[hidup_yang_dikuasai_nafsu_1] =>
Lengkap
"Hidup yang Dikuasai Nafsu" ( I ) oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang"Hidup yang Dikuasai Nafsu". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pada dasarnya Pak Paul, semua orang tentu punya nafsu. Tuhan menciptakan kita dan memperlengkapi kita dengan nafsu namun kalau nafsu itu menguasai kehidupan kita, maka tentunya ini bukan sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan. Hal-hal apa yang ingin Pak Paul ungkapkan dalam pembicaraan yang dikuasai nafsu itu, Pak Paul ?
PG : Pak Gunawan, kita tahu bahwa Tuhan menyelamatkan kita bukan saja supaya kita menerima keselamatan, menerima pengampunan dosa dan akhirnya menikmati kehidupan kekal di surge bersama-Nya kelk, tapi Tuhan juga memunyai sebuah proyek yaitu ingin mendewasakan kita supaya makin hari, kita semakin serupa dengan Dia.
Dan proses inilah yang disebut pertumbuhan rohani, jadi sama seperti seorang anak yang sehat seharusnya bertumbuh sehingga menjadi dewasa, demikian pula seorang anak atau bayi Kristen pada akhirnya harus bertumbuh menjadi seorang dewasa Kristen. Kita tahu bahwa pertumbuhan rohani ini seringkali terhambat oleh pergumulan rohani, Pak Gunawan. Dengan kata lain, makin banyak pergumulan rohani maka makin terhambat pertumbuhan rohani. Itu sebabnya sekarang kita mau fokus pada pergumulan rohani itu sendiri supaya pada akhirnya kita bisa dengan lebih bebas bertumbuh di dalam Tuhan. Dalam pembahasan kali ini kita akan memusatkan perhatian kita pada masalah menahan atau mengendalikan nafsu, sebab ini adalah salah satu hal yang menjadi pergumulan rohani kebanyakan kita orang-orang Kristen.
GS : Sebenarnya apa yang dimaksud dengan pergumulan rohani, Pak Paul ?
PG : Maksud saya adalah kita harus melawan kecenderungan kita untuk berbuat dosa sebab kita tahu itu bukanlah hal yang dikehendaki Tuhan. Paulus di dalam kitab Roma pasal 6, 7, 8 meringkaskan prgumulan rohaninya sebagai orang Kristen, bagaimana dia sebagai anak Tuhan dan sebagai hamba Tuhan tetap harus bergumul dengan sesuatu di dalam hidupnya dan memang Paulus tidak mengungkapkan dengan jelas apa yang menjadi pergumulannya, tapi kita bisa melihat bahwa ini adalah sebuah pergumulan yang berat di dalam hidupnya dan sampai-sampai dia berkata,"Apa yang ingin dilakukannya, tidak dilakukan justru apa yang tidak boleh dilakukan, itulah yang dilakukannya" maka dengan pikirannya dia melayani Kristus, tapi dengan tubuh atau dagingnya dia melayani nafsu.
Jadi itu adalah pergumulan rohani yang dialami oleh Paulus dan ini juga pergumulan yang dialami oleh kita semua anak-anak Tuhan.
GS : Jadi di dalam pergumulan rohani itu, Pak Paul, apa yang seharusnya kita lakukan ?
PG : Ada beberapa hal yang nanti akan kita fokuskan namun dalam kesempatan kali ini kita akan fokuskan dua dulu. Jadi yang pertama adalah kita harus mengerti prinsip atau apa yang sebetulnya meutar roda nafsu.
Ada dua yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini, yang pertama adalah kita harus memahami bahwa nafsu diputar oleh prinsip sekarang, jadi kalau kita menginginkan sesuatu maka kita harus mendapatkannya sekarang pula, nafsu senantiasa menuntut pemuasan dan kita tidak bisa atau sukar sekali untuk menunda nafsu karena nafsu berteriak-teriak meminta untuk dipuaskan segera. Penundaan atau kita dengan sengaja menunda, seringkali menambah intensitas atau kobaran nafsu sehingga menciptakan rasa frustrasi dalam diri kita dan seolah-olah barulah kita merasakan damai, tenang kembali kalau kita bisa mendapatkan kepuasan. Saya kira para pecandu baik itu pecandu minuman keras, pecandu obat-obat terlarang, pecandu judi, pecandu seks atau yang lainnya, pasti memahami prinsip ini yaitu begitu keinginan untuk meminum minuman keras muncul susah dibendung, begitu keinginan memakai narkoba muncul susah dibendung, begitu keinginan berjudi muncul susah dibendung, begitu keinginan untuk berhubungan seksual, kita susah sekali untuk membendungnya. Jadi akhirnya pikiran kita terus tersita pada hal-hal yang kita inginkan itu, sehingga tidak lagi kita bisa hidup atau berfungsi dengan baik.
GS : Tetapi sebagaimana proses itu tadi, timbulnya nafsu tidak timbul seketika itu juga, walaupun pemenuhannya dia menuntut seketika itu juga dipenuhi, tetapi timbulnya itu juga bertahap.
PG : Biasanya Pak Gunawan, kita itu memulai dengan hal-hal yang kecil dan hal-hal yang lebih sederhana. Jadi misalnya sebagai contoh peminum, dia tidak akan mulai dengan meminum satu botol vodk atau whisky, tapi dia akan mulai meminum atau menenggak bir yang lebih ringan.
Lama kelamaan tidak cukup satu gelas, mesti satu botol dan lama kelamaan tidak cukup satu botol tapi dua botol dan terus semakin bertambah. Atau sama dengan narkoba, pada umumnya orang mulai memakai dengan jenis-jenis yang lebih ringan misalnya memakai pil ekstasi atau merokok ganja dan sebagainya, akhirnya meningkat dan meningkat sampai di suatu titik dia benar-benar tidak lagi bisa menguasai dirinya sewaktu keinginannya itu timbul, sebab sewaktu keinginan itu timbul yang terpikir hanyalah satu, yakni bagaimana memuaskannya dengan segera.
GS : Kalau ditunda maka intensitas kebutuhan itu makin mendesak, Pak Paul ?
PG : Betul. Jadi memang dalam kasus-kasus misalnya kecanduan obat atau narkoba atau alkohol, itu seringkali akhirnya memengaruhi fungsi tubuh kita secara jasmaniah sehingga waktu kita tidak menapatkan obat atau substansi tersebut tubuh kita bereaksi.
Namun misalkan hal-hal lain seperti berjudi, maka sudah tentu tubuh kita tidak bereaksi seperti tubuh kita membutuhkan alkohol atau narkoba namun sama frustrasinya karena langsung yang diserang adalah pemikiran kita, sehingga kita tidak bisa memikirkan hal-hal yang lain dan kita hanya memikirkan bagaimana mendapatkan apa yang kita inginkan ini. Misalkan dalam konteks berjudi, kita hanya memikirkan bagaimana bisa berjudi dan kenapa saya sekarang belum bisa dan bagaimana saya bisa melakukannya sekarang juga. Itulah yang biasanya dialami oleh orang-orang yang tercandu oleh hal-hal seperti itu.
GS : Tapi kalau dia berhasil mengatasi masa tekanan itu tadi, Pak Paul, bisa-bisa dia juga membatalkan niatnya misalnya dia berjudi tapi dia tidak memiliki uang dan kesempatan sehingga dia harus menekan keinginannya untuk berjudi, maka lama-lama dia tidak akan berjudi.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi sesungguhnya sekarang kita bisa melihat bahwa prinsip sekarang yang telah kita bahas sebetulnya bisa menjadi obat penawar, oleh karena harus sekarang maka bla dapat ditahan maka keinginan itu akan surut dengan sendirinya.
Sudah tentu saya tadi sudah menyinggung, kecanduan kepada narkoba akan memakan waktu lebih panjang oleh karena pada akhirnya tubuh membutuhkan elemen yang terdapat pada narkoba itu, dan sewaktu tidak mendapatkannya maka tubuh akan memberi reaksi yang keras atau reaksi yang nyata, namun di luar obat atau alkohol sesungguhnya nafsu tidak berlangsung lama karena sekali lagi nafsu diputar oleh roda prinsip sekarang. Waktu sekarang tidak mendapatkannya menimbulkan frustrasi namun kalau dapat ditahan, maka dengan sendirinya akan surut. Dengan kata lain, penundaan sementara adalah obat penawarnya. Kalau dapat dilawan, sekarang ini juga dan tidak diberikan maka dalam waktu misalkan tidak beberapa lama maka nafsu itu akan surut dengan sendirinya.
GS : Tapi biasanya justru ketika dorongan nafsu itu timbul maka akan ada saja hal-hal yang memudahkan untuk kita menyalurkan nafsu itu tadi. Misalkan seperti tadi berjudi dan kita tidak memiliki uang, nanti ada saja teman yang berkata,"Nanti saya pinjami uang dulu, yang penting kita berjudi dulu" seperti itu dan menurut saya sama juga dengan nafsu-nafsu lainnya.
PG : Maka kita perhatikan, Pak Gunawan, sekali kita masuk dalam jeratan nafsu seperti ini maka kita seperti lalat yang tertangkap di jaringan sarang laba-laba dan benar-benar kita akan terperankap di dalam jerat.
Jadi kata jerat adalah kata yang tepat karena hal-hal tersebut memang memunyai jaringannya dan begitu kita masuk maka kita akan masuk ke dalam perangkapnya sehingga akan ada hal-hal yang nanti muncul yang membuat kita itu dapat dan dengan mudah memeroleh hal yang kita inginkan itu. Dan sudah tentu kita tahu bahwa pemuasan sekarang hanyalah akan memperdalam masalah. Misalkan saja judi, kita tidak punya uang dan dengan senang hati akan ada bandar yang berkata,"Kami pinjamkan uang" sudah tentu pinjaman itu bunganya besar. Namun seorang penjudi karena berprinsip,"sekarang ini harus berjudi" maka dia tidak bisa memikirkan dampaknya, yang penting sekarang dulu saya berjudi dan dalam waktu sekejap muncullah sebuah pemikiran dalam benaknya bahwa,"kalau saya menang maka saya dapat membayar semuanya dan hutang-hutang saya akan segera lunas" hal itu yang biasanya terbersit dalam pikiran si penjudi tersebut dan problemnya yang pertama adalah kemungkinan untuk dia menang sangat kecil dan yang kedua kalau pun dia menang, kemungkinan dia menang untuk sebesar itu juga sangat kecil dan ketiga kalaupun dia menang sebesar itu dan bisa membayar semua hutangnya dengan lunas, maka itu akan menjadi pendorong yang lebih kuat lagi dalam dirinya untuk besok berjudi lagi.
GS : Jadi itu menjadi suatu lingkaran yang susah untuk diputuskan, Pak Paul, tetapi saya yakin ada cara untuk memutuskan lingkaran ini dan hal ini apa, Pak Paul ?
PG : Tentu yang pertama kita harus mengakui kalau hal ini salah dan ini adalah problem-problem yang tidak mudah sembuh atau pulih sebab pada dasarnya kita sulit untuk berkata bahwa,"Ini salah dn ini berdosa" dan kita akan terus membenarkan diri atau merasionalisasi,"Tidak apa-apa ini bukan kesalahan, ini bisa nanti, diampuni Tuhan, ini bisa menolong keluarga, semua orang punya masalahnya dan saya juga punya masalah" jadi kita itu cenderung membenarkan diri kita.
Jadi kalau kita mau membereskannya maka langkah pertama kita harus berkata,"Memang ini salah dan saya harus berubah dan saya memunyai masalah, saya bukan hanya memunyai hobbi tapi saya memunyai masalah dan masalah ini sangat berat dan memengaruhi hidup saya dan hidup orang-orang di sekitar saya."
GS : Tapi kesadaran itu tidak mungkin tumbuh dengan sendirinya, Pak Paul.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi kita itu perlu disadarkan oleh orang yang dekat dengan kita, oleh firman Tuhan. Lewat semua itulah kita akhirnya disadarkan bahwa kita ini salah. Hal yang kedua yag harus kita lakukan adalah selain mengakui bahwa kita ini salah, yang kedua adalah kita harus memikirkan apa yang benar.
Saya akan memberikan satu langkah yang sederhana untuk memulai yang benar yaitu menjalankan hidup yang berdisiplin. Kalau kita mau membereskan masalah ini maka kita harus mengubah gaya hidup kita secara keseluruhan dan kita harus memulai mengembangkan gaya hidup berdisiplin, sebab pada umumnya hidup yang dikuasai nafsu adalah hidup yang tidak berdisiplin. Mungkin kita tidak bisa mengatur waktu, mungkin kita sulit tidur pada waktu yang konsisten, hari ini tidur jam 9 malam dan besok jam 2 pagi, besok jam 11 malam, besok jam 7 sore jadi semaunya, kalau maunya tidur dia langsung tidur dan tidak ada kekonsistenan. Mungkin juga kita tidak bisa membatasi makan, kalau mau makan maka kita makan sebanyak-banyaknya, kalau tidak mau makan maka tidak mau makan seenak-enaknya. Hidup tidak berdisiplin itulah yang harus kita ubah menjadi sebuah hidup yang berdisiplin sebab hidup tidak berdisiplin adalah tanah subur bertumbuhnya hidup yang dikuasai nafsu, oleh karena hidup tidak berdisiplin berakar pada prinsip sekarang. Jadi kita harus keluarkan prinsip sekarang ini yaitu dengan cara mengubah gaya hidup kita menjadi gaya hidup yang berdisiplin.
GS : Memang hidup berdisiplin itu bukanlah hal yang mudah untuk kita laksanakan tapi menurut pengalaman saya peran pendamping, peran teman hidup kita, istri atau suami itu besar sekali, jadi misalnya kita sedang lalai oleh nafsu makan atau nafsu-nafsu yang lain, mereka bisa mengingatkan kita dan menolong kita, Pak Paul ?
PG : Saya setuju, Pak Gunawan, jadi kalau kita hidup dengan orang-orang yang memang menyayangi kita, maka sudah tentu mereka tidak akan tinggal diam melihat kita hidup tambah hari tambah tidak erdisiplin, mereka pasti akan memberitahukan kita supaya kita akhirnya disadarkan.
Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan adalah mulailah hidup berdisiplin dalam satu hal yang sederhana dulu, kadang kita belum apa-apa sudah merasa tidak mungkin, mana mungkin saya bisa hidup seperti itu, tapi mulailah dengan satu hal dulu, bahkan mulailah dengan hal-hal yang sangat sederhana, misalnya mulailah tidur dalam waktu yang konsisten, makanlah sedapatnya pada jam yang sama. Waktu kita mulai kehidupan berdisiplin maka lama kelamaan kehidupan berdisiplin itu akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di dalam kehidupan kita, misalnya kita mulai berdisiplin menepati janji, dulu kita janji jam 9 tapi kita datang jam 10. Sekarang kita mulai memaksa diri untuk lebih tepat waktu dan akhirnya setelah mulai tepat waktu, kita tiba-tiba mulai menyadari bahwa kita mulai lebih berdisiplin dalam menyelesaikan tugas-tugas kita baik tugas belajar maupun tugas pekerjaan. Dulu kita menunda semau-maunya, tapi sekarang timbul keinginan mau membenahi diri di dalam tugas-tugas belajar atau tugas-tugas pekerjaan kita. Dengan kata lain, kehidupan berdisiplin akan menyebar, tapi sama dengan itu kita juga harus menyadari bahwa kehidupan tidak berdisiplin juga akan menyebar, ketika mulai tidak disiplin dalam satu hal maka nanti akan menyebar pada hal-hal lain dimana kita mulai tidak berdisiplin.
GS : Pak Paul, selain prinsip sekarang yang bisa menggerakkan roda nafsu dalam hidup kita, apakah ada hal lain, Pak Paul ?
PG : Kita tadi sudah membicarakan hidup yang dikuasai oleh nafsu dan bagaimana kita bisa mulai memegang kendali atas hidup kita. Yang kedua adalah kita harus memahami roda atau prinsip yang memtar nafsu yaitu prinsip kenikmatan.
Jadi selain prinsip sekarang, yang kedua adalah prinsip kenikmatan. Nafsu itu selalu mencari kenikmatan dan selalu menjauh dari kesusahan atau penderitaan. Jadi hidup yang dikuasai nafsu adalah hidup yang mengejar kenikmatan. Itu sebabnya pada umumnya orang yang dikuasai nafsu sulit menghadapi tekanan dalam hidup dan dia senantiasa mencari jalan pintas atau berusaha menghindar dari kesukaran hidup. Jadi dengan kata lain, segala cara akan dia halalkan supaya bisa lepas dari kesusahan hidup.
GS : Tetapi ini menjadi konsep hidup bagi banyak orang pada zaman sekarang ini dimana memang kenikmatan dan kemudahan ditawarkan secara terang-terangan di hadapan kita dengan sangat mudah dan murah, Pak Paul.
PG : Ini pengamatan yang baik, Pak Gunawan. Jadi memang dengan bertambah mapannya, atau bertambah baiknya kesejahteraan hidup manusia maka semakin tidak terlatihlah kita ini menghadapi tekanan tau kesusahan hidup, dan itu adalah faktanya.
Kita bisa mengakui bahwa generasi tua yang harus hidup di dalam kesusahan pada tahun 1940, 1950 atau bahkan tahun 60an, dan pada umumnya hidup mereka memang susah. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang lebih tangguh dalam menghadapi kesusahan, mereka tidak cepat-cepat lari atau menggunakan hal-hal lain supaya dapat menggunakan kenikmatan dan lari dari kesusahan. Tapi generasi yang sekarang karena memang hidup jauh lebih mapan atau baik, kita-kita ini tidak terbiasa menghadapi kesusahan hidup sehingga waktu kesusahan muncul, umumnya kita lebih mudah bingung bagaimana menghadapinya.
GS : Maka bagaimana untuk menghadapinya Pak Paul, supaya kita bisa tetap menikmati kehidupan ini tapi tidak dikuasai oleh nafsu ?
PG : Sudah tentu tidak ada orang yang menyenangi penderitaan dan kita hanya akan menyambut derita, bila kita tahu dengan jelas bahwa derita akan menghasilkan sesuatu yang baik. Misalkan seorangatlet bersedia menyambut derita guna mempersiapkan dirinya untuk pertandingan oleh karena dia sadar bahwa inilah jalan menuju kemenangan.
Jadi tanpa tujuan yang jelas biasanya kita tidak bersedia menyambut derita. Orang yang hidup dikuasai oleh nafsu umumnya mengalami kesukaran melihat tujuan yang jelas dibalik penderitaan dan dia hanya dapat melihat apa yang ada di depan matanya. Itu sebabnya sewaktu derita datang, dia mengeluarkan segala usaha untuk keluar dari derita, dengan kata lain yang hidup baginya harus berisikan kenikmatan. Jadi kesimpulannya kalau kita ingin hidup tidak dikuasai nafsu, maka kita harus mengembangkan gaya hidup yang tahan derita, maksudnya biasakan atau disiplinkan diri untuk tidak cepat-cepat keluar dari ketidaknyamanan, biasakan atau disiplinkan diri untuk bertahan dalam derita dan kita harus mengarahkan pandangan jauh ke muka atau ke belakang dari sesuatu yang sedang kita hadapi sehingga kita dapat melihat apa yang sesungguhnya terkandung di balik derita. Dengan adanya perspektif itu maka kita akan lebih tangguh menghadapi derita.
GS : Jadi kalau kita menunda suatu kebutuhan nafsu yang tentu bertentangan dengan firman Tuhan, dalam hal ini akan timbul penderitaan di dalam diri kita, Pak Paul ?
PG : Betul sekali dan ini yang mesti dilatih untuk bisa ditahan, dan ini memang kembali kepada pola asuh orang tua karena sekarang ini cukup banyak anak-anak yang diasuh oleh perawat dan bukan leh orang tua karena kedua orang tua begitu sibuk.
Sudah tentu sejak kecil si anak tidak lebih mudah mendapatkan apa yang diinginkannya, karena hanya tinggal memerintah maka dia mendapatkan apa yang diinginkannya. Kalau orang tua berfungsi dengan lebih penuh dalam rumah tangga maka orang tua misalnya bisa melarang anak dan tidak mengizinkan anak mendapatkan apa yang diinginkannya dan sebagainya, tapi kalau perawat tidak bisa melakukan hal tersebut. Jadi dengan kata lain memang akan lebih banyak anak-anak yang bertumbuh besar tidak tahan menanggung derita, sewaktu keinginannya tidak diperoleh si anak marah, dia tidak mau tidur, dia tidak mau makan dan sebagainya, hanya supaya dia mendapatkan apa yang diinginkannya. Itu sebabnya sekarang kita sudah mengerti inilah yang terjadi. Maka ada baiknya kita sebagai orang tua mulai anak-anak kecil memberikan disiplin sehingga anak-anak tidak selalu mendapatkan apa yang diinginkan, sehingga dari kecil anak-anak belajar menoleransi frustrasi karena harus menahan keinginannya.
GS : Kalau salah satu penggerak timbulnya nafsu adalah kenikmatan, padahal kenikmatan adalah bukan sesuatu yang bisa terpenuhi secara utuh, Pak Paul, artinya sekalipun itu sudah terpenuhi, lain kali juga akan ada kebutuhan yang lebih besar lagi untuk memenuhi kenikmatan itu tadi, Pak Paul.
PG : Tepat sekali. Jadi sesuatu yang kita butuhkan karena memberi kenikmatan pada umumnya akan bertambah kebutuhannya sebab apa yang tadinya cukup untuk memuaskan diri kita, sekarang tidak lagicukup dan kita harus mendapatkannya lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi.
Misalnya tentang nafsu berbelanja, ada orang yang tidak bisa menahan diri, Pak Gunawan, jadi beli barang dan beli barang meskipun barang itu tidak dipakai atau dipakai beberapa kali dan setelah itu tidak lagi. Kenapa ? Sebab bagi orang-orang ini benar-benar kenikmatannya diperoleh bukan sewaktu dia memakai barang-barang itu, tapi waktu dia berpikir dia mau dan dia bisa mendapatkannya, hal itu yang benar-benar menjadi daya tarik terbesarnya. Dengan kata lain, dalam kasus seperti itu dia harus belajar untuk berkata setop dan tidak! Karena begitu dia mengikuti maka itu akan terus bertambah dan bertambah.
GS : Jadi prinsip yang terdahulu bahwa kita harus mendisiplin diri sendiri itu tetap akan dibutuhkan pada bidang ini juga, Pak Paul ?
PG : Tepat sekali. Jadi kita harus sadar bahwa diperlukan disiplin yang kuat untuk bisa mengontrol dua prinsip ini yaitu prinsip sekarang dan prinsip kenikmatan. Tanpa disiplin tidak bisa melakkan dan saya anjurkan kita harus memulainya dari hal-hal kecil dalam hidup kita.
Disiplinlah dalam hal-hal kecil itu sebab nanti kita akan mulai bisa mendisiplinkan diri dalam hal-hal yang lain-lainnya.
GS : Tentunya di sini pertolongan Tuhan agar bisa hidup berdisiplin sangat penting sekali, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan, sebab pada akhirnya kadang-kadang kita harus mengakui bahwa apa pun yang kita sudah canangkan, kita gagal untuk melaksanakan dan kita sangat-sangat membutuhkan kkuatan Tuhan.
GS : Apakah ada ayat-ayat firman Tuhan yang bisa mendukung kita semua, supaya kita bisa tahu jelas bahwa menuruti nafsu dengan dua prinsip ini adalah sesuatu yang tidak benar, Pak Paul ?
PG : Tuhan menginginkan kita dari awalnya sudah menetapkan arah hidup. Jadi jangan dari awalnya kita itu tidak mantap, mau melakukan semuanya dua-duanya yang benar dan yang salah, tidak sepertiitu.
Tapi dari awal kita harus mencanangkan hidup yang benar dan hidup yang benar adalah di Galatia 5:16,"Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging" jadi akhirnya kita harus simpulkan dari awal jangan biasakan menuruti keinginan daging atau keinginan nafsu, tapi dari awal coba disiplin dan hiduplah oleh keinginan Roh, apa yang Roh Tuhan inginkan itu yang kita dahulukan. Dari awal kalau kita bisa mulai melakukan ini maka kita nantinya akan dapat hidup dalam roh dan tidak menuruti keinginan daging.
GS : Jadi sebenarnya tidak salah kalau orang memunyai nafsu karena berasal dari Tuhan juga, namun masalahnya hidup oleh Roh ini, hidup di dalam tuntutan Roh kudus ini, ini yang perlu dilatih atau yang perlu dihayati setiap hari.
PG : Betul, jadi bukan kita yang memang memberikan ijin tapi Roh Tuhan, dan apakah memberikan ijin. Kalau Roh Tuhan berkata"jangan" maka kita harus tunduk dan kita tidak melakukan.
GS : Kita baru membicarakan dua prinsip yang bisa menggerakkan nafsu seseorang sehingga bisa jatuh ke dalam dosa. Tentunya masih ada dua prinsip lain yang seperti Pak Paul katakan yang akan kita bahas pada kesempatan yang akan datang. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang"Hidup yang Dikuasai Nafsu" bagian yang pertama dan kami berharap Anda semua bisa mengikuti kelanjutan perbincangan ini pada kesempatan yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.