstrak: 

Lingkungan yang baik dan pelajaran agama yang cukup tidak dengan sendirinya menjamin anak-anak akan tumbuh dewasa dan menjadi baik. Tetap diperlukan kepekaan dan kesungguhan orang tua dalam membimbing dan memimpin anak-anaknya.Kehidupan imam Eli menjadi pelajaran bukan hanya bagi hamba-hamba Tuhan tetapi juga sebagai orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kehidupan keluarga Imam Eli adalah sebuah tragedi yang sangat pahit dalam keluarga anak Tuhan. Secara singkat yang menarik perhatian dari latar-belakang kehidupannya adalah Ada beberapa ironi yang terjadi yang perlu kita cermati dan bercermin darinya. Imam Eli adalah tokoh pemimpin Israel pada jamannya yang kata-katanya didengar dan hidupnya diperhatikan banyak orang. Ia dapat dianggap sebagai representasi umat Israel di hadapan Tuhan dan memanjatkan doa serta mempersembahkan korban bakaran bagi orang Israel. Masalah timbul ketika kesaksian hidupnya dirusak oleh anak-anaknya.

Bagaimana itu terjadi?

Anak-anak Imam Eli ini juga menjadi imam. Tetapi Alkitab berkata bahwa mereka tidak mengindahkan Tuhan dan melanggar batas hak para imam. Mereka merampas yang bukan haknya dengan mengambil bagian yang seharusnya adalah milik Tuhan, yaitu daging yang seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan. Mereka juga tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di pintu Kemah Pertemuan. Ini membangkitkan murka Tuhan kepada imam Eli.

Rupanya ada yang menarik di sini, yakni bahwa Tuhan justru marah kepada imam Eli. Benar. Hal ini menarik perhatian, dan menunjukkan bahwa kedudukan orang tua sangat strategis. Pertanggungan jawab tidak hanya dibebankan kepada anak, melainkan juga atas diri orang tua. Anak-anak imam Eli berbuat amoral, namun yang mendapat teguran keras adalah ayahnya. Kalau begitu orang tua harus bertanggungjawab atas perbuatan anaknya yang tidak baik. Sebenarnya yang dituntut oleh Allah adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua, yakni agar kita mengoreksi anak-anak kita ketika mereka menyimpang dari jalan Tuhan.

Jadi ironi yang kita dapat simak adalah bahwa:

  1. Anak-anak imam Eli berbuat jahat, tetapi ayahnya lah yang memperoleh kecaman dari Tuhan.

  2. Yang juga kita dapat perhatikan adalah bahwa kedua anak imam Eli, yakni Hofni dan Pinehas dibesarkan dalam suasana keagamaan yang sangat kuat. Tetapi lingkungan agama dan pendidikan yang baik ternyata tidak cukup untuk menghasilkan anak-anak yang baik pula. Kita dapat amati bahwa dalam hal mendidik anak, lingkungan pergaulan maupun lingkungan masyarakat yang baik dan rohani ternyata tidak cukup. Diperlukan orangtua yang tegas dalam mendidik anak. Prinsipnya di sini adalah mendidik anak agar menghormati dan menaati Tuhan, membawa anak kepada Tuhan.

  3. Imam Eli memohonkan berkat bagi orang lain, dan kita dapat melihat Hana yang mandul dibuka kandungannya oleh Tuhan sehingga melahirkan Samuel yang dipersembahkannya buat Tuhan. Di lain pihak Eli sendiri bersama anak-anaknya memperoleh bencana dari Tuhan.

Eli ini tergolong orang baik dan lembut hatinya. Imam Eli adalah orang yang baik. Kebaikan Eli ini pula yang membuatnya tidak tega memarahi anak-anaknya. Bahkan untuk hal sepenting menghormati Tuhan pun, imam Eli tidak berbuat apa-apa untuk mencegah anaknya berbuat amoral di hadapan Tuhan. Di sini ada ironi yang luar biasa, yakni bahwa seorang hamba Tuhan yang baik dihukum karena tidak mendidik anak-anaknya untuk takut akan Tuhan.

Jadi apa aplikasinya buat kita yang menjadi orang tua?

Itu artinya kita tidak boleh meremehkan tugas mendidik anak-anak dan memperhatikan pertumbuhan kerohanian mereka. Kita dapat dikenal baik dan bereputasi baik di masyarakat, namun Tuhan lebih memperhatikan apakah kita memimpin keluarga kita untuk takut kepada Tuhan.

Ibrani 12:28-29, "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan."